Pembacaan Alkitab: Galatia 5:16-26

Saudara-saudari, Jemaat Kristus,
Minggu lalu kita fokus pada mengejar perdamaian dan apa yang membangun satu sama lain berdasarkan konflik antara Paulus dan Barnabas. Kita belajar bahwa kita adalah gereja yang hidup bersama orang-orang seperti Paulus dan Barnabas. Berani menerima perbedaan di antara kita dan terutama tidak saling berprasangka buruk, tetapi juga mengasihi orang yang tidak menyukai kita. Semua ini karena kita hidup hanya oleh anugerah dari Yesus Kristus.

Hari ini kita akan fokus pada bagian dalam batin kita dan kita akan melihatnya dari sudut pandang teologis dan psikologis dengan tema “Pembentukan karakter oleh Roh Kudus, dimulai dari diri sendiri”.

Pembentukan karakter tidak dapat dibandingkan dengan membuat Indomie goreng, mi instant yang cepat dimasak atau bahan dari IKEA. Yang dibeli dan di rumah di bangun kemudia jadi dalam waktu singkat. Tentunya harus mengikuti petunjuk dengan baik.

Ikea

Indomie
Pembentukan dan pembaharuan karakter adalah proses selama hidup dan tidak dapat dihindari, seperti kita baca dalam Alkitab. Abraham, Yakub,Yusuf, Musa, Daud, Sarah, Naomi, Ruth dan yang lainnya. Satu per satu mereka mengenal waktu
di mana mereka dibentuk, diuleni saat periode padang gurun, dalam pergumulan dan pencobaan, terkadang selama bertahun-tahun. Dengan demikian mereka mengembangkan karakter yang mereka butuhkan untuk memenuhi panggilan mereka dan mencapai tujuan hidup mereka. Tokoh mana yang Anda sukai dan yang karakternya mirip atau sama dengan Anda?

Yeremia berkata, hidup kita seperti tanah liat di tangan Allah sebagi Tukang periuk. Karena:Dia menciptakan kita. Dia membawa kita pada tujuan-Nya dan Dia meminta kita agar mau dibentuk.

Klei

Kita melihat juga pada Yesus yang pertama-tama bertumbuh dan dibentuk. Sebagai seorang anak Ia tumbuh, menjadi kuat dan penuh hikmat. Sesudah Yesus menerima Roh Kudus pada saat pembaptisan-Nya di sungai Yordan Roh yang sama itu membawa Dia ke padang gurun untuk proses pengujian dan pemurnian selama 40 hari.

Yesus sendiri juga sangat sadar terlibat dalam membangun karakter. Dia membawa orang ke cara hidup yang berbeda.
Ia membentuk komunitas berjalan secara intensif dengan murid-murid-Nya dan dengan berjalan bersama, melalui proses jatuh bangun terjadilah proses pembentukan karakter. Kita ingat akan Petrus, Yohanes dan semua murid lainnya.

Saudara-saudari,
Mungkin Anda berpikir: Ada berbagai hal terjadi dalam hidupku dimana aku tidak atau hanya punya sedikit pengaruh atas karakterku? Ini ada benarnya. Titik awal Anda sangat ditentukan oleh pendidik Anda. Anda sudah mendapatkan segalanya dalam DNA Anda.

Dalam asuhan Anda, orang lain sudah memberi lebel pada Anda. Anda tidak memilih titik awal hidup Anda sendiri, Anda menerimanya. Namun membangun karakter bukanlah tentang dari mana Anda memulai, atau di mana Anda sekarang berada.
Tapi terlebih tentang ke mana tujuan Anda berjalan. Masa lalu Anda tidka dapat di rubah tetapi Anda sekarang mempunyai pilihan untuk melakukan hal yangberbeda dan yang dengannya Anda membiarkan diri Anda dibimbing dan dibentuk.
Sebab ada kuasa dan kekuatan yang mempengaruhi kita di mana Paulus menyadari adanya keinginan daging.

Bukan begitu saja Paulus menyebutkan hal-hal ini dalam ayat 19-21a:

" Jangan mengikuti keinginan daging: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." 

Pertanyaannya, semua hal ini asalnya dari mana? Mengapa Anda lakukan apa yang Anda lakukan atau mengatakan apa yang Anda katakan. Ini pertanyaan yang baik dan bagaimana bisa menjawabnya?

Apa yang Paulus katakan ini bisa juga berasal dari masa lalu, rumah orang tua. Dan kita jangan menganggap remeh hal itu.
Ineke van Dok-Mak berkata bahwa kita semua memikul dalam diri kita anak yang menangis, tidak di dengar, tidak diakui.
Dan ketika Anda tegang atau dalam situasi konflik si kecil dalam diri akan bereaksi secara tidak sadar seperti Anda mengalaminya di masa kecil.

Salah satu tema dalam studi 'Pastoral Kontekstual' adalah 'A Language With it'. Ini didasarkan pada pemikiran kontekstual dan sistemik. Kami menggunakan boneka duplo untuk menvisualisasikan relasional dan realitas batin seseorang melalui sebuah kasus. Saya memperkenalkan boneka kepada Anda berdasarkan kasus:

Ini adalah Rima. Rima berusia 33 tahun. Dia menikah dengan Benyamin. Mereka mempunyai 1 anak perempuan, Trees.

Rima dibesarkan dalam keluarga dengan seorang ayah. Saya menempatkan ayah lebih tinggi karena ayah cukup dominant dan ibu yang kebanyakan duduk dan tidak bisa buat apa-apa. Ibu sangat memperhatikan ayah dan tidak bisa membantahnya.

