I Koningen 19:1-10

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Tema kotbah berseri tahun ini adalah mengenai “Mengalami kesembuhan dan pemulihan Allah: Belajar dari hidup dan pengalaman tokoh-tokoh Alkitab” Dua minggu yang lalu, kita belajar dari tokoh Musa, lalu minggu lalu kita belajar dari tokoh Wanita Samaria. Dan minggu ini kita mau belajar dari tokoh Elia. Apa yang dialami oleh Elia, sebagai nabi Allah? Ternyata ia mengalami depresi.

Depresi adalah salah satu masalah utama di dunia saat ini. Badan Kesehatan Dunia - WHO mencatat ada sekitar 50 juta orang baru yang menderita depresi berat setelah masa pandemi. Orang-orang yang depresie, seakan berada di dalam sebuah terowongan panjang yang tidak berujung. Mereka merasa tertekan, tidak berdaya dan tidak bergairah untuk menjalani hidup mereka dari waktu ke waktu. Depresi dapat dialami oleh siapa saja, termasuk oleh Elia. Elia adalah seorang nabi yang hebat, tapi ia juga manusia sama dengan kita. Ada saatnya ia mengalami ketakutan dalam hidupnya.

Nabi Elia adalah juru bicara yang luar biasa bagi Tuhan. Selama tiga tahun dialah yang berbicara kepada Israel atas nama Tuhan. Nabi Elia juga dipakai Tuhan secara luar biasa untuk melakukan banyak mujizat. Ia pernah membangkitkan anak dari si janda di Sarfat dari kematian. Bahkan Elia, dengan doanya kepada Tuhan, memenangkan pertandingan melawan nabi-nabi Baal untuk melihat siapa yang bisa meminta tuhannya mengirimkan api dari langit untuk membakar persembahan.

Namun ada satu orang yang sama sekali tidak menyukai Elia, dan orang itu adalah Izebel, ratu Israel. Dia adalah wanita yang sangat jahat. Izebel membenci Elia, sebagian karena dia memiliki begitu banyak pengaruh. Setelah mukjizat besar yang dilakukan oleh Tuhan melalui Elia, Elia membunuh para imam Baal, dewa yang disembah ratu Izebel.

Hal ini membuatnya sangat marah sehingga dia mengirim seorang utusan kepada Elia dengan pesan: “Dewa mungkin akan melakukannya, bahkan lebih buruk, jika besok aku tidak akan menjadikan jiwamu seperti jiwa salah satu dari mereka (ay2) Dengan kata lain, Izebel berkata, "Aku sangat ingin membunuhmu!”

Dan sekarang kita melihat bagaimana Elia yang telah bertahun-tahun selalu bergerak maju tanpa rasa takut: menjadi gentar dan terancam hanya karena ucapan seorang wanita. Sebagai akibatnya dia ketakutan dan lari untuk menyelamatkan diri ke padang gurun dan menjadi depresi (ay 3-5). Perhatikan emosi-emosi yang Elia rasakan: Pertama, Elia merasa takut (ay 3). Ia juga marah (ay 4). Dia berkata, "Cukuplah sudah, saya tidak lebih baik dari nenek moyang saya."

Ternyata, Elia juga memiliki harga diri yang rendah dan dia merasa bersalah. Kemudian Elia mengeluh bahwa dia telah bekerja keras tanpa hasil (ay 10). Kemudian dia berkata: Saya sendirian dan kesepian. Dan akhirnya seluruh tubuh Elia gemetaran:  mereka mencoba membunuhku! Dia sangat merasa khawatir. Saudara-saudara, ketika kita menggabungkan rasa takut, marah, bersalah, marah, kesepian dan khawatir, kemungkinan besar kita sedang mengalami depresi! Elia kemudian duduk sendirian di bawah pohon arar, dan berdoa agar dia mati. Elia merasa sangat tertekan sehingga dia ingin mati: "Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambil nyawaku” Karena ketakutan akan ancaman pembunuhan, ia meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya.

Saudara-saudara,

Perasaan ketakutan, tidak berdaya dan putus asa Elia ini dan yang dapat kita rasakan setiap hari, tidak muncul dengan sendirinya. Perasaan adalah akibat yang ditimbulkan oleh pikiran kita, cara kita memaknai atau menginterpretasi-kan kejadian-kejadian dalam hidup kita. Masalahnya, kita bisa salah atau keliru dalam menafsirkan peristiwa-peristiwa dalam hidup kita. Kita bisa memiliki keyakinan-keyakinan atau pemikiran yang salah atau yang biasa disebut “false belief”.

Misalnya keyakinan yang dipikirkan oleh Elia. Ketika Elia mendengar Izebel ingin membunuhnya, Elia menafsirkannya secara negatif, bahkan mengembangkan pikiran negatif itu dengan melihat dirinya sebagai korban yang tidak berdaya dan gagal. Bahkan lebih buruk dari nenek moyangnya. Hal yang sama dapat kita alami. Ketika kita memikirkan dan kemudian mengembangkan pikiran itu, pikiran itu berubah menjadi besar dan besar sampai akhirnya, kita akan merasa tertekan dan tidak berdaya.

