Pembacaan Alkitab: Yohanes 14:15-26, 2 Korintus 13:5-6

Saudara-saudari jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Bagaimana saudara  mengubah laju perahu motor ke arah barat jika dalam perahu ini dipasang kemudi otomatis ke arah timur?

Jika saudara membelokkan roda kemudi secara paksa, maka saudara akan menguras banyak tenaga dengan sia-sia. Begitu pegangan saudara mengendur akibat kelelahan, roda kemudi pun akan kembali menuju arah semula. Atau bisa jadi kemudi itu akan  patah/rusak karena tekanan yang kuat. Cara paling tepat adalah dengan melakukan program ulang, dengan menyetel kembali arah baru yang dikehendaki, dan mengubah program yang lama.

Sebagai manusia kita sudah terbiasa  berpusat pada ego kita dan sekarang kita harus berusaha mengubah kemudi otomatis yang mengarah kepada Kristus. Perubahan tidak dapat terjadi secara paksa atau terpaksa tetapi harus keluar dari dalam hati.

Saudara-saudari,

Tema GKIN tahun 2021  di jabarkan dalam khotbah berseri yang saudara ikuti selama tiga minggu berturut-turut dalam ibadah online.

Dua minggu yang lalu Pdt. Stanley Tjahjadi memberitakan firman Tuhan tentang Kristus sebagai pusat kehidupan orang percaya, apa artinya?. Kita telah belajar menempatkan Kristus sebagai Tuhan, sebagai teladan, dan sebagai tujuan hidup kita.

Minggu lalu Pdt. Johannes Linandi telah membahas Firman Tuhan tentang mengapa Kristus harus menjadi pusat kehidupan orang percaya? Kita belajar bahwa semua ini karena kedudukan-Nya, karya penebusan-Nya, dan kedaulatan-Nya.

Kita telah diajak membuat keputusan untuk mengakui Kristus sebagai Tuhan dan menempatkanNya sebagai pusat dalam seluruh hidup kita! Kita belajar untuk tetap tinggal di dalam Kristus dan Ia di dalam kita. 

Pada saat persiapan khotbah ini saya jadi teringat satu lagu rohani yang terkenal sekitar tahun 80-an,  ‘Adapun hidupku ini bukannya aku lagi’.

Adapun hidupku ini bukannya aku lagi,

melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Adapun hidupku ini bukannya aku lagi,

melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Tetapi hidup yang s’karang, aku hidup di dalam tubuh ini,

aku hidup di dalam iman kepada Anak Allah

yang mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya karena aku.

 

Pada hari ini kita mulai berbicara tentang bagaimana kita menerapkan Kristus sebagai pusat dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Bagaimana kita mempraktekkannya dalam hidup kita setiap hari, apa dan siapa yang kita butuhkan? Kristus sebagai pusat berarti focus, arah pandang pikiran dan hati kita ada pada kristus, IA menjadi tujuan kita. Ini berarti, kita hidup karena Kristus hidup di dalam kita.

Pertanyaannya bagaimana dan dari mana kita memulainya? Mari kita lihat gambar di bawah ini.

 

Saudara-saudari kekasih Tuhan,

1. Memeriksa diri

Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus dan kepada kita sekalian: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu”! Bukankah kamu yakin bahwa Yesus Kristus ada di dalam diri kamu? Kata-kata yang sama kita temukan juga dalam Mazmur 139:23-24 “Selidikilah aku, ya Allah , dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” 

Rasul Paulus mengingatkan kita tentang pentingnya memeriksa dan menguji diri sendiri apakah kita masih berjalan sesuai dengan Firman Tuhan dalam kebenaran dan apakah Yesus Krsitus masih tinggal dalam diri kita atau tidak? Hal ini penting  karena jikalau tidak, maka kita akan rapuh  dan mudah terganggu oleh permasalahan hidup dan mudah pula tercemar  oleh dosa.

Daya tahan kita lemah dan rentan terhadap berbagai macam godaan.  Intinya kita tidak akan tahan uji atas berbagai serangan dan godaan apabila kita tidak rajin memeriksa atau menguji diri akan kondisi keimanan kita secara teratur.  

Karena itu Rasul Paulus  berkata kepada jemaat di Korintus untuk tidak berfokus pada orang lain tetapi melihat diri dan menguji diri sendiri, apakah Kristus ada di dalam mereka. Hal itu berlaku juga bagi kita karena jika kita jujur, kita sering fokus pada orang lain daripada diri kita sendiri. Mulai hari ini kita belajar untuk tidak melakukannya lagi.

Saudara-saudari,

Jika kita memeriksa atau menguji diri sendiri, bukan berarti kita yang menjadi pusat. Justru dengan memeriksa atau menguji diri sendiri kita akan semakin sadar apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak Kristus? Apakah hidup kita sudah semakin serupa Kristus, apakah kita sudah mengasihi dan memuliakan Kristus?

