Pembacaan Alkitab: 1 Petrus 1:3-12
Jemaat yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, pemuda-pemudi, anak-anak,
Minggu lalu kita telah merayakan Jumat Agung dan Paskah melalui ibadah online yang indah dan menguatkan iman kita. Kita telah merayakan bahwa Kristus yang menderita dan mati adalah Kristus yang sama yang telah bangkit dari antara orang mati. Covid-19 tidak dapat mematahkan semangat orang Kristen di seluruh dunia untuk merayakan Paskah karena Paskah adalah pesta kebangkitan dan pengharapan. Ada harapan dan hidup baru yang Tuhan berikan bagi saudara dan saya. Karena itu tema kita hari ini berbunyi: Kebangkitan Kristus adalah dasar bagi pengharapan kita’.
Pertanyaan bagi kita adalah, apakah pengharapan itu? Apa itu pengharapan menurut Alkitab? Apa yang harus kita lakukan untuk tetap berpegang pada pengharapan kristen dalam situasi yang sulit ini?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita jawab berdasarkan beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan kepada saudara. Jadi kita akan lakukan khotbah interaktif. Baik untuk mengajukan pertanyaan pertama, apakah pengharapan itu?
Pertanyaan 1:
Apakah harap / berharap / pengharapan itu? Apa yang muncul di benak saudara pada saat saudara mendengar kata ini?
Menurut Kamus Besar Van Dale, harapan dilihat sebagai: "Penantian harapan bahwa sesuatu yang baik, yang masih tidak pasti, yang ada di masa depan, akan menjadi kenyataan."
Jadi harapan bisa digambarkan sebagai "kerinduan akan sesuatu yang baik untuk masa depan". Melalui virus korona, orang di seluruh dunia memiliki harapan atau kerinduan yang sama. Misalnya, bahwa mereka atau keluarga mereka tidak terjangkit virus. Bahwa semua orang Kristen segera kembali ke gereja dan bertemu satu sama lain secara fisik. Banyak orang bisa kembali bekerja secepat mungkin. Siswa dan anak-anak berharap untuk segera kembali ke kampus atau sekolah. Semua toko, restoran, salon, akan segera dibuka lagi. Tetapi di atas semua harapan dan keinginan itu bahwa Covid-19 agar cepat berlalu.
Namun, dalam contoh-contoh ini ada suatu ketidakpastian. Tidak pasti bahwa kehidupan akan kembali normal dalam waktu dekat. Tetapi manusia harus tetap berharap. Seperti sebuah pepatah Belanda “Dimana ada harapan, disana ada kehidupan”. Mari Kita lanjut ke pertanyaan dua tentang pengharapan menurut Alkitab.
Pertanyaan 2: Apa itu "harapan" menurut Alkitab?
Saudara-saudari, pemuda-pemudi, anak-anak,
Pengharapan menurut Alkitab adalah "mengharapkan dalam keyakinan dan merindukan kebaikan di masa depan" dan harapan ini didasarkan pada kebangkitan Yesus Kristus, Tuhan kita. Dan ya. Hanya di dalam Tuhan yang bangkit. Pengharapan kita, penantian kita yang pasti adalah pengharapan yang melampaui kematian dan sampai kedatangan Yesus Kristus yang kedua. Mari kita memperdalam bacaan dari kitab Petrus tentang pengharapan Alkitab dalam pertanyaan ketiga.
Vraag 3: Wat zeg Petrus in onze lezing over deze hoop?
Broeders en zusters,
Petrus schrijft deze brief aan de vreemdelingen, de eerste christenen in klein Azië om hen te bemoedigen over wat er werkelijk omgaat in die moeilijke tijden. Ze leefden in de situatie waarin ze vervolgd, verdrukt, gevangen en gemarteld waren. Maar niet zonder hoop want de Heer is waarlijk opgestaan!.
Pertanyaan 3: Apa yang Petrus katakan dalam pembacaan kita tentang pengharapan?
