Lucas 23:39-49
Setiap tempat mempunyai lagu pengantar tidur sendiri. Dari lagu pengantar tidur itu kita juga dapat mengetahui ciri khas dari tempat itu. Lagu pengantar tidur dari Indonesia ialah ‘Nina Bobo’. Apakah anda juga suka menyanyikannya untuk anak kecil?
Nina Bobo(Nina bukanlah nama depan seorang anak perempuan, tetapi artinya ‘anak perempuan’ secara umum. Nina berasal dari bahasa Portugis ‘menina’ yang artinya anak perempuan. Beberapa kata di Indonesia berasal dari bahasa Portugis).
Nina bobo oh Nina bobo
kalau tidak bobo digigit nyamuk.
Di Indonesia banyak nyamuk. Karena itu kita temukan ini di lagu pengantar tidur.
Di Belanda lagu pengantar tidur yang dikenal berasal dari abad 19:‘Slaap, kindje, slaap’
Tidur, tidurlah nak
di luar ada seekor domba berjalan.
Seekor domba dengan kaki putihnya
yang minum susu dengan manis.
Tidur, tidurlah nak
di luar ada seekor domba berjalan.
Di Belanda ada banyak domba (di pedesaan). Karena itu kita temukan ini di lagu ini.
Lagu pengantar tidur memberi ketenangan dan keyakinan. Apalagi bagi anak yang takut dengan kegelapan malam atau takut akan hal-hal yang tidak diketahui akan datang esok hari.
Orang Yahudi juga memiliki doa malam yang diucapkan atau dinyanyikan sebelum tidur. Doa malam itu kita temukan di Mazmur 31:6 ‘Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku...’ Inilah juga perkataan Yesus terakhir di kayu salib.
Tahukah anda berapa jam Yesus tergantung di salib? Kira-kira 6 jam lamanya (bnd. Markus 15:25 dan Lukas 23:44). Dari atas salib kita mendengar 7 perkataan terakhir Yesus atau 7 perkataan Yesus di kayu salib.
Inilah 7 perkataan Yesus di kayu salib secara berurut.7 perkataan ini sangat luar biasa, mengharukan, dan penuh arti.
1. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34)
(Perkataan pengampunan)
2. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43)
(Perkataan keselamatan, pembebasan)
3. “Ibu, inilah, Anakmu!” “Inilah ibumu” (Yohanes 19:26-27)
(Perkataan kasih dan kepedulian)
4. “Eli, Eli, lama sabakhtani?/ Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46, Markus 15:34)
(Perkataan kasih dan kepedulian)
5. “Aku haus!” (Yohanes 19:28)
(Perkataan penderitaan)
6. “Sudah selesai” (Yohanes 19:30)
(Perkataan kemenangan)
7. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46)
(Perkataan kepercayaan)
Dalam kebaktian ini kita memfokuskan perkataan Yesus yang ketujuh (terakhir): “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”.
Ini juga bisa kita terjemahkan: ‘Ke dalam tanganMu aku berikan nyawaku untuk diamankan.’ Jika anda mempunyai barang atau dokumen berharga, maka yang terbaik anda simpan di bank (SDB: Safe Deposit Box). Anda berikan untuk diamankan. Anda ke bank dan karyawan bank akan membuka kotak SDB anda dengan kuncinya bersamaan dengan kunci anda. Anda taruh barang berharga anda dan kembali ke rumah. Anda mempercayakan barang anda kepada bank. Di sana barang anda aman.
Secara berbeda, ini juga bisa kita terjemahkan: ‘Ke dalam tanganMu aku mempercayakan nyawaku.’ Jika anda mempercayakan anak anda untuk dijaga orang lain, maka hanya orang yang anda percaya yang anda akan minta tolong. Kalau anda mempercayakan anak maka anda akan menjemput kembali anak anda.
