Lucas 13:22-30

Jemaat terkasih. Minggu ini kita menahan nafas ketika kita mengikuti perkembangan seputar invasi Rusia atas negara berdaulat Ukraina. Gambar-gambar mengerikan kita lihat dari Ukraina. Kota-kota yang dibombardir, reaktor nuklir yang ditembaki, orang-orang yang berlindung di stasiun metro bawah tanah, banyaknya warga sipil yang tewas terbunuh, dan orang-orang yang harus mengungsi ke negara tetangga. Sungguh memilukan melihat betapa banyaknya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami orang-orang di sana. 

Kita mendukung bangsa Ukraina yang sangat menderita karena ketidakadilan, agresi dan peperangan. Pikiran dan doa kita ada bersama mereka. Kita berdoa agar pemimpin Rusia menghentikan peperangan ini. Marilah dengan sungguh hati kita berdoa dan kalau perlu berpuasa. Demikian tanggal 2 Maret lalu diadakan ‘Doa untuk keadilan dan perdamaian bagi Ukraina’ di gereja Domkerk Utrecht yang diselenggarakan oleh Gereja Protestan di Belanda. Minggu depan GKIN akan mengadakan kantong kolekte kedua untuk Ukraina.

Dalam tahun gerejawi, kita berada di masa 40 hari praPaskah, minggu-minggu kesengsaraan Tuhan Yesus. Minggu sengsara adalah waktu untuk berefleksi dan bertobat. Bertobat berarti berbalik kepada Tuhan dan berpaling dari segala sesuatu yang menjauhkan kita dari Tuhan.

Hari ini kita membaca bahwa Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem. Di Yerusalem Yesus akan menjalani jalan penderitaan, Via Dolorosa. Yesus pergi ke Yerusalem untuk mati. Ia akan ditangkap, disiksa dan disalibkan. Untuk dosa dunia, untuk saudara dan saya. Dalam penderitaanNya, Kristus yang tidak bersalah dan tidak berdosa memikul segala penderitaan dunia ini. Demikian juga penderitaan bangsa Ukraina yang mengalami ketidakadilan, kekerasan dan peperangan. Jalan menuju Yerusalem adalah perjalanan satu arah bagi Yesus. Tidak ada tiket pulang. Jalan itu menuju kayu salib di Golgota. Semakin dekat Yesus ke Yerusalem, semakin mendesak Ia berbicara tentang hal-hal kekekalan seperti di pembacaan Alkitab hari ini.

Seorang bertanya kepada Yesus. Ayat 23: ‘Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?’ Mengapa ada orang yang bertanya seperti ini? Pertanyaan ini mungkin berasal dari rasa puas diri. Orang yang bertanya ini kemungkinan laki-laki Yahudi yang berpikir karena ia adalah umat pilihan Allah, maka otomatis diselamatkan. Ia hanya bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan orang lain. Mungkin juga pertanyaan ini berasal dari rasa ingin tahu. Hanya pertanyaan teoritis. Ia ingin tahu apa yang seharusnya hanya diketahui oleh Allah. Apakah anda mengenalinya? Mungkin kita juga mempunyai 1001 pertanyaan yang ingin kita tanyakan kepada Yesus: ‘Bagaimana dengan ini, Tuhan? Mengapa Tuhan?’

Orang ini bertanya: ‘Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?’ Pertanyaan ini sepertinya  masuk akal, namun Yesus tidak mau menjawabnya. Yesus lebih suka membicarakan hal-hal yang lebih penting, seperti membuat pilihan yang tepat, bahkan dalam keadaan sulit. Jika kita tahu bahwa waktu yang ada sangatlah terbatas, maka kita harus fokus pada hal primer  dan bukan pada hal sekunder. Berapa banyak energi yang hilang di gereja di mana orang banyak fokus pada hal-hal yang tidak relevan sementara hal-hal yang benar-benar penting diabaikan? Karena itu, marilah kita tetap memusatkan perhatian pada misi Allah untuk gerejaNya: menyebarkan kabar baik Kristus kepada dunia ini.

Apa kata Yesus? Apa jawabNya atas pertanyaan ini? JawabanNya selalu berbeda dari yang kita harapkan. Juga di sini. Yesus tidak memberi jawaban atas pertanyaan ‘Ada banyak atau sedikit?’ Kalaupun Yesus memberikan jawabannya, mau apa kita dengan jawaban itu? Yesus berkata: ‘Yang penting bukan soal banyak atau sedikit. Yang penting ialah kamu pribadi ada di sana! Untuk berada di sana, kamu harus tepat waktu! Masukilah pintu sempit yang terbuka itu.’ Yesus membalikkan pertanyaan: dari soal jumlah ke soal waktu. Hidup itu singkat. Janganlah membuang waktu!

Pintu sempit itu masih terbuka! Ayat 24: ‘Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak (sempit) itu ...’. ‘Berjuanglah’. Ini adalah istilah olahraga yang berarti: berusaha keras, berkomitmen memberi diri sungguh-sungguh, berikan semua secara total!

