Pembacaan Alkitab: Yohanes 4:1-30

Selama tiga minggu berturut-turut, sejak minggu lalu rangkaian khotbah dibawakan  di dalam ibadah Online GKIN. Minggu lalu kita untuk belajar dari Musa. Minggu depan kita akan belajar dari  Elia  dan hari ini kita belajar dari perempuan Samaria yang bertemu Yesus di sumur Yakub dan hidupnya sama sekali berubah.

Thema kita berbunyi: ‘Alami penyembuhan dan pemulihan dari Allah, belajar dari perempuan Samaria’. Secara pribadi saya merasa thema ini adalah satu tantangan karena Anda dan saya harus merasa, mengalami dan meresapi apa yang dialami perempuan Samaria ini. Selanjutnya di akhir khotbah Anda dapat memberikan sendiri jawaban tentang apa yang Anda pelajari darinya.   

Dalam percakapan antara Yesus dan perempuan Samaria dalam Yohanes 4 ini, ada banyak aspek kemanusiaan yang muncul. Ada perbedaan sosial: Yesus laki-laki, dia perempuan, dan pada saat itu tidak pantas laki-laki dan perempuan berbicara sendiri di tempat umum. Perbedaan tradisi Agama: Sebagai seorang Yahudi, Yesus tidak diperbolehkan bergaul dengan orang Samaria yang menyembah Allah di gunung Gerizim. Salah satu komentar mengatakan bahwa Yesus juga melewati batas etika. Ia memulai percakapan dengan seseorang yang hidup dalam dosa dan setiap orang mengetahuinyaSemua ini terjadi di Sikhar.

Percakapan ini bukanlah suatu kebetulan karena dalam ayat 4 tertulis: "Ia harus melintasi daerah Samaria."  Kata 'harus' menyiratkan bahwa ada rencana penyelamatan Allah. Sangat penting bahwa Yesus bertemu perempuan ini di sumur. Ia harus diselamatkan dan itu terjadi dalam kegiatannya sehari-hari.  

Yesus lelah dan haus tetapi tidak mendapatkan air. Kemudian datang seorang wanita untuk menimba air dan terjadi percakapan di antara mereka tentang air, tentang haus dan tentang iman di sumur Yakub. Perhatikan gambar ini untuk melihat perbedaan sebentar di akhir khotbah.

Saudara-saudari,

Kembali kepada bacaan kita, “Mengapa perempuan Samaria ini datang  menimba air pada jam dua belas siang, saat matahari terik (ayat 6)? Siapa yang bisa menjawab?

Di negara Timur Tengah, juga di Indonesia, orang tidak pergi mengambil air di siang hari karena matahari terik dan udara sangat panas. Tidak ada yang melakukan hal itu. Orang biasanya pergi mengambil air di pagi atau sore hari, menjelang malam. Kita melihat ini sebentar.

Yesus meminta kepada perempuan ini, "Berilah Aku minum." Karena Yesus sendiri haus setelah perjalanan yang melelahkan. Tetapi perempuan ini berkata: ‘Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?

Jawabannya dengan jelas menyatakan bahwa ia tahu tentang perintah penyucian: seorang Yahudi menjadi najis jika dia minum dari bejana bukan-Yahudi. Tetapi bagi Yesus ini adalah kesempatan untuk memulai percakapan yang lebih dalam tentang air hidup, tentang sumur di hati wanita itu.

Hal ini menarik untuk dilihat bahwa Yesus sendiri lelah dan haus, tetapi Dia tetap memperhatikan hal 'detail' dari setiap orang. Dia melihat lebih dalam di dalam terang Roh Allah. Demikianlah Yesus duduk di tepi sumur kehidupan setiap manusia dan rindu berbicara dengan masing-masing kita.

Ketika Yesus berkata, “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, di dalam dia akan menjadi mata air yang memancar sampai kepada hidup yang kekal” (ayat 14). Perempuan itu berkata: ‘Tuhan, berikanlah aku air itu’. Yesus adalah orang pertama yang menghilangkan rasa hausnya. Yesus mengisi hatinya dengan Air Hidup.

