Markus 10:46-52
Jemaat terkasih. Pernahkah anda bertanya-tanya bagaimana rasanya hidup sebagai orang buta? Di Belanda ada Yayasan Bartiméus yang melayani orang yang memiliki gangguan penglihatan atau yang buta. Bartiméus mempunyai 16 lokasi yang tersebar di Belanda. Di lokasi di kota Zeist ada ‘ruang pengalaman gelap’ di mana anda dapat menemukan dan mengalami sendiri bagaimana rasanya tidak bisa melihat. Di sana anda berjalan melalui ruangan gelap dengan menggunakan tongkat dan diminta melakukan beberapa tugas. Misalnya menyeberang jalan, pergi ke peternakan kecil, atau memainkan alat musik. Dengan cara ini anda dapat mengalami sendiri bagaimana rasanya tidak melihat apa-apa.
Kita bersyukur kalau di Belanda, kebanyakan orang yang memiliki gangguan penglihatan atau yang buta dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat secara penuh. Ini berbeda sekali dengan di zaman Yesus. Pada waktu itu orang buta diserahkan kepada nasibnya. Mereka harus meminta-minta untuk bertahan hidup. Demikian dengan orang buta yang kita baca hari ini. Namanya Bartimeus, artinya: anak dari Timeus (orang yang dihormati). Namun Bartimeus sendiri bukan apa-apa. Ia ada di pinggir. Di pinggir jalan. Sekaligus juga ia orang yang terpinggirkan. Ia meminta-minta.
Yesus dan murid-muridNya tiba di Yerikho, suatu tempat berjarak 30 km dari Yerusalem. Yerikho adalah perhentian terakhir sebelum orang sampai ke Yerusalem. Yesus tahu bahwa perjalananNya ke Yerusalem hanya sekali jalan dan tidak bolak-balik. Ia akan ke sana untuk menderita dan mati di kayu salib. Apa yang Yesus pikirkan ketika Ia keluar dari Yerikho berjalan menuju kematianNya? Yesus mempunyai alasan untuk tenggelam dalam pikiranNya dan tidak memperhatikan siapapun.
Ketika Yesus dan murid-muridNya keluar dari Yerikho, mereka diikuti oleh orang banyak. Orang-orang itu adalah para peziarah yang berbondong-bondong ke Yerusalem untuk merayakan Paskah Yahudi. Orang banyak sangat antusias terhadap Yesus. Apa yang akan Yesus lakukan? Apakah Ia akan menghalau pasukan Romawi yang menjajah mereka? Apakah Ia akan menjadi raja? Suatu kerumunan besar para penonton. Tentu ini juga menjadi alasan bagi Yesus untuk tidak berhenti. Kalau tidak akan terjadi kemacetan di jalan.
Bartimeus mendengar bahwa Yesus sedang lewat. Mulailah ia berseru: ‘Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!’ Ia berseru, berteriak dengan sangat kencang. Namun ini membuat banyak orang tidak suka. ‘Banyak orang menegornya supaya ia diam.’ ‘Ayo diam, kamu! Kami jadi tidak bisa dengar apa yang Yesus katakan. Diam! Berhenti berteriak. Jangan mengganggu Yesus!
Seruan Bartimeus adalah doa kepada Tuhan.Namun seperti yang kita lihat di sini, mungkin saja ada suara-suara atau pikiran negatif yang berkata: ‘Berhenti berdoa! Buat apa berdoa. Tidak ada gunanya itu!’ Saya sebutkan tiga dari pikiran negatif itu.
1. Pikiran negatif tentang Allah
Suara ini berkata: Allah tidak ingin ikut campur dengan dunia ini. Suara ini dikenal dalam filsafat yang disebut Deisme. Deisme melihat Allah sebagai pencipta alam semesta, namun sesudah itu tidak lagi mau ikut campur dengan dunia ini. Allah diibaratkan seperti pembuat jam dinding yang rumit yang adalah dunia ini. Setelah jam itu dibuat, jam itu bisa berjalan sendiri tanpa bantuan Sang Pencipta. Jadi suara pertama ini berkata: Allah tidak mau ikut campur dengan dunia ini. Juga dengan hidupmu yang kecil. Jangan ganggu Allah dengan doamu.
