Pembacaan Alkitab: Matius 5:9, Roma 12:9-21

Damai sejahtera adalah tema yang cukup terkenal bagi orang Yahudi dalam Perjanjian Lama. Kata ‘pembawa damai’ dilihat kembali pada pemahaman para rabi ‘pembuat damai’ (asa sjaloom). Pengertian ini berhubungan dengan memulihkan kembali hubungan yang terputus. Dan damai sejahtera ini dibawa oleh Yesus Kristus, Messias yang dijanjikan.

Yesus berkata di dalam Khotbah di Bukit: ‘Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah’. Disini tidak hanya berhubungan dengan sikap tetapi dengan perbuatan. Yesus katakan, saudara akan bahagia jika saudara hidup seperti itu.

Murid-murid Yesus dipanggil untuk berdamai. Pada saat Yesus memanggil mereka, mereka menemukan damai sejahtera. Yesus adalah damai sejahtera mereka. Mereka tidak hanya mempunyai damai sejahtera, tetapi menciptakannya. Mengapa?

Mengapa saudara perlu melakukannya? Mungkin saudara berpikir: untuk sebuah hadiah. Karena Yesus selalu mengatakannya: Menjadi anak Allah, mewarisi kerajaan-Nya. Tetapi tidak seperti itu. Perbuatan dilakukan berdasarkan sikap dan kerinduan akan dunia Allah yang baru.

Saudara rindu akan dunia yang baru di mana kehendak Allah adalah sesuatu yang mutlak dan saudara terpikat olehnya. Karena itu saudara ingin hidup sebagai seseorang yang menjadi milik Allah. Ini adalah juga konsekwensi dari ‘melihat Allah’ karena itu mengakibatkan transformasi dalam diri seseorang. Saudara ingin menjadi seperti yang Ia kehendaki, seperti IA sendiri: murah hati, tulus dan berdamai dan adil’.

Alasan lainnya adalah karena kerajaan Kristus adalah kerajaan damai sejahtera. Dan dalam jemaat Kristus, orang bersalaman dengan salam damai: Syalom. Atau setiap minggu, di awal ibadah, sesudah votum, saudara mendengar kata-kata ini: ‘Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan kita Yesus Kristus menyertai saudara sekalian.

Untuk dapat menjaga damai sejahtera di dalam jemaat pada jaman Yesus, maka murid-murid sendiri bersedia menderita dari pada membuat orang lain menderita. Di mana ada pelanggaran, mereka tidak ingin mempertahankan diri dan mereka tetap diam menghadapi kebencian dan ketidakadilan. Dengan demikian mereka melawan kejahatan dengan kebaikan. Mereka menjadi pembawa damai ilahi, di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kebencian dan peperangan.

Sebagai pembawa damai mereka akan memikul salib bersama Tuhan mereka, karena damai dipersiapkan pada tiang kayu salib. Karena mereka begitu melibatkan diri dalam karya perdamaian Kristus, dipanggil untuk melakukan pekerjaan Anak Allah, karena itu mereka sendiri akan disebut anak-anak Allah.

Di sepanjang sejarah selalu ada orang yang tidak ingin menang sendiri dan memakai kekuasaannya, tetapi mereka yang mencari pendamaian, yang bersedia mengampuni, yang berusaha untuk memulihkan hubungan, yang ingin menjadi yang terkecil dan memperhitungkan  anugerah sebagai keadilan.

Apakah hal itu mudah? Sama sekali tidak. Saudara harus mengakui bahwa saudara seringkali gagal. Atau tidak banyak membantu, atau mungkin membangkitkan oposisi. Sering menjadi kesepian… tetapi, saudara Bahagia! Karena ini adalah jalan Tuhan. Jalan dari kerajaan-Nya.

Kita hidup di tengah-tengah dunia yang dihancurkan oleh permusuhan. Konflik antara Arab-Israel yang masih tetap berjalan. Perang di Ukraina saat ini. Perkembangan yang kita ikuti dan hati saudara hancur melihat gambar yang ada. Para korban perang dan orang yang mencari suaka perlindungan, harus meninggalkan rumah dan segala harta benda mereka. Kita dengan tentang ketakutan dari banyak negara di Eropa, juga di Belanda jika senjata nuklir digunakan dalam peperangan ini.