Demikian juga kalau anda menaruh barang berharga untuk diamankan di SDB, dengan maksud akan mengambilnya kembali. Ini juga maksud dari ‘Ke dalam tanganMu aku serahkan nyawaku’. Aku menyerahkan diriku kepadaMu Tuhan, karena aku tahu bahwa Engkau tidak akan mengambilnya tetapi memberikan kembali kepadaku’.
Dengan perkataan dari Mazmur 31 ini orang Yahudi berdoa di waktu malam. Sungguh istimewa ini. Lebih dari tentang ‘nyamuk’ atau ‘domba’ dari lagu pengantar tidur di awal tadi. Sebelum anda tidur, sebelum anda kehilangan kendali atas pikiran dan tubuh anda, katakan pada Tuhan: ‘Ke dalam tanganMu aku berikan nyawaku untuk diamankan.’
Sekarang, sebelum kematianNya, Tuhan Yesus mengucapkan perkataan ini dari bibirNya. Doa malam. Yesus menambahkan satu kata yang tidak ada di Mazmur 31 ini, yaitu ‘Bapa’. Sungguh luar biasa apa yang Yesus katakan di sini. Padahal waktu itu begitu gelap di Golgota. 3 jam lamanya kegelapan menguasai bumi. Kegelapan yang menakutkan dan misterius bagi orang yang ada di sana. Yesus sendiri tahu bahwa kegelapan itu berarti: Bapa meninggalkanNya. Bapa tidak dapat melihat AnakNya menderita sedemikian rupa. Matius dan Markus menulis apa yang Yesus serukan: ‘Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ Setelah 3 jam kegelapan ini, ketika waktu ‘pemberian korban malam’ di bait Suci tiba, berserulah Yesus: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku’. Yesus tidak lagi berkata ‘Allahku’, tetapi ‘Ya Bapa’. Mengapa? Karena sebelumnya Yesus sudah berseru (menurut Injil Yohanes) ‘Sudah selesai!’ Korban untuk dosa dunia ini telah diberikan oleh Yesus di atas kayu salib.
Segala sesuatu sudah selesai (genap). Relasi antara Bapa dan Anak sekarang dipulihkan. Yesus telah melaksanakan tugasNya sampai akhir dan sekarang Ia menyerahkan rohNya untuk diamankan oleh BapaNya. Bapa menjaga roh Yesus dengan aman sampai pagi pertama Minggu itu, hari Paskah yang akan datang.
Yesus mempercayakan diri sepenuhnya kepada BapaNya. Demikian Yesus menjalani kematian. Justru dengan apa yang terjadi di sini di Golgota, melalui perkataan ini, Yesus meneguhkan apa yang Ia pernah katakan: bahwa kematianNya bukanlah peristiwa kekalahan tragis seseorang, namun terjadi karena kesadaranNya berkorban untuk keselamatan manusia. Berulang kali Ia berkata, seperti di Matius 20:28: ‘Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang’.
Dengan penuh kesadaran Yesus memberikan hidupNya, untuk menyelamatkan kita dan memberikan hidup kekal. Bukan manusia yang mencabut nyawa Yesus. Bukan Kayafas. Bukan Sanhedrin. Bukan Herodes. Bukan Pontius Pilatus. Bukan serdadu Romawi. Bukan orang banyak pada waktu itu. Yesus mempunyai segala kuasa. Jika Ia mau, Ia dapat memerintahkan malaikat untuk membebaskanNya dari salib. Namun itu tidak Ia lakukan. Dengan sadar dan sukarela Yesus memberikan hidupNya. Seperti lagu Opwekking 268 yang tadi kita nyanyikan: ‘Lihatlah Allah kita, Sang Raja-hamba. Ia telah memberikan hidupNya ...’ Tentang ini Yesus juga berkata di Yohanes 10:18 “Tidak seorangpun mengambilnya (nyawaKu) dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya ...’