Dengan menguji diri, kita akan menyesali dosa-dosa kita dan semakin membenci dan menjauh dari dosa-dosa yang membelenggu kita. Kita juga tidak melarikan diri dari salib yang ada dalam hidup kita. Kita berani untuk menjadi lemah karena kekuatan Kristus justru dinyatakan saat kita lemah, agar ada pembaharuan dimana kita semakin serupa dengan Kristus.

2. Menetapkan hati saudara

Mungkin kita tahu, apa yang akan kita capai, mungkinkita tahu apa yang seharusnya kita lakukan, tetapi bagaimana kita memotivasi diri sendiri dan bertahan untuk tetap melakukannya, itu satu pertanyaan besar bagi banyak orang, juga untuk saya. Ini adalah satu kutipan dari buku: Mimpi, berani dan lakukan, ditulis oleh Ben Tigelaar.Karena itu kita harus menetapkan hati dan berdoa minta kekuatan dari Tuhan.

3. Bergantung dari Roh Kudus

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan Yesus Kristus,

Kerinduan untuk memeriksa, menguji dan mengintrospeksi diri sebenarnya bukan keinginan kita sendiri. Ini adalah karya Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri yang tinggal di dalam diri saudara dan saya, seperti yang Tuhan Yesus janjikan kepada murid-murid-Nya dan kepada kita sekalian yang percaya kepada-Nya sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 14:16-18

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong, Penghibur yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu”.

Kata "seorang Penolong" menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah "Pribadi" yang nyata, dan bukan hanya materi, objek, kuasa, atau kekuatan. Seperti manusia, Alkitab menyebutkan bahwa Roh Kudus dapat mendukakan (Efesus 4:30), memiliki kehendak (1 Korintus 12:11), berbicara, membimbing (Kisah Para Rasul 8:29, 13:2), berpikir (1 Korintus 12 :11), Korintus 2:10), berdoa (Roma 8:26), dan bersaksi (Yohanes 15:26).

Dr. Tony Evans berkata, “Kesalahan besar kita dalam memahami Roh Kudus adalah bahwa kita tidak melihat Dia sebagai Pribadi yang nyata. Kita hanya melihat Dia sebagai sumber kekuatan atau sumber kekuatan yang agung, dan kita tidak melihat Dia sebagai seseorang untuk hidup bersama secara pribadi untuk bertumbuh dalam relasi yang lebih intim. Karena itu Dia adalah Pribadi yang harus kita kenal”.

Bagaimana kita mengenal Roh Kudus sebagai pribadi? Prinsipnya sama dengan keinginan kita untuk mengenal Allah Bapa dan Yesus Kristus, karena Roh Kudus juga adalah Allah sendiri.

Saudara-saudari,

Mungkin ada yang bertanya dalam hati, bagaimana saya tahu bahwa Roh Allah berdiam di dalam hidup saya? Jika saya tidak merasakannya, apakah berarti Roh Allah itu tidak tinggal/diam di dalam diri saya? Ada dua hal yang dapat kita lihat tentang hal ini:

1. Roh Kudus berdiam/tinggal di dalam diri saudara mendahului apa yang saudara rasakan tentang Roh itu.

2. Karena Roh Kudus  bekerja pada diri saudara, maka saudara akan menyadarinya.

Sebuah contoh. Terkadang orang berpikir: Roh Kudus adalah perasaan. Misalnya, jika Roh Kudus ada di dalam diri saudara, saudara memiliki perasaan bahagia/kehangatan. Roh Kudus dapat memberikan perasaan yang bahagia/kehangatan, tetapi Roh Kudus itu bukanlah perasaan itu sendiri. Roh Kudus menyucikan perasaan saudara.

Roh Kudus tinggal dalam diri saudara (1 Korintus 6:19-20) dan dari sana Dia mempengaruhi perasaan, pikiran dan kehendak saudara. Saudara  memperhatikan apa yang dilakukan Roh Kudus dengan mengasihi dan melakukan lebih baik dari sebelumnya. Buah-buah Rohpun bertumbuh. Tetapi saudara tidak segera menyadari bahwa Roh  Kudus hidup di dalam saudara.

Tetapi Yesus akan menjaganya, Dia menjanjikannya kepada semua murid-Nya: Aku akan memastikan bahwa kamu menerima Roh Kudus. Jangan meragukan janji itu: jika saudara percaya kepada Yesus Kristus dan saudara adalah murid-Nya, maka Roh Kudus akan datang dan tinggal di dalam hidup saudara. Tidak ada jalan lain.

Saudara-saudari,

Menurut Dallas Willard, ada tiga aspek penting dalam segitiga emas pertumbuhan rohani orang percaya, yaitu karya Roh Kudus, peristiwa sehari-hari dan disiplin rohani.