Karena itu, jika kita ingin menyingkirkan perasaan negatif, kita perlu mengubah cara berpikir kita. Satu-satunya cara untuk mengubah perasaan tidak berdaya kita adalah dengan berpikir secara berbeda. Ketika Anda melihat sesuatu dari sudut pandang yang benar, kita terhindar dari depresi.

Mengapa Elia menjadi depresi? Mari kita melihat pikiran-pikiran apa yang diizinkannya memenuhi kepalanya:

  1. Yang pertama: Dia lebih fokus pada keyakinannya yang keliru daripada fakta. Itulah yang selalu terjadi saat kita depresi. Kita lebih fokus pada apa yang kami rasakan daripada kenyataan. Elia merasa gagal karena sebuah ancaman yang membuatnya takut. Dan karena dia merasa gagal, dia menganggap seluruh hidupnya gagal total. Elia tenggelam di dalam pikirannya sendiri dan tidak dapat mengambil jarak lagi. Padahal perasaan bukanlah fakta; Perasaan tidak dapat diandalkan sepenuhnya.

Untuk menghadapi masalah ini, banyak psikolog yang percaya bahwa mengekspresikan perasaan Anda adalah salah satu kunci dari kesehatan mental. Mereka mengatakan, Sadarilah perasaan-perasaanmu itu dan biarkan mereka keluar. Tapi itu bukan jalan keluar yang utama, karena perasaan tidak bisa diandalkan. Alkitab memberitahu kita untuk tidak mengandalkan perasaan kita, tetapi untuk tetap berfokus pada kebenaran-kebenaran Firman Tuhan, karena kebenaran itu yang dapat membebaskan.

  1. Yang kedua, mari kita melihat apa yang dia katakan selanjutnya: Saya sudah cukup, Tuhan, Ambillah hidup saya, karena saya tidak lebih baik dari nenek moyang saya. Di sini, Elia mulai membandingkan dirinya dengan orang lain. Bukankah kita juga sering jatuh ke dalam perangkap pemikiran, Andai saja saya bisa seperti dia, saya pasti akan bahagia. Kita tidak bisa membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang itu unik dan memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Tidak ada gunanya selain membuat kita merasa depresif.
  2. Ketiga, Elia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian-kejadian negatif yang bukan salahnya. Dalam depresinya, Elia menyalahkan dirinya sendiri bahwa negeri itu tidak berubah karena dirinya.  Penyebab depresi ketiga adalah bahwa kita menyalahkan diri sendiri dengan suatu kejadian.
  3. Yang keempat, Elia bukan hanya menafsirkan ancaman Izebel secara negative melainkan juga memelihara dan mengembangkan pemikiran yang negative sehingga pemikiran itu menjadi semakin besar dan besar. Kita bisa melihat skemanya: Ada ancaman – Elia takut. Dia berkata: "Aku ditinggalkan sendirian, dan mereka mencoba mengambil nyawaku" (pikiran negatif menjadi besar). Elia akhirnya menyerah pada rasa mengasihani diri sendiri: "Semua orang menentangku" (pikiran negativf menjadi jauh lebih besar lagi). Faktanya tidak semua orang menentangnya. Hanya ada satu orang yang mengancamnya, yaitu Izebel. Jika Elia pikir dengan jernih, dan bukan hanya terfokus pada ketakutannya, Elia akan menyadari bahwa Izebel tidak berani membunuhnya.

Memang benar bahwa Ratu telah mengirim utusan yang mengancam "Aku akan membunuhmu besok". Tetapi jika Izebel benar-benar ingin membunuh Elia, dia tidak akan mengirim utusan terlebih dahulu untuk memperingatkannya; dia hanya akan mengirim penyewa untuk langsung membunuh Elia.

Elia, bagaimanapun, tidak mempertimbangkan ancaman itu dengan pikiran yang jernih. Dia merasa takut dan langsung melarikan diri. Saat kita depresi, kita selalu membesar-besarkan hal yang negative sehingga semuanya terlihat suram. Ketika kita mengalami depresi, seluruh dunia akan hancur. Elia membesar-besarkan masalahnya, membuat depresinya semakin parahdan akhirnya membuatnya terpuruk.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Kita sudah melihat apa yang menyebabkan Elia depresi. Lalu bagaimana Allah menolong memulihkan Elia, hamba-Nya dan menjadikannya semakin tangguh.