Saudara-saudari,

Air hidup adalah firman, perkataan Yesus, kata-kata dari Allah, firman hidup yang kekal, firman penebusan. Inilah kabar baik. Anugerah Allah. Yesus sendiri adalah sumber air kehidupan yang memberi Anda inspirasi untuk hidup. Siapapun yang meminumnya tidak akan pernah haus lagi.

Perempuan itu sekarang meminta air hidup kepada Yesusagar dia tidak lagi datang ke sumur ini untuk mengambil air. Tapi kemudian sesuatu yang tidak terduga terjadi padanya dan juga bagi kita sebagai pembaca, atau setidaknya bagi saya. Marilah kita melihat cuplikan film dari bacaan kita dan perhatikanlah bagaimana reaksinya. 

https://www.youtube.com/watch?v=EIbLMnJ74XM (minut 1,51 t/m 3,40)

Saudara-saudari,

Mengapa Yesus meminta wanita ini untuk memanggil suaminya? “Pergilah dan panggil suamimu, lalu kembalilah” (Yohanes 4:16:).

Sekilas, pertanyaan itu tidak penting sama sekali. Namun pertanyaan ini memiliki fungsi atau tempat yang logis dalam percakapan. Lagi pula, tidak umum pada masa itu bagi seorang laki-laki untuk berbicara dengan seorang perempuan tanpa suaminya. Itulah sebabnya Yesus berkata: Panggil suamimu.

Yesus menyentuh inti masalahnya. Dia tidak punya suami, setidaknya tidak ada suami yang sah saat itu. Itulah mengapa wanita itu datang untuk mengambil air di siang hari yang   terik. Agar dia tidak perlu bertemu perempuan lain di desa yang menudingnya karena situasinya memang rumit. Dan Yesus, seorang asing itu sudah melihatnya dari awal!

Yesus menunjuk pada titik yang menyakitkan dalam hati perempuan itu tetapi dia pasti tidak melihat pertanyaan Yesus sebagai ancaman.

Ya. Kebenaran terkadang sulit dan konfrontatif, tetapi pada dasarnya menyembuhkan. Itu juga tergantung pada siapa yang mengatakannya dan bagaimana mengatakannya. Yesus melakukan ini berdasarkan cinta kasih-Nya yang dalam dan terasa dan tidak mengandung penilaian apapun. Pertanyaan Yesus menyentuhnya dan Yesus mengatakannya tanpa memberikan perasaan bersalah dan perempuan itu merasakannya. Karena itu percakapan dapat diteruskan.

Kemahatahuan Yesus tidak menjadikan perempuan itu malu, tetapi memberinya kepercayaan untuk terus mendengarkan-Nya (ayat 19). Perkataan Yesus tidak membuat dia menjauh tetapi lebih mendekatkan diri pada Yesus. Dan muncullah kesadaran bahwa Yesus adalah nabi.  Matanya terbuka ketika Yesus berbicara benar tentang hidupnya.

Pada tahun 2000, Fakultas Teologi Universitas Terbuka di Amsterdam dan Kerk in Actie dari Gereja Protestan di Belanda bersama dengan sejumlah besar mitra internasional memulai proyek membaca Alkitab dengan tema: 'Melalui mata orang lain'. Ini adalah pembacaan Alkitab antar budaya dari Yohanes 4, di mana konteks dan budaya setempat itu penting. Semua laporan dimasukkan dalam buku 'Putten uit de Bron'. Sangat istimewa untuk membaca bagaimana orang membaca kisah Alkitab ini melalui kacamata konteks dan budaya mereka sendiri.

Laporan kelompok baca dari Bandung menekankan bahwa Yesus membebaskan perempuan ini dari rasa malu dan rasa takut. Salah satu peserta mengatakan: 'perempuan ini telah dibebaskan dari tabu yang melarang berbicara dengan seorang pria asing, tabu berbicara secara terbuka tentang kehidupan pribadinya. Dia dibebaskan dari rasa malu ketika dia bertemu dengan sesama penduduk desa dan dipakai untuk memberitakan Injil kepada mereka’. Pendekatan Ini berhubungan dengan budaya malu yang sangat kuat di Indonesia.

