Mazmur 116:1-10

Hidup ini adalah sebuah perjuangan/ pertempuran. Bagi banyak orang, krisis corona sekarang adalah pertempuran yang terberat yang kita alami. Banyak pemimpin dunia berkata bahwa pandemi ini adalah krisis terbesar sesudah perang dunia II. Mungkin 10 atau 20 tahun lagi, kalau kita bertanya tentang suatu peristiwa, kita akan bertanya: ‘Apakah itu sebelum atau sesudah krisis corona?’ Ada peristiwa yang memang begitu mendalam dan menjadi penanda sejarah.

Apa reaksi anda di tengah pertempuran? Reaksi tiap orang berbeda. Orang yang satu takut atau putus-asa. Seakan tidak ada kekuatan sama sekali. Anda merasa lumpuh. Orang yang lain reaksinya adalah frustrasi atau marah karena situasi. Kalau anda marah, anda seolah ingin menggunakan semua kekuatan yang ada. Ungkapannya bisa bermacam-macam: mengeluh, mencari kambing hitam, melampiaskan emosi dengan berteriak sekerasnya atau meremas sekuat tenaga. Tolong jangan lakukan ini sembarangan. Lebih baik anda pakai bola stress.

Kedua reaksi tadi manusiawi dan sering dapat dimengerti. Namun tahukah anda, dengan kedua reaksi itu anda dikuasai oleh pertempuran itu.

Reaksi yang lain adalah menerima. Pasrah. Kalau anda menerima, anda bisa berdamai dengan situasi yang ada. Anda masih harus menghadapi pertempuran itu, tetapi anda tidak dikuasai oleh pertempuran itu. Andalah yang menguasai pertempuran itu!

Hari ini kita berbicara tentang reaksi yang lain di tengah pertempuran hidup. Reaksi ini mungkin tidak masuk akal, namun ini adalah reaksi iman, yaitu: Memuji Allah di tengah pertempuran hidup. Dalam hal ini, anda meletakkan pertempuran itu di tangan Tuhan. Anda berkata: ‘Tuhan, ini adalah pertempuranMu. Aku serahkan kepadaMu. Aku ada di belakangMu.’ Maka Tuhanlah di sini yang menguasai pertempuran itu!

Hari ini kita membaca Mazmur 116. Mazmur 116 adalah bagian dari kumpulan 6 mazmur yang semuanya berisikan pujian kepada Allah dalam situasi yang berbeda-beda. Mazmur 113-118 ini disebut juga ‘Hallel’ yang artinya ‘pujian’. Kata ‘Halleluya’ berasal dari kata ini dan artinya: ‘Terpujilah TUHAN’.

Adalah baik untuk memuji Tuhan, untuk menyanyikan pujian bagiNya. Pertama-tama ini baik di mata Tuhan. Allah lebih dari layak untuk menerima segala nyanyian pujian kita. Allah senang kalau kita memujiNya. Langit terus-menerus menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memuji pekerjaan tanganNya. Namun Allah sangat senang kalau anak-anakNya sendiri yang memujiNya.

Namun ada juga sisi yang lain. Memuji Tuhan juga baik untuk diri kita. Pujian menguatkan iman kita.

 

Bagaimana pujian (Hallel) menguatkan iman kita? Saya ingin membagikan anda 3 poin berikut:

1. Melalui pujian, kita menengok ke belakang apa yang Allah telah kerjakan dalam hidup kita.

Pertama-tama ‘Hallel’ (pujian) menengok ke sejarah, khususnya pembebasan dari perbudakan, keluaran dari Mesir (Mazmur 114). Dengan pimpinan Musa, umat Israel berjalan menuju tanah perjanjian. Tuhan membelah Laut Merah sehingga umat Israel dapat menyeberanginya. Umat Israel yang tidak berdaya menghadapi ganasnya pasukan Firaun yang mengejar dari belakang, dipimpin oleh tangan Tuhan yang berkuasa. Sungguh menakjubkan!

Itulah yang terjadi di sejarah besar sebagai satu bangsa. Namun Allah juga bekerja dalam sejarah pribadi manusia. Itu ditulis oleh Mazmur 116. Pemazmur mengalami pertempuran dahsyat dalam hidupnya. Apa yang ia hadapi tidak kita ketahui. Namun dari perkataannya kita dapat melihat dahsyatnya pertempuran yang ia hadapi. ‘Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan.’ (ayat 3). Di ayat 6 dan 8 kita membaca kata-kata ini: lemah, maut, air mata, tersandung. Kalau saya membaca kata-kata itu, maka saya jadi terdiam.

