II Raja-raja 18:1-8 & Yohanes 15:9-14

Jemaat terkasih.

Tiga tahun lalu ada berita besar dari Thailand. Dua belas remaja dan seorang pelatih dari klub sepakbola lokal pergi ke gua Tham Luang. Mereka ingin satu jam melihat gua itu, namun mereka dikejutkan oleh naiknya permukaan air akibat hujan. Karena itu mereka lebih jauh lagi masuk ke dalam gua sampai terjebak satu kilometer dari pintu masuk goa. Butuh sembilan hari bagi penjelajah gua dan pasukan komando untuk menemukan mereka. Mereka kemudian satu per satu diselamatkan, didampingi dua penyelam profesional. Butuh tiga hari penuh mengeluarkan para remaja itu. Orang dari seluruh dunia senang dan lega ketika operasi penyelamatan itu berhasil. Namun dalam operasi penyelamatan itu ada seorang tentara Angkatan Laut Thailand meninggal.

Tersesat bisa bahaya. Demikian juga dalam hidup ini. Kalau kita tidak mempunyai tujuan, kalau kita tidak membuat pilihan ke mana kita melangkah, maka kita akan tersesat. Hizkia adalah seseorang yang sangat jelas mempunyai tujuan dalam hidupnya: ‘Pandanganku harus terarah pada Tuhan. Aku tidak boleh menyimpang. Hanya satu yang kuingini: memegang teguh Tuhan, dekat denganNya dan mengikutiNya.’ Hizkia membuat pilihan yang baik! ‘Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan’.          

Dari pilihan Hizkia yang baik ini, ada hal yang dapat kita pelajari: (1) Hizkia membuat pilihan sejak masih muda, (2) Ia membuat pilihan secara radikal/ total, (3) Ia membuat pilihan itu karena kasihnya kepada Tuhan, dan (4) atas pilihan itu ada berkat dari Tuhan.

1. Hizkia membuat pilihan sejak masih muda

Hizkia masih muda. Umurnya 25 tahun waktu menjadi raja. (Masih muda kan? Siapa di sini umur 25 tahun?). Dari awal pemerintahannya, Hizkia sudah melayani Allah. Jadi pilihannya kepada Tuhan sudah ia buat jauh sebelumnya. Mungkin sejak ia masih kecil atau waktu remaja. Yang pasti sebelum ia berumur 25 tahun.

Mengapa? Mengapa Hizkia begitu yakin mau melayani Tuhan? Tentu ini tidak terjadi begitu saja. Ayahnya, Ahas, adalah salah satu raja Yehuda yang paling jahat di mata Tuhan. Yehuda adalah kerajaan bagian Selatan (setelah kerajaan Israel pecah menjadi dua) yang didukung oleh dua suku dan ibukotanya Yerusalem. Apa yang dilakukan oleh Ahas, ayah Hizkia? Ahas melakukan segala sesuatu yang dilarang Tuhan. Ia mempersembahkan korban kepada berhala di sudut-sudut jalan. Bait Allah ia jarah. Segala sesuatu yang berharga di sana dirampasnya. Rumah Tuhan dinajiskan dengan ditaruh mezbah berhala dan akhirnya bait Allah ditutup. Jadi Hizkia mendapatkan teladan buruk dari Ahas, ayahnya.

Secara politik Ahas menghadapi masalah. Yehuda diserang oleh kerajaan Utara Israel dan Siria. Apa yang Ahas lakukan? Apakah ia berseru minta pertolongan Tuhan? Tidak. Yang ia lakukan ialah mengirim utusan ke Asyur, kerajaan adidaya waktu itu. Asyur mau menolong. Asyur mengalahkan Siria dan Israel. Namun Yehuda harus membayar mahal. Begitu banyak emas dan perak yang harus dibayar kepada Asyur. Kerajaan Yehuda menjadi miskin. Penduduknya kurus kering. Di mana-mana ada penindasan dan ketidakadilan. Sementara itu dari arah barat daya Filistin mulai merangsek dan menguasai satu kota demi satu kota. Yehuda semakin melemah dan tidak berdaya. Itulah situasi waktu Hizkia bertumbuh sebagai seorang anak. Negeri ada dalam bahaya. Dalam ambang kejatuhan. Tahukah anda yang paling parah? Di II Tawarikh 28:3 kita baca: ‘Ia (Ahas) membakar juga korban di Lebak Ben-Hinom dan membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalaukan TUHAN dari depan orang Israel.