Dewan Gereja-Gereja Belanda secara unanim mengahikimi serangan Rusia terhadap Ukraina.

Surat penghakiman dari Dewan Gereja di Belanda menyatakan: 'Sejak berdirinya Dewan Gereja Sedunia di Amsterdam pada tahun 1948, gereja-gereja menyatakan 'perang bertentangan dengan kehendak Allah' dan dalam beberapa tahun terakhir mereka menyatakan bahwa kita dipanggil untuk bekerja demi 'perdamaian yang adil'. Dalam semangat itu, Dewan Gereja-Gereja di Belanda menyerukan kepada gereja-gereja di seluruh dunia - termasuk gereja-gereja di Rusia - untuk berbicara menentang perang ini. Untuk menyerukan gencatan senjata segera diakhiri, menarik pasukannya dari Ukraina dan memulai negosiasi untuk solusi politik untuk konflik tersebut.

Saudara-saudari,

Tugas Gereja adalah mencari perdamaian, betapapun sulitnya proses itu. Gereja adalah ruang latihan untuk hidup damai satu sama lain.

Gereja sebagai komunitas di mana perdamaian dapat dipraktikkan. Karena semua perbedaan ini, perselisihan, pertengkaran, atau konflik nyata dapat muncul begitu saja, terkadang entah dari mana. Itu manusiawi. Bukan masalah besar selama itu ditangani dengan baik pada waktunya. Namun sayangnya konflik terkadang tidak terselesaikan. Atau hal itu terkadang ditutupi dan terkadang dipetarungkan secara terbuka dengan "kapak perang spiritual". Hasilnya adalah hilangnya kepercayaan dan kterhubungan: antara anggota itu sendiri, atau antara anggota dan pengurus, atau antara pengurus itu sendiri.

Mari kita simak dan dengarkan video dari seorang lansia dari wilayah Tilburg. Saya meminta saudara untuk mendengarkan dengan seksama apa yang dia katakan dalam rekaman video ini.

 

Video opname van oom Eugene van Abkoude: https://youtu.be/2q_SYeR_ygc

Apa yang Anda dengar dalam video singkat ini?

 

Secara pribadi, saya mendengar tentang pengampunan dari doa Bapa Kami untuk belajar mengampuni. Saya mendengar kata merasa bebas bahwa sdr.van Abkoude menjadi orang pertama yang menjangkau orang lain dalam situasi konflik yang ia hadapi. Ia katakan, itu adalah sesuatu yang diminta oleh Tuhan kita dari kita.

Saudara-saudari,

Ini adalah awal dari pembawa damai dan itulah yang juga disebutkan Paulus di bagian terakhir dari Roma 12. Bacaan ini tentu saja berbicara tentang kasih satu sama lain dan panggilan untuk saling mengasihi dengan sepenuh hati sebagai saudara dan saudari. Jadi ini tentang persatuan. Namun, diakhir pasal ini nadanya berubah. Ini lebih dari sekedar saudara dan saudari secara rohani. Itu bahkan berakhir pada musuh saudara. Jadi saudara mungkin memilikinya. Bahwa ada seseorang yang mencari permusuhan dengan saudara.

Paulus hanya tidak menyebutkan musuh-musuh itu sebagai penyebab dari saudara atau saya. Hal ini dinyatakan di sana. Dan kemudian dia berkata: "Damai dengan semua orang, sejauh itu tergantung pada Anda." Saudara E. van Abkoude mengatakan bahwa dalam situasi konflik, dia adalah orang pertama yang mengulurkan tangannya. Jika diterima maka dia senang. Jika tidak diterima maka dia tidak marah tentang hal itu.

Kata-katanya menggemakan apa yang Paulus katakan dalam Roma 12:18: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” Itu berarti bahwa sebagai seorang Kristen saudara harus selalu menawarkan perdamaian. Bahkan jika itu mungkin ditolak. Saudara telah melakukan Anda, untuk bagian Anda, melakukan semua yang Anda bisa untuk berdamai, untuk berdamai. Terkadang saudara sangat terluka oleh orang lain. Terkadang ketidakadilan besar terjadi pada diri saudara.  Tuhan tidak mengatakan: Saudara harus menelan saja semua itu. Tetapi Tuhan berkata: Serahkan pembalasan itu kepada-Ku. Mencoba menunjukkan cintaku padamu. Itu perspektif yang berbeda. Dan kemudian dalam ayat 20 Paulus secara harfiah mengutip Amsal 25:21-22: ‘Jika musuhmu lapar, beri dia makan; jika dia haus, beri dia minum. Dengan berbuat demikian kamu menunpukkan bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu’.