Pemazmur berhadapan dengan kematian. Mungkin karena penyakit, atau ada orang yang berbuat jahat kepadanya, atau karena situasi tertentu, ‘Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: “Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!” (ayat 4). Tuhan sungguh menolongnya. Tuhan menyelamatkan sang pemazmur dari bahaya maut. ‘TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.’ Pemazmur seakan mendapatkan kembali hidupnya. Sekarang ia bersorak penuh sukacita! Ia menyanyikan pujian kepada Allah. Ia mengungkapkan kasihNya kepada Tuhan. ‘Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku…

Karena itu, janganlah kita lupa untuk menengok ke belakang. Di tengah pertempuran hidup, jangan hanya terpaku pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Jangan terpaku pada saat ini saja. Lihatlah ke belakang apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam hidup kita.

Sejarah keselamatan kita temukan di dalam Alkitab. Kalau kita sering membaca Alkitab, maka kita belajar tentang tokoh-tokoh Alkitab yang juga mengalami pertempuran hidup masing-masing. Tokoh Alkitab manakah yang paling anda kenali dalam hidup anda pribadi dan mengapa? Kalau anda mau, nanti setelah khotbah anda dapat menulis dengan singkat di kolom chat YouTube. Sejarah Alkitab memang sudah lama terjadi. Namun demikian apa yang dulu terjadi juga kita kenali dalam hidup kita sekarang. Apa yang kita alami sekarang berkaitan dengan bencana alam atau wabah juga kita temui di Alkitab. Demikian juga tentang penyakit menular dan peraturan karantina yang dijalankan. Anda dapat membaca misalnya di Imamat 13. Yang jelas di dalam Alkitab ialah bahwa Allah peduli kepada umatNya. Tuhan mengasihi anak-anakNya. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Ia memelihara kita.

Lihat kembali apa yang Allah sudah kerjakan di masa lalu. Ini juga berlaku dalam sejarah hidup kita masing-masing. Allah sudah melakukan pekerjaan besar dalam hidup kita. KaryaNya yang tidak terhitung! Sebagaimana lagu pembukaan kita tadi: ’10.000 alasan untuk bersyukur’. 

 

2. Melalui pujian, kita belajar memandang dari kemenangan yang akan datang.

Poin yang kedua di mana ‘Hallel’ (pujian) menguatkan iman kita yaitu: kita diajar bukan hanya menengok ke belakang, tetapi juga memandang ke depan!

Kumpulan mazmur pujian ini (Mazmur 113-118) atau ‘Hallel’ ini, dinyanyikan pada perayaan Paskah Yahudi (Pesakh). Mazmur pujian ini juga dinyanyikan oleh Yesus dan murid-muridNya di malam sebelum Yesus ditangkap (Markus 14:26).

Bayangkan bahwa Tuhan Yesus tahu segala sesuatu yang akan terjadi kemudian: penderitaanNya, kematianNya di salib, dan pada waktu perjamuan Paskah itu yang dinyanyikan adalah nyanyian syukur! Antara lain dari Mazmur 116 ini. Tuhan Yesus tidak berkata kepada murid-muridNya: ‘Saudaraku, hari ini Aku tidak bisa menyanyikan pujian. Mari kita lewatkan saja bagian ini.’ Tidak, Yesus menyanyi nyanyian pujian itu dengan penuh kesadaran.

Yesus dan murid-muridNya menyanyi tentang pembebasan, meskipun penderitaan dan salib masih harus Ia jalani! Ini berbeda dengan pemazmur 116 yang menyanyikan pujiannya ketika pertempurannya sudah berakhir. ‘Hallel’ mempunyai arti yang jelas: Tuhan Allah adalah sang pemenang! Yang menjadi pemenang bukanlah berhala-berhala (kata Mazmur 115), bukanlah penyakit atau kesusahan yang memiliki kata akhir (kata Mazmur 116), bukanlah musuh-musuh (kata Mazmur 118). Tidak. TUHANlah yang memerintah! Ialah yang berkuasa! Ia memberi kemenangan! Pandanglah ke depan. Ingat akan kemenanganNya! Maka anda dapat bertahan di tengah pertempuran. Tahukah anda bahwa Tuhan Yesus juga dapat menjalani penderitaanNya karena Ia memandang ke depan, jauh melampaui kematian? Itulah yang memberikanNya kekuatan (Lihat Ibrani 12:2).

