Pembacaan Alkitab: Kolose 3:5-17

Jemaat terkasih. Pada waktu saya kecil saya duduk di Sekolah Dasar di Jakarta Indonesia. Tiap kali saya ke sekolah, saya memakai seragam. Anda tahu: kemeja putih tangan pendek dan celana pendek warna merah. Pada hari Senin dan Jumat kami memakai atribut tambahan, yaitu dasi merah dan topi merah karena ada upacara bendera.

Suatu hari saya datang ke sekolah. Seperti biasa tanpa rasa kuatir. Namun begitu sampai di sekolah saya terkejut. Saya satu-satunya yang memakai putih merah. Semua anak yang lain datang dengan batik. Rupanya hari itu ‘hari batik’. Seminggu sekali anak-anak mengenakan batik. Saya tidak bisa lagi pulang ke rumah karena rumah saya jauh dari sekolah. Untunglah saya tetap boleh mengikuti pelajaran di kelas. Namun hari itu bukan hari yang menyenangkan bagi saya. Tiap mata terarah kepada saya. Banyak teman sekelas menatap saya dengan terkejut. Beberapa bahkan bertanya apakah saya masih sehat. Saya cuma bereaksi: ‘Aduh, sudahlah!’.

Untuk acara khusus banyak berlaku dresscode (kode berpakaian) tersendiri. Banyak pekerjaan yang mengenal seragam perusahaan. Undangan pesta pernikahan biasanya diikuti dengan dresscode tertentu. Dresscode memberikan citra tertentu. Dresscode memperlihatkan siapakah anda dan bagian dari siapakah anda. Misalnya anda adalah bagian dari perusahaan atau sekolah itu. Atau dalam pesta pernikahan anda bagian dari tamu undangan. Jadi dresscode memperlihatkan identitas kita.

Dalam pembacaan kita Paulus menulis tentang dresscode yang baru dari seorang Kristen. Dresscode ini harus berbeda dengan yang lama. Dresscode yang dimaksud Paulus di sini bukanlah pakaian secara harafiah. Bukan. Dresscode yang lama ialah manusia lama yang berdosa. Dresscode yang baru ialah manusia baru dalam Kristus. 

Hari ini kita bersyukur menjadi saksi dari Pengakuan Iman (Sidi: artinya penuh) dari

Jonathan Bakker, Jerry Lay, dan Darrell Tjahjadi. Sidi menandakan peralihan dari manusia lama ke manusia baru. Sidi berarti meninggalkan hidup lama dan memulai hidup baru. Kristus membersihkan kita dari dosa-dosa kita melalui kematianNya di kayu salib dan seperti pakaian Ia menutupi kita dengan kasihNya yang tanpa syarat. Yang membuat kita menjadi manusia baru bukan diri kita sendiri. Semua hanya anugerah Allah. Yang membuat kita menjadi manusia baru adalah Kristus. Manusia baru mengenakan pakaian baru. Pakaian itu adalah Kristus. ‘Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus …’, kata Paulus di Roma13:14.

Menanggalkan pakaian lama yang kotor (ayat 5-11)

Kita hidup di zaman di mana orang berkata: ‘Apa saja bisa dan boleh dilakukan. Nikmatilah’. Tentukan sendiri apa yang baik di matamu. Orang juga mengkombinasi a la carte (seperti menu makanan) norma, nilai, dan keyakinan iman. Dalam hal ini Paulus sangat jelas: hidup lama dan hidup baru harus berbeda. Dresscode lama tidak bisa dikombinasi dengan yang baru. Pakaian lama yang kotor harus ditanggalkan, karena itu bagian dari hidup lama yang terarah hal duniawi. Paulus menggunakan kata yang tajam: matikanlah (ayat 5), buanglah (ayat 8), menanggalkan (ayat 9). ‘Matikanlah’ adalah kata kerja. Berarti kita harus aktif. Matikan dalam diri percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan. Semua ini akibat ‘keterpusatan pada diri sendiri’. Menganggap diri seperti allah dan fokus pada kenikmatan dan kebahagiaan diri. Seorang Kristen harus berbeda. Kita terarah pada Kristus. Dari Kristus kita belajar melihat orang dengan mata yang lain. Tidak dengan nafsu dan keserakahan, tetapi memberi dan melayani. Seperti itulah Kristus.

