Pembacaan Alkitab: I Samuel 9:3-6; 15-21

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Saya akan menyebutkan beberapa nama atau judul. Silahkan sdr-sdr tebak atau menerkanya, judul apakah nama-nama tersebut: 1. Winter Sonata, 2. Jewel in the Palace, 3. The Penthouse, dan 4. Move to Heaven. Ada yang dapat menebak ke -empat judul tersebut dengan benar? Wah yang bisa menebaknya, itu pasti penggemar atau fans berat DraKor (Drama Korea).

Berapa dekade terakhir ini, drama Korea menjadi sangat popular hampir di seluruh dunia, terutama di kalangan para ibu dan pemudi. Mereka bisa begitu hanyut terbawa dengan alur ceritanya. Saking serunya mereka menonton dan tidak mau ketinggalan ceritanya, sampai ada cerita ibu-ibu yang lupa masak atau tidur sampai larut malam demi menyelesaikan tonton drama Korea tersebut. Bahkan ada juga gara-gara sang istri keseringan nonton drama Korea, suami dan anak menjadi terlantar. Para pengemar DraKor ini, saking terhanyutnya mereka dengan peran para tokoh dalam drama tersebut, terkadang perasaan mereka pun terbawa. Mereka bisa ikut menangis dan kadang ada adegan lucu, juga bisa membuat tertawa sendiri. Luar biasa pengaruhnya!

Saudara-saudara, mengapa drama Korea bisa menjadi begitu menarik perhatian banyak penonton dan membuat kecanduan? Faktor pertama, karena scenario atau alur cerita yang diangkat sangat menarik untuk ditonton atau diikuti. Temanya diambil dari kisah atau kehidupan sehari-hari namun dibuat menjadi suatu cerita drama yang menarik untuk ditonton. Mulai cerita tentang direktur, guru, tukang jahit, tukang ikan, pemilik restoran, dan seterusnya.

Faktor kedua, selain alur cerita yang menarik dan sulit diterka, keberhasilan peran yang dimainkan oleh para aktor dan aktris dalam drama Korea tersebut. Para aktor dan aktris bisa memainkan peran mereka masing-masing dengan begitu baik dan mempersona sehingga para penonton bisa terbawa dengan alur ceritanya. Namun sdr-sdr, faktor yang paling menentukan dari keberhasilan sebuah drama atau film adalah peran dari sang sutradara.

Memang sang sutradara itu tidak ikut bermain dalam drama tersebut. Wajahnya pun tidak kelihatan karena perannya di belakang layar. Namun sang sutradara inilah yang bertanggung-jawab penuh atas pembuatan dan keberhasilan dari sebuah drama atau film. Ia yang menyusun alur ceritanya sedemikian rupa sehingga membuat tegang dan sulit diterka oleh para penonton. Drama atau film yang bagus, itu bisa membuat penasaran dan rasa keinginan tahu yang menontonnya. Para penonton sangat menantikan adegan apa yang akan terjadi berikutnya, What next? 

Sang sutradara juga harus menyeleksi dan memilih para pemain peran, aktor atau aktris yang cocok atau pas untuk drama atau film tersebut. Tidak saja memilih, tetapi sang sutradara juga mengatur dan mengarahkan permainan atau akting mereka agar sesuai dengan peran yang harus dimainkan. Menurut para penggemar drama Korea, para sutradara DraKor itu memang hebat dalam membuat drama sehingga benar-benar terasa hidup dan nyata bagi para penontonnya.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,

Bukankah demikian juga dengan kehidupan kita di dunia ini. Sebagai orang-orang percaya, kita juga menyakini apa yang terjadi dan kita alami dalam kehidupan ini, bukan kebetulan atau terjadi begitu saja tetapi ada sutradaranya. Bagi kita, Tuhan Allah lah yang menjadi Sang Sutradara dalam kehidupan manusia di dunia ini. Sedangkan kita semua hanyalah para aktor dan aktris dalam drama kehidupan di dunia ini.

Perikop kita dari I Samuel 9, adalah satu contoh cerita dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan Allah lah yang menjadi sutradara kisah tersebut. Konteks dari perikop ini adalah ketika bangsa Israel menyatakan keinginan mereka kepada Samuel, untuk memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain yang ada di sekitar mereka. Bangsa Israel sangat membutuhkan seorang raja yang dapat memimpin mereka karena merasa terancam, tertekan dan takut menghadapi musuh atau lawan mereka, yakni bangsa Filistin.

