Pembacaan Alkitab: Filipi: 4:4-9
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan,
Sekitar bulan juni yang lalu, ada sebuah peristiwa yang menarik perhatian banyak orang di dunia, khususnya para pemimpin negara, apa itu? Kunjungan presiden Indonesia ke Ukraina dan Rusia.
Mengapa kunjungan ini menarik perhatian? Karena ditengah-tengah bergejolaknya peperangan yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, ternyata ada seorang pemimpin negara Asia, yang berani datang langsung ke daerah peperangan itu, dan bertemu dengan kedua pemimpin negara, yang sedang berperang.
Kunjungan presiden Indonesia ini, menimbulkan reaksi pro dan kontra, ada yang memuji kunjungan ini, tetapi ada juga yang mengkritiknya. Tentu kunjungan presiden Indonesia, ini ada beberapa kepentingan dan sudah dipertimbangan sungguh-sungguh. Namun, salah satu agenda yang ingin disampaikan melalui kunjungan ini adalah membawa misi damai dan mengingatkan dampak peperangan ini bagi kehidupan manusia di dunia ini.
Terlepas, dari apakah kunjungan ini membawa hasil untuk menghentikan peperangan itu atau tidak, namun setidaknya, kunjungan ini adalah suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mengupayakan perdamaian di dunia ini. Banyak kejadian yang menakutkan dan mencekam dan banyak orang yang memerlukan damai. Kita semua mendambakan hidup yang damai di tengah dunia yang kalut ini. Pertanyaannya, apakah mungkin ada damai di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini? Di mana kita bisa menemukan damai di tengah dunia yang kalut ini? Ada beberapa pandangan mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas?
Ada yang mengatakan bahwa kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan yang lebih kejam. Yang lain berkata, “Walaupun hidup ini susah, nikmati saja hidup ini”. Ada juga yang berkata, “Kasih adalah jawaban bagi segala masalah”. Yang pesimis mengatakan tidak akan ada damai di dunia ini. Namun bagi mereka atau negara-negara yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan, tampaknya lebih sering memakai kekerasan demi kepentingan mereka sendiri. Ketika saya mempersiapkan kotbah ini, ada berita bahwa pihak Rusia membuka diri untuk perang dengan negera-negara Barat lainnya.
Apakah damai sejati itu masih akan terjadi di dunia ini? Sebelum kita mencoba menjawab-nya dari sudut pandang iman kristiani, mari kita belajar bersama untuk memahami apa arti damai menurut Alkitab? Di dalam Perjanjian Lama, kata “Damai”, dalam bahasa Ibraninya, shalom, artinya: keadaan bebas dari kesulitan, kesusahan, perang dan gangguan. Sedangkan padanannya dalam Perjanjian baru, yakni bahasa Yunani yang dipakai, eirene, yang berati: suatu keadaan tenang, damai, sentosa, misalnya tanpa huru-hara atau perang, keharmonisan antar individu, keamanan, keselamatan, kemakmuran.
Orang yang "membawa atau mengupayakan damai", bukanlah sekadar orang yang "cinta atau suka damai", sebab sering kali yang terjadi bahwa orang-orang yang mengatakan cinta damai, tetapi malah bertindak keliru sehingga dapat menimbulkan pertikaian atau konflik. Misalnya, orang yang cinta damai tetapi menghindar atau melarikan diri dan tidak mau menghadapi dan persoalan dan tantangan hidup. Akibatnya, masalah yang sedang dihadapi itu belum selesai dan tidak akan selesai dengan sendirinya. Tetapi justru akan menimbulkan masalah lain dan menambah beban hidup orang itu semakin berat.
Menurut Alkitab, Allah dinyatakan sebagai Allah Damai Sejahtera, bukan seperti seseorang yang memerlukan damai, tetapi Dia yang memberikan damai sejahtera. Ayat pembuka kita mengatakan bahwa Damai-sejahtera itu adalah pemberian Kristus. Tuhan Yesus berkata: damai sejahtera yang ada pada-Ku dan yang Ku berikan kepadamu adalah damai sejahtera yang lain dari yang ada di dunia ini. Inilah damai sejahtera yang sejati. Yesus Kristus adalah Juru Damai. Dan damai itu telah diberikan Tuhan Yesus ke dunia, yaitu kepada murid-murid-Nya, ketika Ia akan naik ke Sorga.