Dan Rima sebenarnya sudah belajar sejak kecil untuk benar-benar terlihat sedikit seperti ibu dan juga tidak bisa menentang ayahnya, tetapi selalu berusaha menyenangkannya.

Bisa dibilang Rima telah mengembangkan gaya coping, telah menyusun strategi solusi bagaimana menghadapi ayah. Tidaklah aman untuk menunjukkan anak yang penuh emosi dalam dirinya kepada ayah. Jadi Rima belajar sejak kecil untuk menggunakan anak ini (boneka kecil lainnya) untuk berhubungan dengan ayahnya dan untuk dia sendiri merasa aman.

Sekarang Rima telah dewasa, dia membawa boneka kecil di dalam dirinya. Anda dapat membayangkan bahwa jika Rima
kembali dikonfrontasikan dengan situasi yang tidak aman atau konflik, maka dia akan memunculkan boneka kecil itu untuk bisa merasa aman.

Pertanyaannya, bagaimana reaksi Rima sebagai orang dewasa dalam situasi konflik/tidak nyaman? Dia bisa belajar untuk menjaga jarak dan tidak selalu menyenangkan orang Dia bisa belajar untuk dikonfrontasikan. Dia belajar mengenal boneka-boneka ini dalam dirinya sendiri. Bahwa yang kecil di dalam dirinya tidak menang tetapi boleh tetap ada di dalamnya. Anak yang penuh emosi dibiarkan menunjukkan dirinya dalam situasi konflik Di saat yang sama, sebagai perempuan dewasa, Rima mengambil alih peran dalam hidupnya dan bukan Mira kecil.

Cara pandang ini kembali ke diri Anda yang terdalam dan dapat membuat pilihan lain. Inilah yang Martin Buber, seorang Filosof Yahudi katakan dalam bukunya 'Jalan hidup Manusia'. Dia mengatakan, jalan hidup manusia dimulai dengan dirinya sendiri dan itu hanya mungkin jika manusia itu masuk ke bagian terdalam dari dirinya, yaitu batinnya.

Dimulai dari diri Anda sendiri artinya segala sesuatu tergantung dari Anda sendiri. Poin ini menyentuh hal tersulit dalam kehidupan kita manusia: menyentuh cikal bakal atau awal mula perselisihan antara manusia, di rumah, di tempat pekerjaan dan di gereja. Karena biasanya kita melihat tindak tanduk / sikap orang lain dan mencari motif mereka dan kita tidak melihat ke dalam batin kita.

Tujuannya bukan hanya untuk menyelidiki konflik batin tetapi untuk menciptakan manusia seutuhnya dan menertiban manusia itu dalam dirinya. Bukanlah itu juga tujuan Allah bagi kita? Manusia pertama-tama harus melihat ke dalam dirinya sendiri bahwa situasi konflik antara dirinya dan orang lain hanyalah hasil dari situasi konflik dalam jiwanya sendiri dalam tiga hal: pemikiran, perkataan, dan tindakan.

Buber mengatakan, sumber konflik antara saya dan sesama manusia adalah saya tidak mengatakan apa yang saya maksudkan,
dan saya tidak melakukan apa yang saya katakan.

Saudara-saudari,
Jika masing-masing kita Kembali ke dalam diri kita sendiri, dan merefleksikan apa yang kita lakukan saya yakin bahwa buah-buah roh akan menjadi bagian kita.

Semoga Roh menertibkan kehidupan mereka. Ada lebih banyak keseimbangan, keseimbangan. Tingkat kejujuran, ketulusan, kerentanan. Mengikuti Yesus menjadi semakin sentral dan hal-hal lain mendapatkan proporsi yang tepat.

Berbahagialah Anda sebab Anda adalah bait Roh Kudus. Roh Allah diberikan kepada kita untuk membentuk kita sesuai dengan gambar Yesus. Untuk memurnikan dan memperbaharui kita. Membangun karakter adalah proses jangka panjang.
Jadi ini tentang musim, tentang mengakar dan tentang tumbuh, mekar, tentang pemangkasan dan pematangan dan menghasilkan buah. Butuh waktu, tidak bisa dipercepat. Kita harus sabar satu sama lain, dalam jemaat, di rumah dan di tempat pekerjaan.

Inilah faktor Tuhan dan itu adalah pertumbuhan itu sendiri di luar jangkauan saya. Saya tidak dapat menyadari pertumbuhan itu sendiri. Itu terserah Roh Tuhan. Pertumbuhan rohani pada dasarnya adalah karunia yang Anda terima. Itu adalah buah Roh.

Mungkin Anda berpikir: aku rasa baik-baik saja saat ini. Aku biarkan hal-hal terjadi sebagaimana adanya untuk saat ini. Jangan salah. Anda tetap akan berubah, mau tidak mau. Pertanyaan adalah, ke arah mana Anda berubah?

Setiap hari Anda hidup dan membuat pilihan apakah hati Anda menjadi lebih keras atau lebih lembut. Dan pertanyaannya juga adalah: siapa yang Anda izinkan untuk memengaruhi proses itu.

Marilah kita memakai saat ini untuk memeriksa atau mengevaluasi diri kita, apakah kita telah hidup menurut Roh atau Keinginan daging masih kuat. Allah menginginkan kita hidup menurut buah-buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Biarkanlah Roh Kudus membentuk karakter kita dan memimpin hidup kita melakukan kehendak-Nya demi kemuliaan-Nya!

Amin