Sebenarnya, bangsa Israel tidak membutuhkan seorang raja karena mereka menganut sistem pemerintahan Theokrasi, yang mana Tuhan Allah lah yang menjadi Pemimpin dan Raja mereka. Namun mereka lebih menginginkan seorang raja seperti bangsa lain. Sdr-sdr, kita bisa bayangkan bagaimana perasaan Tuhan Allah, ketika bangsa Israel, umat pilihan-Nya justru menginginkan seorang raja lain. Padahal, selama itu Tuhan Allah telah menunjukkan kasih dan kuasa-Nya dalam memimpin bangsa Israel.

Tuhan sudah menolong mereka untuk bebas dan keluar dari penjajahan lebih dari 400 tahun di Mesir. Tuhan juga memimpin mereka ketika harus menyeberangi laut Teberau. Namun mereka lupa akan semua kebaikan dan pertolongan Tuhan. Sekarang mereka berani untuk menolak kepemimpinan Tuhan mereka dan ingin menggantikan-Nya dengan seorang raja lain.

Bagaimana sikap Tuhan Allah terhadap penolakan diri-Nya? Ternyata Tuhan Allah tetap sabar. Ia tidak tersinggung dan marah. Kebesaran hati Allah terlihat dalam I Samuel 8:7, ketika dikatakan, “Tuhan berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.” Waw luar biasa bukan! Itulah kemurahan dan kasih Tuhan Allah tidak pernah berubah kepada umat-Nya, sekali pun Ia sudah ditolak.

Tetapi sdr-sdr, yang menarik dari perikop kita adalah kisah atau cerita yang Tuhan Allah ciptakan untuk mempersiapkan dan memilih Saul agar ia bisa diangkat menjadi raja Israel yang pertama. Kalau kita perhatikan bagian pertama dari pembacaan Alkitab kita, yakni ayat 3-6, tema yang diangkat adalah dari kenyataan hidup sehari-hari yakni tentang seseorang yang kehilangan keledai.

Dalam ayat 3 dikatakan bahwa Kish, ayah Saul kehilangan keledai-keledai betinanya. Pada waktu itu, keledai termasuk binatang yang berharga sehingga Kish meminta Saul anaknya, bersama dengan seorang bujang atau pembantu, diminta untuk mencari keledai-keledai itu. Saul dan bujangnya berusaha keras untuk menemukan keledai-keledai yang hilang itu. Namun setelah 3 hari mencarinya namun mereka belum berhasil menemukannya. Hal ini ditekankan sampai 3 kali dalam ayat yang ke 4, “…tidak menemuinya…tidak ada … tidak menemuinya” Artinya memang keledai-keledai ayahnya itu tidak berhasil diketemukan dan benar-benar hilang.

Pada waktu itu, walaupun Saul belum berhasil menjalankan tugas ayahnya tetapi ia memutuskan untuk kembali atau pulang saja ke rumah karena kuatir, mereka dicari oleh ayahnya. Selanjutnya ada hal yang menarik dari kisah ini, ternyata sang bujang, tidak begitu saja menurut ajakan Saul tuannya untuk pulang, tetapi ia mengusulkan hal yang lain. Ia punya informasi tentang seorang abdi Allah yang dapat menolong mereka karena segala yang dikatakannya pasti terjadi. Sang bujang ini, lalu mengajak Saul untuk pergi menemukan abdi Allah itu. Dengan harapan, mereka dapat ditolong oleh abdi Allah itu.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Kalau kita mengikuti cerita sampai di sini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tema dari perikop ini tentang kehilangan keledai. Namun sebenarnya bukan itu, bukan tema tentang keledai-keledai yang hilang, melainkan ada rencana Tuhan – Sang Sutradara, yang jauh lebih besar yakni mempertemukan Saul dengan abdi Allah yakni Samuel. Tuhan punya rencana atas pertemuan ini.

