Jemaat yang terkasih.

Apa artinya: ‘Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.’ Kapan anda melemparkan roti ke air? Biasanya kalau kita memberi makan bebek. Namun rotinya kan tidak kembali? Bahkan di beberapa tempat di Belanda ada larangan untuk memberikan roti kepada bebek karena roti itu tidak baik untuk bebek dan banyaknya bekas roti di air membuat datang banyak tikus. Dendanya bisa 95 euro

Jadi apa arti perkataan ini? Banyak penafsir Alkitab menunjuk kepada pemberian untuk orang miskin. ‘Lemparkanlah rotimu ke air…’ artinya: ‘Berikan apa yang kamu miliki. Bagikanlah! Kelihatannya itu seperti melempar ke air dan hilang, namun sesungguhnya tidak demikian! Kalau anda memberi, maka Allah akan memberi anda kembali dengan berlimpah di suatu saat yang anda tak duga-duga! Ini diperkuat di ayat 2: ‘Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang...’ Jadi: bagikanlah! Kepada tujuh atau delapan orang yang membutuhkan. Angka tujuh di Alkitab adalah angka kepenuhan. Delapan jadi lebih lagi. Bagikan roti, harta, tenaga, kasih anda! Tidak diragukan ini benar dan Alkitabiah. Berilah dengan berlimpah, maka anda akan melihat ada berkat Tuhan atasnya. Sebagaimana Tuhan Yesus berkata di Lukas 6:36-38: ‘Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati... Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Namun mengapa Pengkotbah memakai gambaran ‘air’? Saya menemukan penjelasannya di tafsiran yang kedua yang menurut saya lebih cocok. ‘Lemparkanlah rotimu ke air… ‘, maksudnya: kirimlah kapal-kapalmu penuh dengan gandum ke lautan. Nanti engkau akan mendapatkannya kembali dan akan menghasilkan keuntungan. Kitab Penkhotbah ditulis oleh raja Salomo sekitar 950 tahun sebelum Kristus. Kita tahu dari Alkitab bahwa raja Salomo membuat kapal-kapal di Ezion-Geber di dekat kota pelabuhan Elot. Tahukah anda bahwa para arkeolog menemukan di sana gudang gandum yang besar? Jadi gandum itu dijual ke seluruh dunia. Dan apa yang kembali? Kapal-kapal itu kembali dengan membawa 420 talenta emas. Setara dengan 12.600 kilo atau 12,6 ton emas! Ini bisa kita baca di I Raja-Raja 9:26-28.

Kapal-kapal itu berangkat tanpa diketahui apakah kapal-kapal itu akan kembali. Tidak diketahui juga kapan akan kembalinya dan dengan apa akan kembalinya. Zaman itu belum ada alat komunikasi modern. Tidak ada pelacak GPS untuk mengikuti lokasi kapal. Kapal-kapal itu pergi untung-untungan saja dengan muatan biji-bijian. Kru kapal harus memperdagangkannya di negeri yang jauh. Benar-benar tidak ada yang tahu kapan mereka kembali dan dengan muatan apa. Namun Salomo berkata: ‘Lakukan saja! Kirim mereka berlayar! Akan ada hari di mana kita akan dikejutkan kalau mereka kembali dengan hasil yang luar biasa’.

Beranilah berusaha.Jangan tunggu kesempatan yang ideal untuk melakukan pekerjaan. Siapa yang senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa yang senantiasa melihat awan tidak akan menuai. Berani mengambil risiko! ‘Lanjutkan pekerjaan dan jangan takut! Pergi dengan harapan!’ Itulah pesan dari Salomo. Ini membutuhkan kepercayaan. Kita tidak memiliki masa depan di tangan kita, namun kita tahu di tangan siapa masa depan itu terletak: di tangan Allah kita. Karena itu dengan penuh kepercayaan kita dapat pergi mengerjakan tugas di depan kita. Pergi dengan harapan! Ini membutuhkan kepercayaan dan juga kesabaran.

Sudah dua tahun ini istri saya sibuk membenahi kebun kami. Dulu kebun kami penuh ilalang, namun sekarang penuh dengan bunga yang indah dan berwarna-warni. Bisa dibilang ‘Extreme makeover’ (Perubahan yang drastis). Berkebun membutuhkan kesabaran. Saya inginnya melihat bunga yang bertumbuh secara instan. Seperti mi instan. Cukup ditaruh beberapa menit di air, langsung jadi. Namun itu bukanlah cara berkebun. Istri saya punya kesabaran merawat kebun. Kadang ia dengan penuh harapan menabur benih bunga tanpa mengetahui apa warna bunga itu nantinya. Hasilnya mengejutkan dan indah. Tiap pagi istri saya mengajak melihat bunga-bunga di kebun kami dan saya paling suka mencium aroma bunga mawar. Kami semua di rumah menikmati kebun kami. Semua itu berkat kerajinan, kepercayaan, dan kesabaran istri saya.