2. Pikiran negatif dari luar
Suara kedua ini berkata: ‘Mengapa kamu berdoa? Ada begitu banyak penderitaan, peperangan, dan kesusahan di dunia. Berapa banyak orang yang berdoa tiap hari? Apa hasilnya? Tidak ada perubahan apa-apa. Dunia hanya menjadi semakin buruk. Berdoa tidak membantu. Lebih baik gunakan pikiran, kekuatan dan kemampuanmu sendiri!’
3. Pikiran negatif dari diri sendiri
Suara ketiga berkata: ‘Berdoa memang baik, tapi jangan sekarang. Kamu tidak ada waktu. Sibuk, sibuk, sibuk! Lebih baik lain kali saja berdoanya. Nanti... Jangan sekarang.’ Suara ini juga ingin ditanamkan di pikirannya Bartimeus oleh orang-orang di Yerikho. ‘Diam .... tunda saja... lain kali saja. Jangan sekarang!’
Apakah anda mengenali ketiga suara ini yang menghalangi kita untuk berdoa? Mungkin anda bisa menyebutkan suara-suara yang lain lagi.
Walaupun demikian, Bartimeus punya pemikiran berbeda! Ayat 48: ‘Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"’ Luar biasa yang tercatat di sini: semakin banyak orang marah, semakin banyak orang berseru ssst, ssst, semakin keras ia berseru. Mengapa ia lakukan ini? Ini karena Bartimeus tahu siapa Yesus! Bartimeus memanggil Yesus sebagai ‘Anak Daud’. Itulah sebutan untuk Mesias. Bartimeus memang masih buta, tapi di dalam dirinya, mata hatinya sudah lama terbuka! Ia ‘melihat’ lebih daripada orang-orang lain. Ia melihat siapa Yesus: Sang Mesias! Juruselamat dari Allah untuk dunia ini! Anak Allah yang Maha Tinggi. Sang Mesias itulah yang berjalan di depannya. Karena itu Bartimeus tidak dapat melakukan yang lain selain berteriak, semakin keras berteriak: ‘Anak Daud, kasihanilah aku!’
Tuhan Yesus ada dalam perjalananNya terakhir. Ia punya alasan untuk terus berjalan. Namun itu tidak dilakukanNya. Tidak ada yang mau mendengar suara orang buta itu, namun Yesus mau! Telinga Yesus terfokus pada teriakan minta tolong orang buta ini. Ayat 49: ‘Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!...’ Ayat 51: ‘Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" ‘
Biasanya Bartimeus meminta sedekah kepada semua orang. Namun karena ia tahu siapa Yesus, ia meminta yang lain kepada Yesus. ‘Rabuni, supaya aku dapat melihat!’, kata Bartimeus. Yesus yang tergerak oleh belas kasihan berkata kepadanya: ‘Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!’ Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Luar biasa. Bartimeus tidak disembuhkan sehingga ia bisa membangun kehidupan yang menyenangkannya. Tidak. Ia disembuhkan dan dapat melihat untuk selanjutnya mengikut Yesus. Dari seorang pengemis buta menjadi pengikut Yesus yang melihat (bnd. Lukas 18:43)
Untuk mengikut Yesus, ketiga suara itu, ketiga pikiran negatif (tentang Allah, dari luar, dari diri sendiri) harus didiamkan satu per satu.Yesus memperlihatkan siapa Allah. Ia memperlihatkan kasih Allah untuk setiap anak manusia. Suara pertama (pikiran negatif tentang Allah) berkata: Allah tidak peduli dengan manusia. Namun lihatlah apa yang Yesus lakukan. Tiap orang harus berhenti. Terjadilah kemacetan di Yerikho. Mengapa? Karena di sini ada pengemis buta yang disingkirkan dan tidak dianggap oleh masyarakat, namun seorang yang berseru kepada Mesias! Seorang yang penuh iman, pengharapan dan kerinduan. Seorang yang dipedulikan dan diperhatikan Yesus. Jangan pernah berpikir bahwa anda tidak dianggap Allah. Jangan pernah berpikir bahwa Allah tidak menerima anda berdoa. Yesus mengasihi anda. Ia ingin mendengar doa anda. Allah senang mendengar doa anak-anakNya.