Jika Hizkia kecil mengetahui bahwa adiknya dipersembahkan kepada dewa Molokh, apa yang terjadi dalam dirinya? Sejak muda tumbuh kerinduan dalam diri Hizkia: ‘Aku tidak mau ini! Aku ingin melayani TUHAN, YAHWEH, Allah Israel, Allah sejati! Hizkia membuat pilihan yang baik sejak ia masih muda. Hari ini Tuhan berkata kepadamu, jika engkau masih muda: ‘Pilihlah sekarang! Jangan tunda-tunda. Mungkin engkau duduk di sekolah menengah atau Universitas/ Sekolah Tinggi. Tuhan berkata: ‘Aku ingin menjadi Tuhanmu! Pilihlah Aku dengan segenap hatimu!’

Banyak keputusan penting dalam hidup yang ditentukan sejak dini. Apa yang engkau anggap penting dan yang engkau cari dalam hidup. Teman yang dipilih. Lingkungan pergaulanmu akan sangat mempengaruhimu. Apakah engkau berdiri teguh di atas keyakinan dan keputusanmu? Ataukah engkau diombang-ambing ikut-ikutan orang lain? Hizkia memilih Allah sejak muda dan Allah mencari anak-anak muda yang memberikan hatinya sepenuhnya kepada Allah. Anak-anak, remaja, dan pemuda penting di mata Tuhan. Di dalam Alkitab dan juga di sejarah kita melihat bagaimana Tuhan bekerja melalui anak muda. Dengan melibatkan anak muda, Allah membuat permulaan yang baru. Juga di sini: melalui Hizkia dimulailah kebangunan rohani atas seluruh bangsa.

Sebagai GKIN, kita bersyukur karena ada beberapa pemuda dari regio Den Haag dan Amstelveen yang sedang mengikuti katekisasi online sebagai persiapan untuk sidi (mengaku percaya).

2. Hizkia membuat pilihan yang radikal/ total

Hizkia membuat pilihan yang baik. Ia lakukan itu dengan radikal/ total. II Raja-raja 18:4: ‘Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala …’ Hizkia dapat saja berpikir: ‘Bukankah pendahuluku, raja-raja sebelum aku juga membiarkan semua itu? Nanti aku tidak populer. Nanti rakyat demonstrasi atau mogok massal.’ Namun tidak. Buat Hizkia yang penting bukan apa yang orang katakan tentang dia, tetapi ia ingin mengikuti jalan Tuhan. Dengan pilihan Hizkia yang radikal/ total, maka fokus rakyat dikembalikan kepada Allah.

Selanjutnya kita membaca: ‘… Hizkia menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa..’. Ular tembaga itu harus lenyap! Masih ingatkah anda ceritanya? Orang-orang Israel digigit ular beracun di padang gurun karena pemberontakan mereka kepada Allah. Kemudian Allah berkata kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (Bilangan 21:8)

Namun dengan berjalannya waktu, ular tembaga itu menjadi berhala. Orang-orang berdoa untuk ular itu. Hizkia tahu itu semua. Walaupun ular tembaga itu sudah 7 abad usianya dan patut dihormati karena dibuat oleh Musa atas perintah Allah sendiri, namun Hizkia menghancurkannya total! Kalau sekarang ini pasti ular itu akan disimpan baik-baik di museum sebagai cagar budaya. ‘Hancurkan total!’, kata Hizkia. Apakah benar atau tidak yang ia lakukan? Buat apa kita mempunyai barang antik kalau jiwa kita jadi terhilang? Apa artinya misalnya mendapatkan warisan lukisan antik dari opa, tetapi hubungan keluarga jadi putus dan jiwamu dikuasai kepahitan terhadap keluarga.