Darimana kita tahu, bahwa Tuhan Allah yang berperan sebagai Sang Sutradara dari kisah ini? Kita ketahui dari pembacaan yang kedua yang dimulai dari ayat 15. Dikatakan, “Tetapi Tuhan telah menyatakan kepada Samuel, sehari sebelum kedatangan Saul.” Artinya satu hari sebelum pertemuan itu, Tuhan sudah memberitahukan Samuel bahwa ia akan bertemu dengan seorang laki-laki dari tanah Benyamin, yang akan dijadikan raja bagi bangsa Israel. Jadi jelas bahwa Tuhan telah bertindak di belakang layar.

Dalam ayat 16 juga dikatakan bahwa Tuhan sendiri yang menyuruh Saul datang kepada Samuel. Tuhanlah yang telah mengatur pertemuan ini walaupun mereka belum pernah saling bertemu sebelumnya. Oleh karena itu, ketika Samuel bertemu dengan Saul (ayat 17) Tuhan berfirman kepadanya, “Inilah orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Ku”

Perjumpaan antara Saul dan Samuel dalam kisah ini sangat menarik, karena sebenarnya dua orang ini mempunyai agenda yang berbeda. Saul berusaha mencari dan menemukan Samuel dalam rangka untuk menemukan keledai-keledai ayahnya yang hilang. Sedangkan Samuel menemui Saul karena mendapat perintah dari Allah untuk menyampaikan pesan bahwa ia akan diurapi menjadi seorang raja. Jadi sdr-sdr, Saul dan Samuel dalam hal ini, hanyalah aktor-aktor yang melaksanakan apa yang sudah dipersiapkan atau ditentukan oleh Allah – Sang Sutradara.

Sdr-sdr yang Tuhan Yesus kasihi, jelas bagi kita bahwa bukanlah urusan keledai yang hilang yang menjadi tema utama dalam perikop ini, tetapi mengenai rencana Allah untuk mengurapi Saul sebagai raja bangsa Israel yang pertama. Tuhan – Sang Sutradara memakai peristiwa hilangnya keledai-keledai ayah Saul, agar supaya Saul bisa dipertemukan dengan Samuel, nabi Allah.

Jadi bukan suatu kebetulan, kalau ayah Saul diceritakan kehilangan keledai-keledainya. Bukan pula kebetulan kalau Saul bisa pergi dengan salah satu bujang yang dipilihnya. Bukan kebetulan pula, kalau si bujang itu punya informasi tentang Samuel, abdi Allah. Semua kejadian itu sudah diatur oleh Tuhan Allah, Sang Sutradara.

Oleh karena itu, kita tidak perlu terkejut ketika dalam ayat 20, Samuel mengatakan kepada Saul bahwa keledai-keledai ayahnya yang telah hilang tiga hari itu, telah diketemukan. Koq bisa begitu? Hal ini mau menunjukkan bahwa memang bukan soal urusan keledai yang hilang tetapi mengenai rencana Tuhan mau memilih Saul untuk menjadi raja pertama umat Israel. 

Hal lain yang juga menarik dari perikop ini. Tuhan memilih seorang raja Israel yang pertama, bukan dari suku yang terbesar melainkan dari suku yang paling kecil, yakni suku Benyamin. Bahkan ia berasal dari kaum terhina dari suku Benyamin. (ayat 21). Hal inilah yang tidak terduga oleh kita semua bahwa ternyata Tuhan memilih seseorang untuk menjadi raja, suatu posisi yang sangat tinggi dan penting bagi umat pilihan-Nya, bukan dari suku yang terbesar, bukan pula dari kaum yang terhormat tetapi dari suku yang terkecil dan kaum yang terhina. Tuhan memilih dan dapat memakai orang-orang yang dianggap lemah dan hina oleh dunia, untuk melaksanakan rencana-Nya.  

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus, kita harus mengakui ada banyak hal atau peristiwa yang tidak terduga, terjadi dan kita alami di dalam kehidupan kita. Peristiwa suka dan duka, keberhasilan atau kegagalan. Namun semua kejadian yang kita alami itu bukan kebetulan.  Seperti yang pernah dikatakan oleh Voltaire, seorang penulis dan filsuf Perancis, “Tidak ada kebetulan” (Toeval bestaat niet). Sebagai orang-orang percaya, kita juga menyakini bahwa semua peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi, walaupun kita tidak atau belum mengerti, begitu juga dengan peran yang harus kita mainkan atau jalankan, tetapi pasti ada dalam rencana indah dari Tuhan Allah – Sang Sutradara Kehidupan ini.