Kematian tidak menghampiri Yesus untuk mengalahkanNya. Tidak! Yesus menghampiri kematian untuk mengalahkannya! Kematian tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Yesus! Di hadapan Yesus, kematian itu mati!
Dengan kematianNya seperti itu, Yesus memperlihatkan bahwa Ia berbeda dengan manusia lain. Ia adalah Tuhan. Ia adalah Raja! Sebagai Raja, dengan sadar Ia menyerahkan hidupNya agar kita mendapat hidup kekal. Bukan tanpa alasan kepala pasukan Romawi berkata: ‘Sungguh, orang ini adalah orang benar!’
Jemaat yang terkasih. Yesus mempercayakan hidupNya sepenuhnya kepada Bapa Surgawi, bahkan ketika Ia di atas salib. Itu sebabnya kita juga bisa sepenuhnya percaya pada anugerah Allah apapun yang terjadi dalam hidup ini. Jika saudara mempercayakan hidup saudara kepadaNya, maka saudara aman! Aman bersamaNya di dalam kehidupan dan kematian, dalam waktu dan kekekalan. Justru karena Yesus berseru: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku’, justru kita juga boleh mengatakan yang sama: ‘Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku, hidupku.’ Kita boleh hidup dengan penuh kepercayaan walaupun kita menghadapi kesulitan atau penderitaan (‘Aku haus’), walaupun kita tidak dapat sepenuhnya mengerti apa yang kita alami dalam hidup ini (‘Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’). Kita boleh mempercayakan hidup kita kepada Bapa Surgawi, yang kepadaNya Yesus juga menyerahkan hidupNya. ‘Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku’.
Petrus menguatkan orang-orang percaya di I Petrus 4:19 ‘Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.’
Pandemi corona mengkonfrontasi kita manusia dengan kerapuhan dan kefanaan hidup ini. Pandemi ini mengingatkan kita bahwa hidup ini tidak bisa dibuat sendiri. Kita tidak memiliki segalanya di tangan kita. Orang muda dan orang tua sama-sama dihadapkan dan dilanda olehnya. Pertanyaan yang penting ialah: ‘Di tangan siapakah kita serahkan hidup kita?’
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Bola basket di tangan saya berharga 20 euro.
Bola basket di tangan Michael Jordan berharga 28 juta euro.
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Raket tenis di tangan saya tidak ada gunanya (raket ‘nyamuk’ mungkin lebih berguna).
Raket tenis di tangan Novak Djokovic menghasilkan kemenangan di kejuaraan dunia.
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Tongkat kayu di tangan saya dapat menghalau binatang buas.
Tongkat kayu di tangan Musa dapat membelah lautan luas.
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Umban di tangan saya tidak lebih dari mainan anak-anak.
Umban di tangan Daud yang masih muda merupakan senjata dahsyat mengalahkan raksasa Goliat.
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Lima roti dan dua ikan di tangan saya cukup untuk makan siang 2 orang.
Lima roti dan dua ikan di tangan Yesus adalah makanan untuk 5000 orang.
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Paku di tangan saya mungkin dapat dipakai membuat rumah burung.
Paku di tangan Yesus menghasilkan keselamatan bagi dunia.
Itu tergantung ada di tangan siapa ...
Karena itu taruhlah segala kekuatiran, mimpi, ketakutan, harapan, kesedihan, masa depan, atau apapun juga dalam tangan Allah. Segala sesuatu tergantung ada di tangan siapa ...
Jemaat terkasih. Pada hari Jumat Agung ini, kita mengenang dengan penuh syukur kematian Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita di kayu salib.
Arahkanlah pandangan pada Yesus. Ia yang telah memberikan diriNya bagi anda dan saya. Ia yang bertahan sampai akhir. Ia yang berseru dengan suara nyaring: ‘Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!’ Demikian kita juga mempercayakan hidup kita kepada Allah: ‘Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku, hidupku.’ Dengan doa malam ini, anda dapat tidur dengan tenang, karena pagi milikNya akan datang.
Amin.