Di ayat 8 Paulus meneruskan seruannya: buanglah hal-hal yang jahat. Kata ini juga berarti ‘menyisihkan’. Ini kita lakukan terhadap apa yang tidak kita butuhkan lagi: marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor. Dosa-dosa ini merintangi pendendalian diri. Dengan kehilangan pengendalian diri, terjadi perpecahan. Terjadi kebingungan dan kekacauan. Lalu muncullah pertengkaran dan saling tidak percaya. Hal yang sama terjadi ketika kita berdusta. Relasi menjadi rusak. Dalam daftar kedua ini, Paulus memperingatkan kita akan bentuk perilaku yang merusak hubungan di jemaat.

Jadi segala yang duniawi itu haruslah mati, dipakukan di atas salib. Kita harus tanggalkan seperti pakaian yang kotor yang tidak lagi kita pakai. Ini bisa menyakitkan. Tentu sakit kalau kita lepaskan apa yang sudah jadi kebiasaan sejak lama. Seakan kita kehilangan identitas kita. Namun ingatlah: yang hilang itu adalah yang tidak cocok dengan identitas kita yang baru.

Kristus mempersatukan kita satu sama lain. Di dalam Kristus kita adalah satu. Kita semua hidup dari satu sumber mata air: anugerah Allah. Walaupun ada perbedaan kultural, etnis, sosial kemasyarakatan, kita adalah saudara di dalam Kristus. 

Dresscode yang baru: pakaian Kristus (ayat 12-15)

Di ayat 12 Paulus menyebutkan identitas kita yang baru sebagai orang-orang Kristen: ‘Orang-orang pilihan Allah, yang dikuduskan (kudus berarti: dipisahkan, dikhususkan bagi Allah), yang dikasihiNya..’ Sungguh suatu kata-kata yang luar biasa. Tahukah anda bahwa kata-kata ini diucapkan Allah pada AnakNya Yesus Kristus? Yesus dipilih Allah (Lukas 9:35), kudus (Lukas 1:35), dan Anak yang dikasihi (Markus 1:11). Dengan mengucapkan perkataan yang sama terhadap kita, Allah menyamakan kita dengan AnakNya. Allah memandang kita sebagai anak-anakNya. Karena itu karakteristik Yesus harus menyelimuti kita seperti baju baru.

Demikianlah kita boleh saling melihat satu sama lain di dalam Kristus. Kita semua mendapatkan dresscode yang baru. Itulah pakaian yang terus menerus diperbarui. Untuk itu kita harus aktif: ‘kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran’.

Semua ini adalah karakteristik Yesus, yang berpusat pada orang lain dan tidak pada diri sendiri. Yesuslah sumber kita dan pemberi inspirasi.

Saling melihat sebagai saudara di dalam jemaat dan berpusat pada kepentingan yang lain juga berarti belajar sabar dan mengampuni. Di sini ada kata: saling. Jadi dari dua belah pihak. Berani untuk mengakui kesalahan dan kekeliruan. Jadilah orang yang pertama mengulurkan tangan untuk rekonsiliasi. Berikan pengampunan dan terima pengampunan. Kita mengampuni karena Tuhan telah lebih dulu mengampuni kita. Bukankah ini berita yang dibutuhkan dunia?

Apakah anda masih hafal dresscode yang baru dari seorang Kristen di ayat 12 tadi? Belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Ini seperti 5 potong pakaian yang berdiri sendiri. Semuanya bagus, tapi toch ada yang kurang: kasih. “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih…

Kasih itu seperti ikat pinggang yang mengikat dan mempersatukan semua potong pakaian. (Saya tidak pernah pergi tanpa ikat pinggang). Kasih sungguhlah pakaian dari seorang Kristen. Kalau ada ciri khas  yang harus dikenali dari orang Kristen, itulah kasih. Kasih: jangan pergi tanpa mengenakannya!

Mengapa kita masih mau mengenakan pakaian lama yang penuh dengan dosa, padahal kita mendapat pakaian yang baru? Mungkin kita dapat belajar dari cerita ini. Pada suatu hari seorang wanita datang ke kantor polisi dan melaporkan suaminya hilang. Ia katakan: ‘tolong pak polisi. Suami saya hilang. Ia 29 tahun. 1,90 meter. Rambutnya pirang, badannya atletis, dan sangat tampan’. Sersan itu menggelengkan kepala dan berkata: ‘Tunggu dulu ibu. Saya kenal suami ibu. Umurnya sekitar 50 tahun. Pendek, gempal dan rambutnya kan tidak ada. Ibu itu berkata: ‘memang ia seperti itu, tetapi kenapa saya mau yang seperti itu kembali?’

