Pembacaan Alkitab: Joh 14:1-3.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Pernah mendengar kata-kata “Home Sweet Home”, ungkapan ini biasanya diucapkan untuk menunjukkan rasa bahagia saat pulang ke rumah kembali, setelah berpergian jauh atau dalam jangka waktu yang lama. Home Sweet Home mengungkapkan rasa lega dan rindu untuk kembali berada di rumah dan berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita kasihi dan mengasihi kita.

Ungkapan Home Sweet Home, juga mengingatkan kita bahwa rumah itu bukan sekedar bangunan atau tempat tinggal bagi keluarga, tetapi ada suasana yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Home Sweet Home menjadikan rumah kita sebagai tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan.Tempat di mana para anggota keluarga bisa bertumbuh bersama dan saling berbagi di dalam peristiwa suka dan duka. Tempat di mana kasih Allah diberlakukan.Suasana Home Sweet Home inilah yang dirindukan dan didambakan oleh setiap orang.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Masa pandemi yang masih terus berlangsung ini, mengingatkan kita semua bahwa manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk sosial, perlu hidup bersama, perlu saling peduli dan membutuhkan satu dengan yang lain. Saat ini, ada begitu banyak orang yang membutuhkan perhatian dan cinta kasih dari sesama. Kehadiran gereja atau persekutuan orang-orang percaya, dapat menjadi tempat di mana suasana home sweet home dapat dirasakan dan dialami.

Kita bersyukur mempunyai Allah yang sangat mengasihi kita. Ia selalu ingin menjalin hubungan atau relasi penuh kasih dengan umat-Nya. Ia bahkan membawa kita menjadi keluarga-Nya, dan berbagi dengan kita segala yang Dia miliki. Bila kita menempatkan iman kita di dalam Kristus, Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anak-Nya, orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudari kita, dan gereja menjadi keluarga rohani kita.

Gereja seharusnya menjadi tempat di mana kasih Tuhan di berlakukan. Tempat di mana setiap orang, siapa pun dia, merasa diterima, diakui dan dihargai sebagai saudara-saudari rohani di dalam Kristus. Seperti yang dikatakan dalam petunjuk hidup baru tadi, “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman dalam Yesus Kristus.” Gereja menjadi tempat atau rumah di mana, kita sebagai anak-anak Tuhan yang dikasihi, menjalani dan bertumbuh bersama di dalam peristiwa suka dan duka.

Namun kita menyadari juga bahwa hidup dalam kebersamaan sebagai saudara dan saudari dalam keluarga besar Allah, tidak mudah dan penuh tantangan. Ada begitu banyak kepelbagaian di dalam keluarga besar Allah. Kita berasal dari suku, budaya, status sosial, pendidikan, latar-belakang dan kebiasaan yang berbeda. Tidak mudah untuk saling menerima dan bekerja-sama. Hanya kasih Allah yang mampu untuk senantiasa mengikat dan mempersatukan kita sebagai sesama anggota keluarga besar-Nya.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Kita bersyukur, dalam kebaktian ini, boleh menyaksikan baptisan anak atas diri Joy Felicia Atta Paulus, putri dari Paulus dan Elvin. Peristiwa baptisan bagi kita bukan merupakan tradisi, tetapi mempunyai makna teologis, masuknya atau bergabungnya seseorang dalam keluarga besar Allah. Memang Felicia masih kecil dan belum banyak mengerti. Baptisan anak ini dilaksanakan berdasarkan iman dari Paulus dan Elvin, sebagai orangtua Felicia yang dititipkan Tuhan kepada mereka.

Kita menghayati bahwa anak atau anak-anak yang ada pada kita, bukan milik kita, melainkan titipan dari Tuhan, demikian juga orang-orang yang kita kasihi, yang hidup dan tinggal bersama-sama dengan kita adalah titipan Tuhan. Dengan diserahkannya Felicia untuk dibaptis, ini berarti Felicia bergabung bersama kita dalam keluarga besar Allah. Tapi ingat, ini bukan akhir tetapi awal proses untuk kita memperkenalkan Felicia pada Kristus.

Ada tugas dan tanggung-jawab kita bersama, baik bagi Paulus dan Elvin sebagai orang tua biologis, keluarga besar dari Paulus dan Elvin, maupun juga kita sebagai persekutuan atau keluarga “rohani” bagi Felicia. Tugas dan tanggung jawab itu adalah untuk mendidik, mengasuh Felicia sehingga ia merasa diterima sebagaimana adanya dan mengalami kasih Tuhan serta mengenal Kristus dalam kehidupannya. Dan kemudian ketika ia cukup dewasa, Felicia akan menyatakan imannya untuk menerima dan mengikut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya.