Damai sejahtera yang Kristus berikan, meniadakan semua ketakutan. Damai sejati yang berasal dari Kristus, tidaklah bergantung pada sikap atau kondisi seseorang, karena sudah betul-betul berakar di dalam damai itu. Ada cerita tentang seseorang yang datang ke pelukis dan minta dilukiskan tentang damai sejahtera. Pertama-tama dilukiskan danau yang besar dan tenang, “Inilah damai.”
Tapi pelukisnya tidak puas dan ia mengganti dengan lukisan lain. Akhirnya ia melukiskan keadaan badai yang dahsyat. Lalu ditanya oleh pembeli, “Pak, di mana damainya?” Pelukisnya menjawab, “Lihat baik-baik.” Ternyata ia menggambar seekor burung yang berdiam dengan tenang di sarangnya walau badai begitu hebat. Inilah damai. Damai bukan berada di luar diri, tapi di dalam hati.
Kita cenderung berpikir bahwa damai sejahtera itu bersumber dari luar diri, padahal faktanya damai sejahtera bersumber dari dalam diri. Hati adalah pusat keberadaan hidup kita yang sangat penting karena berbagai keputusan dibuat oleh hati. Ketika hati terjaga baik, kita akan memiliki damai sejahtera yang memampukan untuk mengambil berbagai keputusan dengan benar dan bijak. Bagaimana kita dapat memilikiNya?
Kita harus mencari damai itu dari sumbernya yaitu Tuhan Allah yang adalah Sumber Damai. Kalau kita bertemu dengan Sang Sumber Damai maka kita akan damai, sedangkan kalau kita bertemu dengan sumber tidak damai maka kita juga tidak akan damai. Maka Tuhan Yesus berkata: serahkanlah dirimu diperdamaikan dengan Allah. Kita baru akan bisa berdamai dengan diri kita atau berdamai dengan sesama, kalau kita sudah berdamai dengan Allah!
Apa artinya berdamai atau diperdamaikan oleh Allah? Hal pertama yang harus dibereskan oleh setiap orang Kristen, yang mau diperdamaikan dengan Allah, yakni berkaitan dengan masalah DOSA. Karena bagi kita umat kristiani, kejatuhan manusia dalam dosa, itulah akar dari semua masalah yang terjadi di dunia ini. Akibat kejatuhan manusia dalam dosa maka relasi manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama dan alam semesta terputus.
Semua agama mengakui keberadaan dosa tetapi hanya berurusan dengan wujud dari dosa itu yaitu kejahatan dan penderitaan tetapi tidak bisa berurusan dengan esensi dari dosa itu sendiri. Bagi kita umat kristiani, dosa adalah memberontak atau melawan Allah dan kebenaran-Nya. Masalah dosa hanya bisa diselesaikan melalui penebusan Kristus. Ia rela menjadi korban pendamaian dengan mati di atas kayu salib.
Darah Kristus yang tercurah itu, telah membayar semua hutang dosa manusia dan dunia ini. Kebangkitan-Nya menjamin damai sejahtera bagi kita. Damai sejahtera yang sejati terjadi sesudah kebangkitan karena damai sejati terjadi ketika kita diperdamaikan dengan Sumber Damai yaitu pada saat kebangkitan Tuhan Yesus. Dan pemulihan itu menghasilkan damai sejahtera yang terdalam di hati.
Hanya di dalam Kristus ada damai sejahtera. Hanya Dia yang memiliki kuasa untuk mengatasi kejahatan. Apakah kita dapat berbuat sesuatu untuk perdamaian dunia?Kita bisa saja menikmati keadaan tanpa ada peperangan. Namun yang sebenarnya terjadi, di permukaannya kita menikmati gencatan senjata, akan tetapi kita tidak akan pernah memiliki damai sejahtera dalam arti yang sesungguhnya.