Dalam budaya rasa malu, harga diri adalah kebalikan dari rasa malu. Prof.Dr. Gerrith Singgih mengatakan: “Rasa malu itu tidak terjadi dalam suasana komunikasi terbuka melalui identifikasi yang penuh kasih, di mana orang saling menghargai satu sama lain.” Dan inilah yang Yesus lakukan: Yesus memulihkan dan mengembalikan harga diri perempuan ini. Menurut Singgih, kabar baik Injil dalam konteks Asia berarti “bahwa orang diangkat dari situasi di mana individu atau kelompok terjebak dalam rasa malu.

Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana Anda bisa lepas dari perasaan malu dan prasangka orang lain?

Atau apakah Anda merasakan keresahan mendalam yang tidak bisa Anda hilangkan? Perasaan tidak puas dengan cara hidup yang Anda jalani. Mengapa banyak hal yang salah padaku dan orang lain tidak? Kerinduan untuk dicintai? Apakah Anda mengenali hal-hal ini? Siapa yang bisa melepaskan Anda dari perasaan-perasaan ini?

Saudara-saudari,

Datanglah pada Yesus, Air Hidup. Mintalah dan berdoalah seperti perempuan Samaria ini: Tuhan berikan air itu, supaya aku tidak haus lagi. Yakinlah bahwa hanya Yesus dapat mengangkat segala perasaan malu, perasaan dihakimi oleh orang lain dan ketidakpuasan lainnya. Yesus tidak menghakimi saudara.

Ketika dosa, kesalahan, penolakan, rasa malu, dan ketakutan kita terungkap, ada pengampunan dan penyembuhan bersumber pada keselamatan. Yesus datang kepada kita dengan air hidup. Allah datang kepada kita dalam Injil dengan terang dan kasih-Nya, sebagaimana  1 Yohanes 1:7 mengajarkan kita, “Dan darah Yesus Kristus, Anak-Nya, menyucikan kita dari segala dosa.”

Ia ada di dekat saudara dan Roh-Nya diberikan kepada saudara seperti yang nyata dalam diri perempuan ini. Dia meninggalkan tempayan airnya di sumur itu dan ia segera kembali ke Sikhar dan menyampaikan apa yang terjadi padanya. Di kota Sikhar, dia menceritakan bagaimana Yesus mengungkap dosanya dan kehidupan masa lalunya. Oleh karena itu, masalahnya muncul ke permukaan untuk dibersihkan oleh kasih Yesus. Pembebasan datang melalui terang dan kasih Allah di dalam dan melalui Yesus.

Yesus membebaskan dia dan memberikan kekuatan baru baginya. Ia tidak melarikan diri lagi dari masa lalu. Sekarang ia berani konfrontasi dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Barang siapa yang tadinya ia hindari, sekarang ia kembali mencari mereka. Ia bersaksi untuk seluruh desa (ayat 28-30).

Perempuan ini sendiri telah menjadi sumur hidup, air yang mengalir. Dia tahu dirinya dipelihara oleh Yesus, Juruselamat dunia. Sekarang hatinya dipenuhi dengan Roh Kudus, semua orang perlu mendengar bahwa dia telah minum air hidup. Ya, dia mengundang semua warga kotanya untuk pergi bersamanya ke Sumur Air Hidup. Banyak dari mereka mengaku bahwa Dia adalah Juruselamat hidup mereka.

Saudara-saudari,

Thema kita berbunyi: ‘Alami penyembuhan dan pemulihan dari Allah, belajar dari perempuan Samaria’.Apakah yang Anda pelajari dari perempuan Samaria ini untuk bisa mengalami penyembuhan dan pemulihan dari Allah?

Amin.                                   

 

Pertanyaan pendalaman:

  1. Mengapa dia datang sendiri menimba air di siang hari, waktu yang tidak biasa? Apakah dia malu untuk aib dan penilaian orang atas dirinya? Apakah Anda juga mengenal  rasa malu dan ketakutan untuk semakin banyak prasangka terhadap Anda?
  2. Apakah Anda haus? Apakah Anda alami kehausan dalam hidup kerohanian Anda? Bagaimana Anda mengisinya kembali? Apa pendapat Anda akan perkataan Yesus tentang kebenaran situasinya sendiri?
  3. Apakah Anda juga ingin menyampaikan perjumpaan Anda dengan Allah sehingga mereka dapat jugadatang pada Yesus air hidup itu?