Hizkia mengerti dengan sangat jelas: ‘Ular tembaga itu adalah alat, diberikan Tuhan pada situasi tertentu. Namun kalau alat berubah menjadi tujuan, maka itu salah besar!’ Kalau alat tidak lagi menunjuk kepada Allah tetapi menggantikan tempat Allah, maka itu adalah berhala yang harus dibuang jauh-jauh!

Orang Israel pada waktu itu memegang teguh ular tembaga. Hizkia memegang teguh TUHAN. Pertanyaan untuk kita adalah: apa yang anda pegang teguh? Apa yang saya pegang erat-erat?

3. Hizkia membuat pilihan karena kasihnya kepada Tuhan

Pilihan baik yang dibuat Hizkia tidak datang dari pikiran atau emosinya. Tidak. Pilihan baik itu datang dari relasinya yang dalam, kasihnya kepada Tuhan. Hizkia penuh dengan kasih Tuhan dalam hatinya.

Di pembacaan Alkitab kedua, kita membaca bahwa Tuhan Yesus mengasihi kita. Ia adalah Sahabat terbaik yang bisa kita harapkan. Saya teringat akan kartu pos yang menyentuh saya sejak masih remaja. Di kartu itu tertulis: “Aku bertanya kepada Yesus, ‘Seberapa besar Engkau mengasihiku? Yesus menjawab, ‘sedemikian....’ Dan Ia membentangkan tanganNya dan mati”

‘Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.’ Anda ingin tahu apa itu kasih? Pandanglah Yesus! Anda ingin mendapat kasih? Datanglah kepada Yesus.

Kasih Yesus kita jawab dengan kasih kita. Seperti lagu Kidung Jemaat 382 ‘Ya Yesus terkasih’ yang nanti kita nyanyikan. Lagu ini ditulis oleh William Ralph Featherston dari Kanada di abad ke 19. Di umur enam belas, William menjadi percaya kepada Yesus dan ada kemungkinan di usia itu ia menulis lagu ini (walaupun ada juga yang mengatakan ia menulis lagu ini di usia dua belas- ini menunjukkan bahwa sejak masih muda ia serius dengan iman). Lagu ini mengungkapkan sukacita besar yang ia alami dengan menyadari bahwa ia ditebus oleh darah Yesus. Yesus adalah Juruselamat yang sangat ia kasihi. Kasih William kepada Yesus, yang ia pupuk sejak muda, menolong kita mengungkapkan kasih kita kepada Yesus.

Ya Yesus terkasih,

Engkau Tuhanku,

kubuang dosaku

demi namaMu.

Kau Jurus’lamatku,

Pengasih benar.

Kasihku padaMu

semakin besar.

Jemaat terkasih. Dalam hidup ini kita membuat pilihan. Tiap hari! Kita juga membuat pilihan dalam interaksi dengan orang lain. Apakah kasih Yesus menjadi pedoman tindakan kita? Apakah kita memilih untuk mengasihi seperti Yesus? Ataukah kita memilih untuk memfokuskan pada perasaan dan kepentingan sendiri? Apakah kita memilih untuk mengampuni? Ataukah kita memilih untuk menyimpan kesalahan orang? Tetaplah hidup dalam kasih Yesus! Hiduplah menurut kasih Yesus itu!

4. Atas pilihan Hizkia, ada berkat dari Tuhan!

Hizkia memilih: sejak muda, radikal/ total,  karena kasihnya kepada Tuhan. Dan di balik pilihan itu ada berkat dari Tuhan! Hizkia ingin tetap dekat dengan Tuhan, dan Tuhan juga ingin tetap dekat dengannya. Ayat 7: ‘Itu sebabnya TUHAN tetap menolongnya sehingga ia berhasil dalam segala usahanya.’ (BIS). Hizkia menjadi raja yang besar. Raja yang punya visi. Raja yang menunjukkan kepemimpinan. Raja yang punya keberanian. Janji berkat itu juga ingin Tuhan berikan kepada kita. Hari ini kita semua ditantang, remaja, pemuda, dewasa, jemaat lanjut usia: pilihan apa yang anda/engkau buat dalam hidup ini? Pilihlah Yesus hari ini!

Amin.