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Selama kita masih hidup di dunia yang tidak ideal ini, penderitaan, konflik atau peperangan masih bisaterjadi, tetapi kalau kita hidup di dalam Kristus, maka damai sejahtera ada di dalam hati kita. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata kepada para muridnya di Yohanes 16:33, “Di dunia ini, kamu akan mengalami kesukaran, kamu akan menderita, kamu akan dianiaya, tetapi di dalam Aku, kamu akan memiliki damai sejahtera”.
Jadi, di luar, kita masih bisa berhadapan dengan masalah, konflik, kesukaran, kepahitan dan kecaman. Akan tetapi di dalam hati, ada damai sejahtera yang tak bisa diambil oleh orang lain. Itulah yang dialami oleh rasul Paulus. Walaupun ia berada di penjara, tetapi ia masih bisa bersukacita.
Surat Paulus kepada jemaat di Filipi, sering disebut sebagai “surat sukacita” Paulus Melalui perikop kita, rasul Paulus memberi beberapa nasehat terakhir kepada jemaatnya, karena ia merasa bahwa kedatangan Kristus sudah dekat. Mari kita perhatikan ayat 4-6, ada 3 nasehat, yang juga berlaku untuk kita:
- Bersukacitalah! Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sukacita itu, bukanlah kegembiraan sesaat karena menerima hadiah atau promosi tetapi kegembiraan tetap yang muncul dari dalam hati yang berbahagia kita. Mengapa harus bersukacita? Karena sebagai murid Kristus, kita imani akan keselamatan yang Tuhan telah anugrahkan kepada kita, yakni bahwa dosa-dosa kita sudah diampuni dan hidup kita sudah diselamatkan. Ini adalah anugrah Tuhan, pemberian yang tidak bisa dibeli atau dibayar oleh apa pun.
- Kesaksian hidup sebagai murid Kristus. Kita dinasehatkan agar kebaikan hati kita diketahui semua orang. Ketika kita berbuat baik, itu bukan karena kita mau diselamatkan tetapi sebagai ungkapan syukur atas keselamatan kita.
- Jangan kuatir tetapi tetap berdoa dan mengucap syukur. Kita dinasehatkan agar jangan kuatir tentang apa pun. Kalau pun kita memiliki masalah atau pergumulan, kita sampaikan permohonan kepada Tuhan dalam doa dan tetap mengucap syukur atas apa yang Tuhan berikan.
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Jika anggota jemaat melakukan ke tiga hal yang dinasehatkan rasul Paulus maka yakinlah hati mereka akan tenang karena damai sejahtera Allah, yakni kehadiran dan pelindungan Allah ada di dalam (pusat) hidup mereka. Ia akan memelihara hati dan pikiran mereka, seperti sebuah benteng yang menjaga dari segala bahaya. Tindakan Allah ini dilakukan karena kasih karunia-Nya yang begitu besar, yang sulit untuk dipahami oleh akal manusia.
Lalu dalam ayat 8, Paulus merangkum nasehat-nasehatnya dengan menunjukkan kualitas hidup dari orang yang sudah diperdamaikan Allah, yakni: semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Semua kebajikan ini hendaknya sungguh dipikirkan atau dipertimbangkan.
Dalam ayat terakhir, Paulus memohon agar jemaat mau meneladani hidupnya, untuk melakukan apa yang telah mereka pelajari, terima, dengar dan lihat dari dirinya. Dan kalau mereka berbuat demikian, maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai mereka.
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Sebagai murid-murid Kristus pada masa kini, kita harus membawa damai bagi sesama. Menjadi pembawa damai itu bukan berarti bersikap pasif, diam dan tidak berbuat apa-apa, melainkan sikap aktif, kreatif, dan berinisiatif untuk mencari solusi atau jalan pemecahan demi perdamaian, meski jalan penuh tantangan. Namun sebelum kita membawa dan menyalurkan damai itu, kita terlebih dahulu harus memiliki damai sejahtera yang berasal dari Allah, di dalam hidup kita. Tuhan memberkati kita semua.
AMIN.