Saudara-saudari,

Jika saudara terus menawarkan perdamaian, jika saudara terus menunjukkan kasih kepada orang lain yang menyakiti saudara, mereka akan malu. Mereka akan bertanya pada diri sendiri: ‘mengapa dia begitu baik kepada saya sementara saya sangat mengganggunya’? Hidup dalam kasih Tuhan seringkali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Terutama jika saudara memiliki perasaan bahwa kejahatan sedang terjadi pada diri saudara. Tetapi Tuhan berjanji untuk memberi kita kekuatan yang kita butuhkan. Agar kita sebagai warga Kerajaan Allah dapat menunjukkan bahwa damai dan kasih berkuasa di dalam Kerajaan-Nya. Agar kita menjadi pembawa-pembawa damai. Jangan saudara mau dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kristus mengalahkan kejahatan bagi kita di kayu salib. Oleh karena itu, dengan berbuat baik, kita dapat mengalahkan kejahatan. Bukan dari kekuatan kita sendiri, tetapi dari kekuatan Kristus.

Semua ini bisa kita praktekkan di gereja, dalam jemaat Yesus Kristus. Tempat di mana perdamaian memerintah, perdamaian dapat diciptakan dan perdamaian dapat dipertahankan. Tempat di mana orang-orang bekerja menuju rekonsiliasi dan penyembuhan, seperti tema kita  tahun ini. Tempat di mana rasa aman dan nyaman  membuka jalan untuk pemulihan. Itu sama sekali tidak mudah dan sering membutuhkan banyak usaha dan kesedihan. Namun kita harus terus  berusaha mencari perdamaian itu.

Saudara-saudari,

Maka saudara akan diberkati sebagai pembawa damai. Karena saudara memilih kerajaan Allah. Saudara ada pada jalan yang baik. Baik jika saudara terus menggunakan kekuatan dan segenap tenaga saudara Anda untuk hidup damai dengan semua orang.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa tersentuh oleh kata-kata Yesus dan Paulus ini pada masa sengsara Prapaskah ini? Dengan berdoa dapat membawa ketenangan. Ya. Saya pikir kita harus berdoa untuk itu. Dan ini bukan hanya tentang membawa kedamaian bagi orang lain, untuk diri saudara sendiri, tetapi tentang melakukan persis apa yang tidak diminta dari saudara, membawa apa yang sebenarnya tidak ada dan tidak diharapkan. Ini adalah doa di mana saudara mempersembahkan diri saudara sebagai instrumen. Saudara menawarkan diri saudara untuk secara aktif ditempatkan di tempat-tempat yang gelap menjadi terang dan tidak hanya mendengar atau dikhotbahkan. 

Karena itu saya ingin akhiri khotbah ini dengan doa untuk perdamaian dari Fransiscus dari Assisi (1181-1226)

TUHAN, jadikanlah aku alat pembawa damaiMu.

Dimana terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.

Pembawa kesatuan, dimana terjadi perpecahan,

Pengampunan bagi mereka yang lemah.

 

Tuhan,

Ajarlah aku untuk tidak bahagia sendiri tetapi membahagiakan orang lain

mengerti daripada dimengerti;

ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;

mengasihi daripada dikasihi;

sebab jika aku memberi aku menerima;

jika aku mengampuni aku diampuni,

jika aku mati, aku akan hidup selamanya.

Amin.

 

Apakah Anda juga ingin menjadi alat damai sejahtera Allah? Naikkanlah doa untuk kedamaian Fransiskus! Renungkan kata-kata Yesus dan Paulus.

Saya berharap GKIN dapat tumbuh menjadi komunitas gereja yang terus mencari perdamaian apa pun yang terjadi.

Tuhan memberkati kita semua untuk menjadi pembawa damai.

Amin.