Adalah masa depan, sukacita di depan yang membuat Yesus sanggup menjalani salibNya. Itulah perspektif! Demikian Juruselamat kita menghadapi penderitaanNya. Sesudah Jumat Agung ada Paskah! Sesudah penderitaan dan kematian, ada kebangkitan! Kalau kita tidak memandang ke depan, kepada hidup kekal yang akan digenapi sepenuhnya, maka kita hanya terpana akan apa yang kita lihat sekarang dan tidak dapat menghadapinya. Paulus menguatkan kita di Roma 8:18: ‘Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.’   

‘Hallel’ (pujian) mengajar kita untuk bernyanyi dari sudut pandang pembebasan, penebusan, meskipun hidup ini masih penuh dengan masalah, pergumulan, kegagalan, dan kematian. Demikian ‘Hallel’ mengajar kita untuk berpikir jauh ke depan, menyanyi terlebih dulu.

75 tahun yang lalu, Belanda dibebaskan oleh tentara sekutu. Bagaimana tentara Amerika pada waktu Perang Dunia II dulu mengumpulkan kekuatan di tengah dahsyatnya pertempuran? Karena moto mereka adalah: ‘Berpikir dari sudut pandang kemenangan! See the job through to victory!

 

3. Melalui pujian, kita diangkat melampaui keadaan kita.

Nyanyikan pujian kepada Tuhan di tengah pertempuran hidup! Jangan tunggu sampai pertempuran selesai. Pujilah Tuhan, walaupun pertempuran masih terjadi, bahkan disaat paling  dahsyat. Dengan memuji Tuhan, kita diangkat melampaui keadaan kita. Kita mendapatkan ketenangan jiwa. ‘Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.’ (ayat 7)

Marieke Gouka, pemimpin editor dari acara NieuwLicht (Cahaya Baru) dari lembaga penyiaran Injili Belanda (EO), menulis di surat kabar NRC, 20 Maret yang lalu tentang krisis corona. Artikelnya berjudul: ‘Untuk pertama kalinya saya ingin jadi orang percaya’. Mengetahui bahwa setengah dari penduduk akan terkena virus ini dan puncak wabah masih akan datang, membuatnya menahan nafas. “Ke arah mana ini akan terjadi bagiku?”, tanyanya. Dengan penyakit autoimun dan asma ringan, ia lebih berisiko dari orang lain.

Gouka menulis: “Sekarang pada saat segala kepastian berguncang, saya ingin seperti kolega saya yang beriman … Merasakan kepercayaan bahwa di masa ini, di mana dasar berpijak tak terlihat, engkau merasa digendong erat. Bahwa ada Tuhan yang memeliharamu dan melindungimu. Bahwa ada kepercayaan sekalipun virus corona akhirnya lebih kuat dari sistem imunitasku, masih ada hidup kekal.”

Iman memberikan pegangan. Bahkan lebih lagi iman memegangmu erat. Marilah kita berdoa agar banyak mata yang memandang kepada Yesus di tengah krisis corona ini. Bahwa orang-orang menaruh kepercayaan kepada Yesus, karena nama Yesus berarti: TUHAN menyelamatkan!

Nyanyikan pujian di tengah pertempuran hidup. Biarlah rumah dan hati anda penuh dengan pujian. Contoh yang indah saya lihat di beberapa grup WhatsApp beberapa komisi gereja, bahwa banyak orang yang mensharingkan lagu-lagu rohani satu sama lain. Di tengah krisis corona, kita tidak jatuh pada keputusasaan, frustrasi atau kemarahan, tetapi penuh dengan pujian kepada Tuhan Yesus. Anda dapat juga menyanyikan lagu dari kebaktian Online ini kembali di rumah anda. Seperti yang anda lihat ada 6 lagu. Jadi 1 lagu untuk tiap hari dari Senin sampai Sabtu. Sampai kita menyanyikan nyanyian baru lagi di kebaktian (Online) berikut.

Nyanyikan pujian di tengah pertempuran, karena dengan pujian anda menengok ke belakang mengingat karya Allah dalam hidup anda, melalui pujian anda belajar memandang dari kemenangan yang akan datang, dan melalui pujian, anda diangkat melampaui keadaan anda.

Amin.