Saudara-saudari,
Petrus menulis surat ini kepada orang asing, orang kristen mula-mula di Asia Kecil untuk mendorong mereka tentang apa yang sebenarnya harus dilakukan di masa-masa sulit itu. Karena mereka hidup dalam situasi di mana mereka dianiaya, ditindas, dipenjara, dan disiksa. Tetapi bukan tanpa harapan karena Tuhan benar-benar telah bangkit!
Menyolok sekali bahwa Petrus tidak menulis tentang situasi dan penganiayaan mereka, tetapi ia membuka surat itu dengan kata-kata yang cukup tegas "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus"!.
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus! Mengapa Petrus melakukan itu? Karena dia telah menjadi saksi Tuhan yang benar-benar bangkit pada pagi Paskah itu.
Saudara dapat membayangkan mereka benar-benar bingung dan merasa dikalahkan. Mereka telah melihat dengan mata mereka sendiri bagaimana Dia mati di kayu salib terkutuk itu. Mereka telah meletakkannya-Nya di kubur itu dengan tangan mereka sendiri. Batu yang berat untuk itu ada di depan kubur! Kisah Yesus dari Nazaret telah selesai dan sama sekali gagal! Tidak ada jalan keluar bagi mereka dan mereka menjadi hilang pengharapan.
Di tengah-tengah situasi tanpa pengharapan, tiba-tiba pada hari ketiga - kubur terbuka. Batu itu terguling! Tempat di mana Yesus berbaring telah kosong. Dalam kegelapan keputusasaan mereka, sebuah cahaya yang bersinar menyala. Mereka tercekik dalam kesedihan mereka dan tiba-tiba dapat bernapas. Ini adalah peristiwa yang benar-benar unik. Kata terakhir bukanlah kehancuran atau keputusasaan. Tapi harapan.
Dalam rahmat-Nya, pengasihan-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali. Melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian yang membawa kita kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Orang-orang kristen adalah orang-orang yang mempunyai pengahrapan dan hidup dari pengharapan itu. Itulah ciri khas kehidupan anak-anak Allah.
Saudara dapat katakan bahwa Petrus terpikat oleh pengalaman hebat. Karena dia telah mengalami sesuatu yang benar-benar terjadi, maka itu mengubah pandangannya tentang kehidupan. Dan saya merasa bahwa ada banyak orang kristen yang mengalami hal yang sama.
Itulah sebabnya dia juga berkata: “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (ayat 6). Kata ‘bergembiralah’ di sini bukan dimaksudkan untuk bergembira dalam penganiayaan tetapi bergembira akan warisan harapan yang tidak tidak dapat binasa, cemar dan layu. Yang tidak bertahan untuk waktu yang singkat tetapi sampai kepada Yesus datang kembali. Itulah keselamatan kita, harapan di dalam Yesus Kristus melalui kebangkitan-Nya sampai Ia datang kembali.
Kita semua adalah makhluk yang hidup dari pengharapan. Tetapi pengharapan Kristen jauh melebihi pengharapan dunia. Pengharapan Kristen didasarkan pada apa yang pada akhirnya akan terjadi. Ini bukan tentang di sini dan sekarang ini saja. Ini tentang masa depan yang dijanjikan Tuhan. Tentang Kerajaan Allah yang akan terbentang di muka bumi. Tentang langit yang baru dan bumi yang baru. Mari kita lihat pertanyaan nomor empat.
Pertanyaan 4: Apakah simbol alkitabiah untuk harapan?
Saudara-saudari, pemuda pemudi, anak-anak,
Rasul Paulus menggunakan gambar jangkar ketika berbicara tentang harapan dalam Ibrani 6:19a “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita”. Harapan kita, sauh atau jangkar ini adalah pasti pasti / dapat diandalkan.
Apa asumsi dari gambar sauh/jangkar? Bahwa badai akan datang. Kita semakin menyadari bahwa jalan hidup kita sebagai pribadi, keluarga, gereja, negara dan dunia tidak akan dilewati tanpa badai dan angin topan. Pandemi Covid-19 saat ini adalah badai yang sangat besar yang mengancam seluruh dunia.
