Mazmur 103:1-22

Jemaat Yesus Kristus, saudara-saudari, pemuda-pemudi,

Jauh di lubuk hati, kita semua, sebagai manusia, sebagai individu rindu untuk mencapai tujuan  hidup kita, dipulihkan dan disembuhkan oleh Allah. Yang terakhir ini akan kita renungkan di tahun 2022 dan pdt.Johannes minggu lalu telah memulainya dengan baik. Sebenarnya ini bukan hanya kerinduan manusia saja tetapi juga kerinduan Tuhan Allah untuk semua ciptaan-Nya. Seluruh Alkitab berbicara tentang hal ini. Karena itu kita merayakan Natal. Sebab Allah telah memulai karya keselamatan-Nya dengan penciptaan manusia, dunia dan segala isinya. Segala sesuatu diciptakan-Nya dan Ia melihat bahwa semua baik.  Tetapi manusia memilih jalannya sendiri, manusia mengikuti kehendaknya sendiri dan jatuh ke dalam dosa sehingga kehilangan kemuliaan Allah.

Oleh kasih dan kesetiaan Tuhan Allah, Dia mengutus Anak-Nya Yesus Kristus ke dunia untuk menebus kita dari dosa-dosa kita. Tetapi Tuhan terus memberikan kasih-Nya kepada manusia karena tujuan terakhir-Nya adalah memulihkan dan menyembuhkan manusia, agar manusia kembali menemukan kemuliaan Allah. Manusia kembali mengenal-Nya sebagai Allah yang menyembuhkan dan memulihkan.  Allah yang membawa saudara dan saya kepada tujuan hidup kita. Demi kasih-Nya kepada kita manusia, Tuhan sendiri yang berinisiatif dan masih tetap bekerja untuk pemulihan umat manusia dan seluruh ciptaan.

Saudara-saudari,

Mazmur 103 adalah lagu tentang kasih setia Allah, terjemahan lama artinya kebaikan Allah. Kita akan menyusup masuk dalam kehidupan raja Daud yang menulis lagu ini. Bagaimana dia mengalami kasih setia Allah dan kita belajar mengenal siapa Tuhan dan Allahnya yang ia percayai.

Dalam kitab 1 Samuel,  mulai dari pasal 16, kita dapat membaca tentang cerita Daud. Dia adalah anak bungsu dari Isai yang diurapi oleh Samuel sebagai raja. Dia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah dan di situ letak kekuatannya dalam menghadapi banyak permasalahan yang dihadapinya. Dia tidak dianggap oleh saudara-saudaranya dan setelah menang dalam pertempuran dengan Goliat dia disebut sebagai pahlawan. Saul menjadi iri kepadanya dan beberapa kali hendak membunuhnya. Segala upaya itu tidak pernah berhasil. Pada saat Daud berada pada puncak kariernya sebagai raja, dia jatuh dengan berbuat tidak adil terhadap Uria dan mengambil isterinya, Batsyeba. Dalam kejatuhannya dia mengenal Allah lebih dalam sebagai Allah yang maha pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Disini kita melihat bahwa seorang yang sudah dipilih dan diurapi tidak luput dari segala kesalahan dan dosa.  Anaknya Bersama Batsyeba meninggal dan Absalom, anaknya yang lain ingin membunuh dia. Singkatnya, ada banyak hal dalam hidupnya yang harus dia proses untuk dipulihkan dan disembuhkan.  

Mazmur ini dimulai dengan: Pujilah TUHAN, hai jiwaku. Dari titik awal ini kita dibawa kepada dosa dan pengampunan, penyakit dan liang lahat/kuburan, iman kepada Allah dan hubungan antara sesama manusia.

Secara singkat, menggambarkan sesuatu di depan mata kita tentang pekerjaan Allah di bumi dan di surga, di masa lalu, sekarang dan masa depan. Kemudian diakhiri sama seperti di bagian awal: Pujilah TUHAN, hai jiwaku. Ada pergerakan di dalamnya dari ungkapan pribadi, 'jiwaku, hatiku' menjadi universal dan kembali lagi kepada pribadi.