Kristus memberikan kita dresscode yang baru. Tanggalkanlah pakaian lama. Kenakanlah Kristus, pakaian baru. Jonathan, Jerry, dan Darrell bawalah pesan ini dalam hidup kalian sebagai pengikut Yesus di manapun Tuhan akan memimpin kalian.

Dengan penuh sukacita saya mengingat kelas katekisasi online gabungan remaja-pemuda regio Rijswijk/ Den Haag dan Amstelveen yang kita mulai sejak September tahun lalu. Kalian cepat berteman meskipun ada yang kalian belum pernah jumpai secara fisik.

Sebagai penutup kelas katekisasi, kalian memberikan presentasi akhir sesuai pilihan masing-masing. Apa yang kalian bahas di presentasi akhir memperlihatkan tentang pakaian baru seorang Kristen, dresscode yang baru.

Darrell, kamu memilih tema: ‘Kebahagiaan menurut Alkitab’. Darrell menyebutkan beberapa kunci kebahagiaan: mengucap syukur, tidak membandingkan diri dengan orang lain, suka memberi, mentaati sepuluh Perintah Allah. Betapa kita semua, tua dan muda dapat belajar dari hal ini.   

Jonathan, kamu memilih judul ‘Kain dan Habil’, terinspirasi dari film ‘Starwars’ yang kamu tonton. Jonathan membahas tema ini secara mendetail, juga dari sumber di luar Alkitab. Kamu memperlihatkan bahwa cerita tua Alkitab sangatlah kita kenali dalam hidup sehari-hari dan pesannya masih aktual di tahun 2022, yaitu: ‘Jangan iri hati!’.  

Jerry, kamu memilih judul: ‘Gereja apakah GKIN?’ Dalam presentasi, Jerry membahas tentang ciri khas gereja Roma Katolik, Ortodoks, dan gereja Protestan seperti GKIN. Arti GKIN buat Jerry: gereja bersama (dari berbagai regio) dan gereja sebagai keluarga. Jerry punya saran untuk gereja kita, yaitu agar ibadah kita lebih meriah dan kalau bisa dengan band.

Jonathan, Jerry, dan Darrell. Adalah anugerah kalau kalian akan berkata ‘ya’ kepada Yesus, mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tanggalkanlah pakaian lama yang kotor, manusia lama. Kenakanlah Kristus, pakaian yang baru.

Senang mendengar kalian menceritakan motivasi kalian untuk mengaku percaya (Sidi) waktu percakapan dengan penatua Reynitha Panjaitan dan penatua Ellen Vergeer.

  

Pada percakapan itu, penatua Ellen Vergeer dengan tepat berkata: katekisasi itu barulah ‘pemanasan’. Memang benar, Sidi kalian hari ini bukanlah titik akhir, tetapi titik awal. Pertempuran iman kalian akan dimulai. Karena itu teruslah bertumbuh dalam iman dan bertumbuh menjadi serupa dengan Yesus.

Hal yang ingin saya sebutkan lagi ialah peran istimewa dari ibu. 3 dari 5 katekisan menceritakan tentang peranan ibu mereka dalam hidup beriman mereka sampai mereka sendiri mau mengaku percaya (sidi). Kiranya banyak ibu dan ayah yang terdorong untuk memotivasi anak dan remaja mereka dalam iman. Bersama-sama sebagai keluarga mengenakan dresscode yang baru dari seorang Kristen.

Jemaat terkasih, marilah kita menanggalkan pakaian yang lama, manusia yang lama dan mengikuti dresscode baru dari seorang Kristen. Pakaian yang baru itu menutupi kita dari dosa-dosa, memberi identitas yang baru. Pakaian yang baru itu tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi pada Kristus, dan dari situ kepada sesama kita. Pakaian itu memberikan kehangatan dan sukacita batin yang tidak dapat ditemukan di manapun. Pakaian itu tahan lama sampai selama-lamanya.

Amin.