Suara kedua juga harus didiamkan (pikiran negatif dari luar). Jangan beri perhatian pada pikiran negatif. Diamkanlah suara dan pikiran itu! Sebagaimana Bartimeus yang tidak mau dipengaruhi suara dari luar. Ketika ia mendengar suara negatif dari luar, ia berseru kepada Yesus lebih keras lagi. Berdoa ada gunanya! Dengan berdoa, kita datang ke tahta Yang Maha Tinggi. Dengan berdoa kita mendapat kekuatan dan ketenangan yang tidak dapat kita jumpai di tempat lain. Dengan berdoa, kita mengandalkan Tuhan dan bukan kekuatan kita sendiri.
Suara kedua harus didiamkan. Demikian juga suara ketiga (pikiran negatif dari diri sendiri) yang berkata: ‘Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdoa. Nanti saja.’ Saya mau sharing dengan jujur: tiap pagi saya berdoa, tetapi tiap pagi juga suatu perjuangan untuk berdoa secara mendalam. Tiap kali pikiran saya teralihkan oleh: berita (saya selalu ingin tahu apa yang terjadi di dunia, juga di Indonesia), atau app, atau janji ketemu orang, atau hal lainnya. Iblis tidak mau kita berdoa! Selalu ia katakan: ‘Nanti saja!’ Namun pepatah berkata: ‘Awalnya menunda. Akhirnya membatalkan’. Kalau Bartimeus menunda waktu itu, maka tidak ada lagi kesempatan baginya untuk melihat karena itu perjalanan Yesus terakhir ke Yerikho. Jadi jangan menunda-nunda untuk berdoa. Jangan biarkan apapun atau siapapun menghentikan anda berdoa.
Suatu hari ada seorang remaja putri mendapat HP baru. Ia senang sekali. Dengan bangga ia memperlihatkan kepada teman-temannya. ‘Lihat. Banyak kegunaannya HP ini. Bisa dilipat. Kalau dinyalakan, saya langsung lihat foto liburan saya. Kalau saya geser layer ke kiri saya bisa lihat prakiraan cuaca. HP saya langsung otomatis tahu saya ada di mana: Saya ada di Pauluskerk Tilburg dan sekarang ini 28 derajat (waktu itu masih musim panas). Dengan HP ini saya juga bisa pakai untuk media sosial: Instagram, tik-tok. Saya juga bisa baca berita (bukan hanya pendeta).’ Kemudian seorang temannya berkata: ‘Oh iya. kamu juga bisa buat foto dengan latar belakang yang lucu.’ Teman lain lagi berkata: ‘Bisa juga untuk kirim email dan dijadikan agenda.’ Akhirnya ada teman yang terakhir berkata: ‘Jangan lupa. Dengannya kamu juga bisa telepon...’
Sungguh demikian. Juga di hidup kita. Hidup ini menawarkan banyak hal. Banyak yang bisa kita lakukan dan hal baru bisa kita temukan. Kita menikmati semua itu! Karena kesibukan dan aktivitas, kadang kita lupa apa yang paling penting dalam hidup ini. Bahwa kita menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Bahwa kita bisa berdoa kepada Allah. Itulah intinya. Tiap saat anda dapat menelepon Allah dan Allah tidak akan menutup sambungan telepon. Walaupun tidak ada internet dan tidak ada sinyal, kita dapat menghubungi Allah. ‘Jangan lupa. Dengannya kamu juga bisa telepon...’
Alkitab mengajar kita bukan hanya untuk berdoa, tetapi untuk terus menerus berdoa! Bertekun dalam doa. Sebagaimana Paulus katakan di I Tesalonika 5:17: ‘Tetaplah berdoa’.
Jemaat terkasih. Allah rindu kita datang kepadaNya secara pribadi dalam doa. Tuhan Yesus selalu siap. Ia menunggu doa anda. Ia adalah Mesias yang mempunyai segala kuasa. Ia adalah Mesias yang mempunyai hati penuh kasih terhadap manusia. Ia dapat menolong dan Ia ingin menolong. Yesus mendengar dan menjawab doa kita menurut rencanaNya, pada waktuNya, dan dengan caraNya! Ia tahu yang terbaik bagi anak-anakNya. Mari kita bawa pergumulan hidup kita dan memohon belas kasihanNya. Mari kita bawa pergumulan dunia ini! Percayalah kepada Yesus. Percayalah akan kasih dan pertolonganNya! Seperti lagu dari PKJ 197 kita katakan ‘Buka mataku. Aku ingin melihat Yesus Tuhanku’.
Amin.