Ini bukan berarti kita bisa datang kepada Allah dengan pekerjaan atau jasa kita. Tidak, ini semua hanya kasih karunia. ‘Berjuanglah...’ Kasih karunia menolak semua jasa kita, namun tidak menolak bahwa kita harus memberi diri. Kita bisa bandingkan dengan udara. Udara itu gratis (murni kasih karunia), namun kita harus bernafas untuk mendapatkan manfaat darinya! Sebagaimana Paulus katakan di Filipi 2:12-13 ‘... tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar... karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Mengapa pintu itu sempit? Karena hanya ada satu jalan, yaitu Yesus. Kita banyak mendengar orang di sekitar kita berkata, khususnya di masyarakat yang pluralis: ‘Ah, ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak jalan menuju Allah, namun semua itu akhirnya bertemu di Allah yang sama. Seperti naik gunung yang satu dari Selatan dan yang lain dari Utara, namun nanti di atas bertemu juga.’ Kedengarannya ini bersahabat, namun Yesus menentangnya. Ia berkata di Yohanes 14:6: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

‘Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak (sempit) itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Suatu waktu tuan rumah akan menutup pintu itu.’ Jadi akan ada saat di mana semuanya sudah terlambat, ketika pintu ditutup oleh Allah yang adalah tuan rumah itu. Yesus tidak ingin menakut-nakuti kita. Ia ingin membangunkan kita. Pintu itu sempit dan waktu yang ada itu singkat. Yesus berkata: ‘Sadarlah bahwa suatu hari pintu itu akan tertutup. Datanglah tepat waktu!’ Hidup itu singkat. Fokuslah pada hal yang paling penting, yaitu: Yesus!

Pertanyaan yang diajukan adalah tentang berapa banyak orang yang diselamatkan. Jawaban Yesus adalah tentang waktu: ‘Tahukah kamu jam berapa sekarang? Waktunya singkat. Sudahkah kamu melewati pintu itu?’ Pertanyaan ini juga untuk kita semua. Sudahkah saudara menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Sudahkah engkau menyerahkan hidupmu ke dalam tanganNya? 

Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak (sempit) itu ...’. Pastikan anda membuat pilihan yang tepat dan melakukan hal yang benar. Ini tidak akan terjadi sendirinya. Anda harus bergerak. Pastikan anda fokus pada hal yang benar dan lebih lagi: melakukannya.Jangan terpaku pada pertanyaan teoritis, tetapi praktekkanlah!

Anak sulung saya sedang mengambil kursus mengendarai mobil. Ia sudah belajar teori dengan baik dan bulan lalu sudah lulus ujian teori. Dia senang dan saya lebih senang lagi. Namun teori saja tidak cukup. Dia sekarang harus belajar menerapkan teori itu ke dalam praktek. Karena itu dia sekarang giat belajar mengemudi supaya nanti dia bisa lulus ujian praktek. Saya menantikan saat di mana dia mendapat SIM. Akhirnya nanti saya mempunyai sopir.

Demikian kita secara teoritis tahu banyak tentang kasih dan pengampunan. Kita bisa banyak menyebutkan ayat Alkitab tentang ini. Namun pertanyaan yang penting ialah: ‘Apakah ada kasih dan pengampunan dalam praktek hidup saya sebagai seorang Kristen?’

Allah tidak ingin menutup pintu untuk satu orangpun. Tidak. Manusia sendirilah yang menutup pintu untuk diri mereka sendiri. Karena mereka tidak mau repot-repot masuk ke dalam. Mereka tetap di luar karena kehilangan momen membuat keputusan. Mereka melewatkan titik balik yang menentukan dalam hidup ini, apapun itu juga.

Mereka menutup pintu untuk diri mereka sendiri, karena terlalu larut dalam teori, suka berputar-putar, dan tidak sampai ke praktek. Mereka ada di luar karena pasif atau berpikir mereka sudah ada di dalam. ‘Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.’, seolah-olah itu sudah cukup. Mereka ada di sana, tapi hanya sebagai penonton dan bukan peserta. Kalau ada manusia yang ada di luar, itu bukan karena kehendak buruk Tuhan atau kesewenang-wenanganNya, namun karena manusia mengabaikan diri mereka sendiri dengan membuat pilihan yang salah dan memusatkan pada hal-hal yang tidak terlalu penting.

Pintu sempit itu masih terbuka lebar! Itulah kasih karunia Allah! Siapa yang pernah ke Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem, Israël? Untuk masuk ke sana kita harus melewati pintu yang sempit. Bagaimana kita bisa melewati pintu yang sempit? Yang pertama: kita hanya bisa masuk kalau kita menanggalkan ransel besar yang menghalangi kita untuk bisa masuk. Pertanyaan untuk kita, khususnya di minggu pertama minggu-minggu sengsara ini ialah: ‘Apakah yang harus aku lepaskan untuk masuk melalui pintu yang sempit itu?’ Yang kedua: kita hanya bisa masuk pintu yang sempit dengan membungkuk. Kita harus membungkuk untuk bertemu dengan Tuhan. Kita harus rendah hati. ‘Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’ (Matius 23:11).

Jemaat terkasih. Pintu itu sempit, namun masih terbuka! Tiap orang diundang masuk. Juga saudara dan saya! ‘Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan.’

Jadi dari segala bangsa. Karena itu tetaplah berdoa, bersaksi, dan tunjukkan melalui hidup kita bahwa Yesus adalah pintu menuju Allah dan pintu itu terbuka lebar!

Di Alkitab kita membaca tentang seorang penjahat yang disalibkan di sebelah Yesus. Di saat-saat terakhir hidupnya, ia menaruh kepercayaannya kepada Yesus. Ada orang yang menyebutnya: ‘Orang Kristen last minute’. Orang-orang yang misalnya di saat terakhir hidupnya mau dibaptis. ‘Baptisan darurat’ istilahnya. Sungguh besar anugerah Allah! Namun jangan tunggu sampai saat-saat terakhir, karena momen itu bisa saja berlalu. Hidup ini singkat dan waktu anugerah Allah adalah sekarang! Jangan tunda lagi. Besok mungkin terlambat. Pintu sempit itu masih terbuka!

Amin