Sebagai pembaca kita dapat mengambil alih dua ayat pertama sebagai kata-kata yang kita ucapkan sendiri. Pujilah TUHAN hai Jiwaku, hatiku, segenap batinku, semua yang ada di dalamku. Itulah seluruh keberadaanku dengan segenap hidupku.  Pikiranku, perasaanku, keinginanku. Keberadaanku yang penuh dengan cita-cita, kerinduan dan impian. Tetapi juga dengan garis kehidupan yang retak, luka-luka yang membekas dan luka-luka yang ada saat ini.

Setelah pujian ini, ayat 3 dibuka secara positif; Tuhan mengampuni apa yang tidak baik dalam diriku; kejahatanku (dunia pikiran), kesalahanku dan hutang dosaku. Selain itu, manusia juga disembuhkan, dipulihkan dari penyakitnya.

Saudara-saudari,

Bukan kebetulan jika pengampunan ada di daftar teratas. Pengampunan adalah kebutuhan kita yang terbesar. Mengapa demikian? Karena persoalan terbesar dalam kehidupan adalah kejahatan dan pelanggaran. Daud menyadari betapa pentingnya pengampunan baginya. Kita akan lebih mengerti ayat ini jika kita membaca Mazmur 51 tentang pengakuan dosa Daud setelah ia ditegur oleh nabi Natan karena perselingkuhannya dengan Batsyeba. Dalam ayat 19 dia mengatakan, ‘Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina ya Allah’ (Mazmur 51:6,19). Dia benar-benar menyesali dosanya di hadapan Allah dan dia sadar bahwa Allah meminta hatinya dan jiwanya.  

Inilah yang Tuhan juga minta dari pada kita, agar kita mengaku dosa dan percaya bahwa Allah setia dengan janji-Nya seperti yang ada dalam Mazmur 103 ayat 8-12. Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Saudara-saudara Tuhan tidak pernah menuntut dan tidak untuk selamanya Ia mendendam. Ia membuang jauh dosa kita sampai di tubir laut. Kita ada di timur, Ia membuang dosa dan pelanggaran kita jauh ke barat. Dengan demikian kita tidak pernah lagi bertemu dosa-dosa kita.

Ayat-ayat ini tidak bisa dijelaskan saudara-saudari. Firman Tuhan ini hanya bisa diresapi dan ditarik sampai ke dalam jiwa dan sum-sum tubuh kita karena maknanya sangat dalam dan karena itu Allah ingin agar kita merasakannya, mengalaminya sendiri. Rasakanlah bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang dan berlimpah kasih setia.

Daud mengalami kasih sayang Allah seperti seorang bapa yang sayang kepada anaknya. Saya harus katakan bahwa tidak semua orang merasa kasih sayang bapanya atau ibunya karena berbagai alasan. Dan walaupun ada yang merasa demikian, saudara boleh mengetahui bahwa Allah menyayangi dan mencintai saudara. Bahwa saudara dikenal oleh Allah, apapun yang saudara lakukan atau hadapi di masa lalu. Ia menaruh hukuman kita pada Anak-nya sendiri. Yesus Kristus, yang adalah Allah dan Manusia. Ia menanggung hukuman untuk membebaskan kita. Tetapi kita harus mengaku dosa dan tetap membutuhkan pengampunan setiap saat. Tidak ada seorang pun yang terlalu angkuh untuk tidak membutuhkan pengampunan (1Yoh. 1:8, 10). Itulah sebabnya, di tempat lain Daud berkata: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya” (Rm. 4:6-7). Kita boleh percaya bahwa Allah mengampuni segala kesalahan kita.

Jadi bagi saudara yang belum yakin bahwa Tuhan mengampuni saudara atau masih belum bisa mengampuni diri sendiri, marilah kita kembali kepada Tuhan dan percaya akan firman-Nya. Percaya bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang, Panjang sabar, penuh kasih setia.  