Kita menyambut dengan penuh sukacita peristiwa baptisan Felicia dan bergabung menjadi anggota keluarga besar Allah. Kita berdoa agar Felicia boleh bertambah usia dan bertumbuh menjadi anak yang takut akan Tuhan, hormat kepada orang tua dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Dalam kehidupan bersama sebagai keluarga besar Allah, pasti kita juga akan melalui dan mengalami peristiwa suka dan duka. Inilah bagian dari kehidupan kita di dunia ini. Tadi kita bersama bersukacita menyambut baptisan Felicia, maka pada kebaktian ini, kita juga akan mengenang saudara-saudari kita yang telah terlebih dahulu dipanggil pulang ke rumah Bapa di Surga. Dalam masa pandemi ini, kita kehilangan begitu banyak orang-orang yang kita kenal dan kasihi. Bahkan ada di antara kita, yang harus kehilangan sejumlah anggota keluarga dekat dalam waktu yang singkat.

Walaupun kita tahu dan sadar bahwa hidup di dunia ini adalah sementara, namun sejujurnya kita tidak akan pernah siap dengan kepergian dan kehilangan orang-orang yang kita kasihi dan mengasihi kita. Terlebih lagi ketika kita tidak dapat kesempatan untuk mengucapkan perpisahan atau hadir pada waktu pemakaman, sungguh sangat berat.

Inilah kenyataan hidup yang harus kita hadapi dan jalani. Hidup manusia di dunia ini hanya sementara dan kita tidak tahu kapan waktunya, Tuhan akan memanggil kita pulang. Namun sebagai anak-anak Tuhan, kita punya pengharapan akan hidup yang kekal. Kematian bukan akhir dari segalanya, tetapi awal perjumpaan muka dengan muka, dengan Tuhan yang mengasihi dan kita kasihi.

Hal ini juga yang disampaikan Tuhan Yesus, di dalam perikop kita. Saat itu Yesus akan berpisah dengan para murid-Nya, yang selalu bersama-sama dengan Dia. Tentu sangat berat sekali bagi para murid, harus berpisah dengan Yesus yang adalah Guru dan Tuhan mereka. Oleh sebab itu, sebelum berpisah, Yesus berkata, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.”

Yesus menasehatkan para murid, di tengah kegelisahan dan kegalauan hati mereka, untuk percaya kepada Allah dan percaya kepada diri-Nya. Istilah percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu bisa memberi pengertian bahwa ada dua oknum yang patut kita percayai yaitu Allah dan Yesus. Namun arti sebenarnya: Percayalah kepada-Ku sebab Aku dan Bapa itu adalah satu. Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. Akulah penjelmaan dari Allah itu sendiri.

Percaya pada Yesus bukan hanya dalam arti menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat kita, tetapi percaya juga berarti kita berani mempercayakan seluruh hidup kita pada Yesus, susah ataupun senang kita tetap andalkan Yesus. Dengan percaya dan mempercayakan diri mereka kepada Yesus, akan membawa damai bagi hati mereka yang sedang gelisah.

Lalu Yesus menyakinkan para murid dengan menawarkan suatu penguatan, dengan berkata, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal…” istilah rumah Bapa menunjuk kepada sorga, tempat Allah berdiam, di mana suasana home sweet home bisa dirasakan. Suasana yang digambarkan dalam kitab Wahyu, tidak ada lagi air mata, maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis atau dukacita. Itulah rumah kita sesungguhnya.

Dengan perkataan ini, Yesus mau mengingatkan para murid bahwa di rumah Bapa-nya selalu mempunyai tempat. Kita bersyukur, karena kasih Allah, kita sebagai anak-anak-Nya juga selalu mendapat tempat di dalam “Kerajaan Allah” baik di dunia maupun di sorga.

Dalam perikop kita, Yesus juga memberi dua janji kepada para murid-Nya: Ia akan menyediakan tempat (2b) dan Ia akan datang kembali dan membawa mereka ke tempat-Nya (3b).

Dengan jaminan janji ini para murid akan selalu ada dan tinggal bersama-sama dengan-Nya. Jaminan untuk “selamanya berada bersama Tuhan” berlaku juga bagi kita, seperti yang diungkapkan oleh penulis Mazmur 23, “…aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.” Inilah pengharapan bagi kita, orang-orang percaya dari apa yang terbatas dan fana di dalam dunia ini, masih ada sesuatu hal yang mulia dan kekal, yaitu Kristus yang berkuasa. Kita semua tentu rindu untuk kembali ke rumah Bapa di sorga – Home Sweet Home.

Sdr-sdr, bagi kita masih diberi kesempatan hidup, mari kita lanjutkan perjalanan hidup kita di dunia ini, dengan menghayati apa yang dikatakan pdt Andar Ismail, dalam bukunya “Selamat Ulang Tahun” halaman 127. “Hidup memang tidak mudah. Namun, kalau kita menengok ke belakang, menatap ke depan, dan menengadah ke atas dengan beriman, maka hidup ini terasa indah. Kita jadi merasa bahwa hidup ini sungguh berharga. Buktinya Allah sendiri menghargai hidup kita. Ia menolong kita menapaki perjalanan hidup ini. Kita pun jadi merasa bahwa hidup ini patut dihidupi. ”Carpe Diem” (bahasa Latin, artinya “Petiklah Hari!”, maksudnya manfaatkanlah hari, jangan sampai ada hari yang terlewat tanpa arti…” Tuhan memberkati kita semua.

AMIN.