  1. Memelihara kehidupan kita setiap hari. Kita membaca bahwa Elia berbaring di bawah pohon arar dan tertidur. Kemudian seorang malaikat menyentuhnya, yang berkata, "Bangun dan makanlah." Dia melihat sekeliling dan melihat di kepalanya ada kue yang dipanggang di atas batu panas dan kendi berisi air. Dia makan dan minum dan kembali tidur. Kemudian malaikat itu datang lagi dan berkata, “Bangunlah dan makanlah, karena perjalananmu masih jauh. Jadi makan dan minum. Elia, dan dia dikuatkan oleh makanan (ay 5-8)

Obat pertama Tuhan untuk depresi Elia adalah istirahat, makanan, dan santai. Terkadang tidur malam yang baik memberikan keajaiban bagi tubuh kita. Ketika kita lelah secara fisik dan emosional, Anda mudah menjadi mangsa depresi. Kita lihat di sini bahwa Tuhan tidak memarahi Elia dengan mengatakan, "Pengecut." Apa yang kamu lakukan di sini di padang pasir? Tuhan tidak mempermalukan atau menghukumnya. Tuhan memberinya makan dan istirahat. Tuhan memulihkannya secara fisik. Itu adalah titik awalnya.

Saat Anda mengalami depresi, langkah pertama menuju pemulihan adalah kembali bugar secara fisik. Jaga kesehatanmu. Mungkin Anda harus berolahraga. Kesehatan fisik memiliki dampak besar bagi suasana hati Anda.

  1. Obat kedua untuk depresi Anda adalah menyerahkan frustrasi Anda kepada Tuhan. Elia memasuki sebuah gua dan bermalam di sana. Di pagi hari Tuhan bertanya kepadanya, "Apa yang kamu lakukan di sini Elia?" Jawabnya, "Aku cemburu kepada Tuhan, Allah semesta alam, karena orang Israel telah meninggalkan perjanjian-Mu, merobohkan mezbah-mezbah-Mu, dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang, sehingga tinggal aku sendiri, dan mereka berusaha untuk mengambil nyawaku (ay 9-10).

Elia mencurahkan isi hatinya. Tuhan mengizinkannya untuk melepaskan beban yang sedang ia alami. Tuhan tidak terkejut dengan keluhan Elia. Dia membiarkan Elia melampiaskan emosinya yang terpendam tanpa mengkritik atau menghakiminya. Demikian pula, kita bisa merasa lega apabila kita dapat membagikan perasaan kita kepada seorang teman yang kita percayai. Tuhan mengizinkan Elia untuk mengungkapkan perasaannya. Dia berkata, “Elia, mengapa kamu frustrasi? Apa yang salah? Saat kita mengalami depresi, inilah tepatnya yang harus kita lakukan: datang dan ceritakan semuanya kepada Tuhan.

Saat kita memberikan rasa frustrasi Anda kepada Tuhan, rasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita Saat kita tertekan, datanglah kepada Tuhan. Biarkan Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Biarkan Dia memenuhi kebutuhan dan merasakan kehadiran-Nya. Tidak ada anti-depresi yang lebih baik daripada komunikasi dan hubungan intim dengan Tuhan.

Apa yang terjadi selanjutnya? Tidak saja Elia dipulihkan tetapi juga diberi kesempatan kembali untuk melayani. Saat depresi, kita cenderung berpikir, Bagaimana mungkin Tuhan masih mau memakai saya? Saya adalah orang yang gagal besar. Saya terus membuat kesalahan. Saya selalu mengecewakan diri saya sendiri, jadi saya juga pasti akan mengecewakan Tuhan.

Tetapi kita tidak pernah bisa membatalkan kasih karunia Tuhan. Kesalahan dan kegagalan kita tidak akan menghalangi rencana Tuhan dalam hidup kita. Kita selalu memiliki harapan dan kesempatan kedua. Biarkan Tuhan menunjukkan tujuan dan arah baru. Jika kita mengizinkannya, Tuhan akan mengangkat dan memulihkan kembali. Satu kesalahan (atau lebih) tidak akan membuat Anda tidak berguna selama sisa hidup Anda.

Trauma dan depresi kadang terjadi dalam hidup kita di luar kendali kita tapi kita dapat memutuskan untuk berjuang keluar dari kungkungannya dan bergerak maju. Yesus ada di sisi kita dalam perjuangan ini.  Dia bisa menyembuhkan kita dari depresi. Kita tidak harus dimanipulasi oleh perasaan takut dan tidak berdaya sepanjang waktu dalam hidup ini. Hal penting dalam kehidupan kita adalah hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, serta memiliki tujuan hidup yang berarti.

Bagaimana kita memulainya? Bangunlah hubungan pribadi dengan Kristus. Memang hal Ini tidak akan secara otomatis menyembuhkan kita dari semua depresi Anda, tetapi tanpa Kristus dalam hidup Anda, Anda tidak akan memiliki kekuatan untuk berubah. Selain itu, Kristus juga dapat menolong kita melalui orang lain seperti konselor, psikolog, psiater atau pendeta. Jangan malu dan ragu untuk meminta bantuan mereka.

Ketika Kristus ada dan hadir dalam hidup kita, mintalah Dia untuk memberi kita tujuan dan makna baru dalam hidup. Bersama-Nya kita dapat melakukan sesuatu yang lebih besar daripada hanya sekedar memikirkan diri sendiri. Kita perlu mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita dan menjadi berkat bagi sesama. Dan kita akan menemukannya, ketika Anda berada dalam hubungan dengan Kristus – Sang Sumber Kehidupan. Di dalam Tuhan selalu ada harapan. Tuhan memberkati kita.

Amin.