‘Pergi dengan harapan!, seru Salomo. Milikilah kepercayaan dan kesabaran! Akan ada waktunya anda akan melihat panen. Di suatu hari anda akan melihat berkat dari apa yang anda lakukan sekarang. Meskipun kita tahu bahwa pekerjaan di gereja juga tidak lepas dari masalah dan pergumulan. ‘Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.’

Jika kita melakukan ini, maka kita mengikuti jejak Sang Penabur Agung Yesus Kristus. Ia datang untuk menabur benih Injil. Apakah anda ingat perumpamaan tentang penabur? (Matius 13)

Dari perumpamaan ini kita mengetahui bahwa pada beberapa orang, pesan Tuhan masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Ada juga orang-orang yang menyambut Injil, tapi kalau ada masalah mereka mundur. Yang lain lagi disibukkan dengan kesuksesan atau hobi. Sibuk dengan segala hal dan lupa akan Tuhan. Tidak ada waktu,  ruang, dan prioritas untuk Tuhan. Yesus berkata: ‘Itu juga terjadi. Sayang sekali!’ Namun puji Tuhan, ada juga benih yang jatuh ke tanah yang baik. Benih itu berakar, bertumbuh dan berbuah. Bahkan ada benih yang berbuah seratus kali lipat! 

Sebenarnya luar biasa kalau Tuhan Yesus menceritakan ini. Ini artinya Tuhan Yesus tahu bahwa banyak usahaNya akan sia-sia. Tampaknya sia-sia. Orang-orang yang Ia berikan perhatian dan kasih, namun akhirnya mereka meninggalkan Yesus sendiri. Bahkan lebih dari itu. Yesus tahu sebelum Ia datang ke dunia ini bahwa hidupNya akan berakhir di kayu salib. Namun apakah karena itu Ia pernah berkata: ‘Aku tidak mau kerjakan? Bukankah ini tidak ada artinya?’ Tidak! Yesus tetap meneruskan pekerjaanNya. Itu semua karena Yesus percaya ada waktu menuai! Di Alkitab kita tidak pernah membaca kalau Yesus sinis, muram, atau menyimpan dendam terhadap orang-orang. ‘Sekarang kalian enak-enak makan roti yang Aku lipatgandakan, tapi nanti kalian juga akan menyalibkan Aku’.  Tidak pernah kita membaca seperti itu! Tuhan Yesus datang ke dunia ini. Ia tahu akan segala kebencian terhadapNya, namun toch Ia memberikan diriNya. Ini terjadi karena Ia memandang jauh melampaui kayu salib. Ia tahu akan kebangkitanNya. Ia tahu bahwa karena kematian dan kebangkitanNya, Ia memberikan hidup kepada banyak orang! Ia menabur benihNya di pagi hari dan tidak beristirahat di waktu petang. Ia melemparkan rotiNya ke air, dan .... lihatlah dua ribu tahun kemudian kita ada di sini! Yesus telah menaburkan diriNya sendiri. Ia memberi diri sepenuhnya dan hasil panennya berlimpah! Ia tidak sinis dan menyimpan dendam. Ia tidak putus asa. Demikian juga kita tidak boleh putus asa! Ada Allah yang akan memberi kejutan! Inilah janjiNya: ‘Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.’ Hujan berkat akan tercurah!

Jemaat terkasih. Tidaklah sia-sia kalau kita berdoa untuk orang yang belum percaya kepada Yesus. Tidaklah sia-sia kalau kita berdoa agar mereka menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tiap kali kita berdoa, itulah roti yang kita taburkan. Tidaklah sia-sia memberi uang untuk proyek dalam Kerajaan Allah, seperti untuk KDM. Di surga nanti anda akan terkejut. Ada orang yang mendatangi anda dengan syukur dan berkata: ‘Karena pemberian anda, saya mendapat Alkitab. Karena pemberian anda, saya dapat studi dan berkembang. Saya dapat menghidupi keluarga dan menjadi berkat bagi komunitas desa saya. Anda adalah alat di tangan Tuhan, sehingga saya boleh mengenalNya.’ ‘Lemparkanlah rotimu ke air!’ Meskipun mata duniawi kita mungkin tidak akan melihat panennya, namun di surga kita akan dikejutkan.

Demikian janji Tuhan: Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.

Hampir di semua regio, liburan musim panas telah usai. Kita berada di musim yang baru dari kegiatan gerejawi sesudah masa liburan. Sering disebut dengan ‘Minggu Pembukaan’.

 

Marilah kita semua kembali ke kebaktian fisik. Marilah dengan sepenuh hati dan jiwa kita melibatkan diri untuk pekerjaan gereja Tuhan.

Bersedialah mengambil risiko untuk Kerajaan Allah. Ikutlah dalam kegiatan dan pelayanan di gereja. Janganlah kita pasif, melainkan aktif. Janganlah kita penuh kekuatiran, tetapi penuh kepercayaan oleh kuasa Roh Kudus. Jangan hilang semangat, melainkan teguh dan gigihlah. Janganlah kita dipengaruhi oleh keadaan atau orang lain, melainkan tetaplah setia dalam pekerjaanNya. Bersama-sama sebagai jemaat kita boleh melempar roti kita ke air. Kita menabur untuk panenNya Tuhan.

Amin.