Ia yang sudah mempersiapkan dan mengatur segala sesuatu untuk mengenapi rencana-Nya. Kita semua adalah hanya aktor dan aktris yang dipakai dan dipercaya oleh Sang Sutradara Agung untuk memainkan peran kita masing-masing dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati agar drama kehidupan ini boleh berjalan sesuai dengan scenario yang telah direncanakan oleh Tuhan Allah.

Namun sayang dalam kenyataannya, tidak sedikit para aktor dan aktris dalam drama kehidupan ini, yang telah dipercayakan Sang Sutradara Agung, justru memainkan peran yang tidak sesuai atau melenceng dari scenario yang diberikan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, kalau ada aktor atau aktris yang bukan memainkan peran yang diberikan tetapi justru mau berperan sebagai sutradara dari kehidupan ini. Kita, manusia mau selalu berusaha untuk pegang kendali atau mengontrol kehidupan ini. Tetapi ingat kita ini hanya aktor atau aktris bukan Sang Sutradara kehidupan ini.

Sdr-sdr, melalui perikop kita hari ini, kita dapat belajar:

1. Bahwa rencana Allah – Sang Sutradara Kehidupan, jauh lebih besar dan lebih baik dari rencana manusia. Seperti sedang menonton sebuah drama atau film, ada adegan atau episode yang kita tidak atau belum mengerti mengapa alur ceritanya harus seperti itu. Tetapi akhirnya kita bisa atau baru mengerti, bahwa semuanya itu adalah bagian dari sebuah cerita yang indah. Dalam hidup ini, juga ada banyak hal yang tidak atau belum kita mengerti mengenai rencana Allah. Tetapi kita menyakini bahwa Allah selalu mempunyai rencana yang indah untuk kita manusia.

Demikian pula dengan masa pandemi saat ini? Yang masih terus berlangsung dan telah menimbulkan banyak korban. Masih banyak orang yang bertanya-tanya, apa maksud atau rencana Tuhan dengan pandemie ini? Melalui perikop kita, kita belajar bahwa di balik hal hilangnya keledai ternyata rencana Tuhan yang jauh lebih besar dan lebih baik. Dapat saja pandemi yang terjadi saat ini, dipakai untuk rencana Tuhan yang lebih besar dan lebih baik untuk umat manusia. Setidaknya melalui masa pandemi ini, kita manusia diingatkan untuk memperhatikan dan mendapatkan hal yang jauh lebih penting dan utama dalam hidup ini - yang bersifat kekal, yakni relasi atau hubungan pribadi kita dengan Tuhan – Sang Pencipta   

2. Bahwa Tuhan punya rencana indah untuk hidup kita masing-masing. Mungkin saat ini, kita banyak mengalami kegagalan dalam hidup kita. Tetapi yang terpenting bukan rencana kita melainkan rencana Allah. Seperti tokoh Saul dalam perikop kita, kelihatannya ia mengalami kegagalan dalam hidupnya karena tidak berhasil menemukan keledai-keledai ayahnya yang hilang, tetapi sebenarnya Allah mempunyai rencana lain bagi Saul. Ia dipersiapkan Allah untuk melaksanakan misi khusus yakni menyelamatkan bangsa Israel dari bangsa Filistin.

Demikian pula dengan kita, jikalau Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk hidup di dunia ini artinya masih ada tugas kita yang belum selesai. Allah masih punya rencana di dalam hidup kita. Tuhan mau memakai hidup kita menjadi bagian dari rencana-Nya, melalui peristiwa sehari-hari yang kita alami baik suka maupun duka, ringan atau berat peran yang harus kita jalankan. Percayalah semua itu ada dalam rencana indah Tuhan.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus, oleh sebab itu, marilah kita, baik secara pribadi atau sebagai gereja-Nya memainkan peran kita masing-masing dengan sungguh dan sepenuh hati sesuai dengan rencana Allah untuk menyelamatkan dan memulihkan dunia ini. Sehingga drama kehidupan di dunia ini dapat berakhir dengan happy ending sesuai dengan scenario Tuhan – Sang Sutradara Kehidupan. Tuhan memberkati kita semua.

AMIN.