Dan dalam situasi ini, sauh atau jangkar ini, harapan sekarang adalah cara yang telah Tuhan berikan kepada kita, untuk bertahan dengan aman / mengalami badai di lautan kehidupan kita. Sebuah kapal yang berlayar jika diperhadapkan dengan batu karang dapat diselamatkan dari kehancuran oleh sauh/jangkar yang baik dan kokoh.
Apa ciri khas sebuah jangkar? Bahwa Anda membuangnya di luar kapal. Mereka yang menurunkan jangkar mereka ke palka kapal pasti akan hancur dalam badai besar. Sama halnya dengan jangkar ini: pengharapan tidak terfokus pada apa pun di dalam diri kita, tetapi 'dilemparkan' ke luar diri kita: percaya pada Allah dan janji-janji-Nya.
Dan saudara perhatikan bahwa kapal itu bukan tidak bergerak sama sekali. Kapal itu akan terombang ambing dan terkadang juga berbahaya. Hanya dasar di mana jangkar itu ada tidak bergerak sama sekali, aman, tenang.
Ada seorang percaya yang panik mendengar badai dan melihat ombak dan terutama merasakan gerakan kapal yang besar, hidupnya karena Covid-19. Dia tidak bisa berpikir bahwa kapal itu, hidupnya aman saat ini. Dia juga mengharapkan perhatian dari lingkungannya tetapi tidak mendapatkannya dan dia menjadi sangat kecewa. Akhirnya dia kembali kepada imannya, kepada Tuhan yang tidak pernah meninggalkannya sendirian dan ia kembali belajar berharap pada Tuhan seperti sebelumnya. Pertanyaan terakhir adalah, apakah yang dapat kita lakukan di tengah-tengah situasi yang tak ada harapan?
Pertanyaan 5:
Apakah yang dapat kita lakukan di tengah-tengah situasi yang tak berpengharapan ini?
Saudara-saudari,
Apakah saudara mengenal perasaan putus asa? Pernahkah saudara mengalaminya dalam hidup saudara? Bahwa saudara tidak lagi melihat cahaya di terowongan yang gelap? Bahwa saudara terjebak dalam pikiran saudara dan kadang-kadang juga secara harfiah mengunci diri di kamar saudara?
Banyak orang hidup dalam situasi ketidakpastian. Apakah saya masih punya pekerjaan? Masih bisakah saya membayar rumah atau sewa rumah, dapatkah saya menghidupi anak atau anak-anak saya? Bagaimana nantinya jika uang simpanan saya habis dan perusahaan saya bangkrut. Semua hal itu bisa membuat saudara putus asa.
Tidak peduli seberapa besar kesengsaraan, seberapa dalam penderitaan bagi banyak orang, betapa kesepian karena kekosongan, betapa cemasnya ketidakpastian, ada harapan. Karena Yesus Kristus telah bangkit dan kebangkitan-Nya adalah fondasi untuk pengharapan kita. Bukan hanya untuk saat ini saja tetapi sampai pada saat Yesus datang kembali. Kita yakin bahwa selalu ada harapan dan cahaya benar-benar menerobos dan bahwa kita akan menjalani hidup kita kembali seperti biasa. Kita tidak tahu kapan tetapi akan tiba saatnya ketika segala sesuatu menjadi lain.
Yang kita harus lakukan adalah bertahan. Jangan menyerah tetapi percaya kepada Tuhan. Bertekunlah dalam doa dan membaca Alkitab. Ingatlah akan kebaikannya dan bersyukurlah.
Dalam semua kebingungan dan ketakutan yang ada saat ini, kita sebagai gereja, sebagai pribadi, dapat membawa dan menerima pesan pengharapan dan penghiburan bagi dan dari dunia ini. Marilah kita hidup dari pengharapan Paskah.
Amin.