Pertanyaan bagi kita sekarang, mengapa Allah begitu menyayangi dan sabar dengan kita manusia berdosa? Mengapa?

Jawabannya ada dalam ayat 14, hanya kata ini sering kali kita membacanya begitu saja. Tetapi kalau kita membaca kasih setia Tuhan yang begitu besar dan luar biasa dalam ayat 8 -13, maka satu kata penghubung ini mempunyai arti yang sangat dalam: ‘Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu’.

Arti debu dan abu adalah sesuatu yang bernilai kecil, duniawi dan karenanya dapat binasa. Ini sangat jelas dalam Kejadian 18:27, "Dan Abraham menyahut: ‘Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu’. Hanya kesadaran bahwa kita adalah makhluk ciptaan, dapat membawa kita lebih dekat kepada Sang Pencipta “yang memiliki keabadian.”

Saudara-saudari,

Makna dari kata-kata tersebut semakin mendapat tekanan di masa pandemi ini. Keberadaan kita  sudah seperti ini: tidak kekal, sementara, cepat berlalu, lemah dan rapuh. Kita menghadapi begitu banyak kesedihan, kehilangan orang-orang terkasih yang telah meninggal. Allah tahu bagaimana perasaan saudara saat ini. Saya yakin Allah ingin lebih dekat dengan saudara dengan kasih dan kesetiaan-Nya sehingga saudara dapat mengalami kesembuhan dan pemulihan-Nya. Saudara dikenal dan diakui oleh Allah dalam duka saudara. Justru dalam keberadaan kita yang terbatas, rapuh dan hancur, kita bisa hidup hanya dari Firman-Nya yang mengatakan bahwa kasih setia TUHAN itu kekal sampai kepada anak cucu. Bukankah ini suatu penghiburan? Mungkin orang tua, ayah atau ibu kita tidak ada lagi tetapi kasih setia Tuhan tetap ada sampai selama-lamanya, juga sampai kepada anak cucu. Bukankah itu penghiburan juga kepada kakek dan nenek yang masih hidup sekarang ini?

Saudara-saudari,

Allah juga melakukan sesuatu dalam ayat 4: "Dia memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat." Bayangkan saja saudara-saudari. Karakter yang Allah miliki dalam diri-Nya sendiri, diambil dari kasih-Nya, dari kesetiaan-Nya, kredibilitas-Nya sendiri, apa yang ada dalam diri-Nya, dan meletakkannya di atas kepala saudara dan saya. Ayat 8 mengatakan "TUHAN adalah penyayang dan pengasih; Ia tetap sabar, dan besar kesetiaan-Nya." Begitulah Allah, dan Dia menempatkan kasih setia di atas kepala saudara dan saya. Allah menghiasi kita dengan apa yang indah pada-Nya. Kita memikul juga kesetiaan dan kasih Tuhan yang dapat kita wujudkan dalam pelayanan di gereja, rumah, lingkungan dan di tempat pekerjaan. Maka disana ketidakadilan dipulihkan. Ada pengampunan, dosa ditutupi untuk selamanya. Di sana kehidupan menjadi baik dan abadi.

Saudara-saudari,

Dalam tahun 2022 Allah ingin menyatakan kebaikan-Nya, kasih setia-Nya kepada kita dalam Mazmur 103. Ia sangat mengasihi kita sehingga sejak awal waktu Dia memiliki rencana untuk Anak-Nya yang tunggal membayar harga untuk dosa-dosa kita dan menawarkan kepada kita keselamatan yang sempurna, yaitu hidup dari pengampunan dan pemulihan. Hidup dari dalam jiwa di dalam dan melalui Allah. Hidup itu begitu kuat sehingga tidak peduli apa yang terjadi pada kita di masa lalu dan apa yang merusak jiwa kita. Kita bisa sembuh dan pulih sepenuhnya.  Bukan karena diri kita sendiri tetapi karena kuasa kasih setia Allah yang luar biasa besar dan ajaib bekerja dalam hati dan jiwa kita. Imani dan percaya pada Firman-Nya.

Amin.