4. Disiplin Rohani

Saudara-saudara disiplin rohani ini sangat penting dan ini kembali kepada kerinduan untuk mau dan bertumbuh dan menjadikan Kristus sebagai pusat.

1 Timotius 4:8 mengatakan: ‘Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang’.

Jika dalam latihan badani yang terbatas gunanya saja, banyak orang rela berkorban waktu, tenaga dan juga dana untuk melakukannya dengan tekun, bukankah kita patut lebih bertekun dalam latihan-latihan rohani kita, yang memberi dampak kekal? Sebagaimana latihan badani memerlukan disiplin, dalam hal rohani pun kita memerlukan disiplin.

Namun, ada satu hal yang harus selalu kita ingat saat kita melakukan disiplin rohani. Yaitu, bahwa disiplin rohani bukanlah tujuan akhir dari pertumbuhan kita. Kita berdisiplin bukan untuk disiplin itu sendiri. Kita berdisiplin agar kita dapat membuka kesempatan bagi Roh Kudus untuk berkarya.

Disiplin rohani adalah sarana kasih karunia Roh Kudus agar Dia dapat bekerja lebih leluasa dalam membentuk dan memberi pertumbuhan kepada kita.

Ada lima disiplin rohani dasar:

Untuk melakukan semua ini kita harus berlatih, berlatih dan berlatih. Mulai dengan memberikan ruang di dalam agenda, tempat khusus di rumah dan ambillah keputusan untuk melakukannya, agar ada arah/tujuan. Berlatihlah untuk arahan itu untuk menerima dan terbukalah untuk kehadiran Allah dan sadar akan apa yang sedang dilakukan. Hadir di hadapan Allah dan rasakan hadirat-Nya.

Karena Allah memberi kita disiplin rohani untuk menerima karunianya dan untuk bertumbuh dalam kekudusan. Dengan melakukan disiplin rohani, kita menempatkan diri di hadapan Tuhan agar Dia bekerja dalam diri kita, kata Donald S.Whitney.

5. Peristiwa Sehari – hari

Segala sesuatu yang kita alami dan hadapi 24 jam sehari dapat menjadi sarana untuk kita mengalami karya Roh Kudus. Dengan terang, pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, setiap peristiwa dan tantangan hidup sehari-hari dapat dipakai Tuhan untuk membuat kita makin serupa dengan Putera-Nya. Inilah kebaikan yang selalu dimaksudkan dan dilakukan-Nya bagi kita, anak-anak-Nya.

Keberhasilan maupun kegagalan, penderitaan, pencobaan, pernikahan, pekerjaan, relasi serta berbagai keadaan dan peristiwa sehari-hari lainnya, dapat menjadi bagian dari karya pembentukan Roh Kudus agar diri dan hidup kita makin mencerminkan dan memuliakan Dia.

Hanya ada satu hal yang harus kita lakukan yaitu menyadari kebiasaan kita masing-masing dan bagaimana kita memberikan reaksi otomatis tanpa sadar kepada lawan bicara kita. Terkadang ini adalah juga kemudi otomatis kita dan masing-masing kita mempunyai bagasi emosi yang telah terbentuk sejak kecil yang sering  kita pakai untuk melindungi diri kita untuk bisa bertahan menghadapi masalah, yang kita kenal dengan mekanisme bertahan hidup.   Ini terjadi secara otomatis, seperti mekanisme menyerang atau lari, konfrontasi atau diam. Atau untuk tidak merasakan sakit hati, kita membangun tembok, memakai masker supaya orang lain tidak bisa sakiti kita lagi. Yang terjadi adalah, serang orang lain saja lebih dulu, sebelum dia lebuh dulu serang sakiti kita atau serang kita. Ada juga yang secara emosional bergantung pada sesuatu atau seseorang. Jika kita menyadari hal-hal ini maka kemudi otomatis itu akan berpindah kepada Christus dengan pertolongan Roh Kudus.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Bagaimana kita menempatkan Kristus sebagai pusat hidup kita, maka kita harus memerika diri dan ‘kemudi otomatis’ kita dalam menjalani kehidupan. Bergantunglah selalu pada Roh Kudus yang ada di dalam hati kita karena dengan kekuatan kita sendiri kita tidak mungkin dapat memiliki hidup yang sungguh-sungguh berpusat pada Kristus.

Tingkatkanlah disiplin rohani setiap hari. Bukalah hati agar Roh Kudus bekerja agar kita mulai sadar, belajar mengenal Kristus, mengenal diri sendiri, mengenal sesama dan menerapkan khotbah berseri yang telah kita dengar ini untuk menjadikan Kristus sebagai pusat hidup kita.

Amin.

 

Pertanyaan pendalaman:

  1. Bagaimana dan dengan cara apa saudara akan menguji dan mengintrospeksi diri?
  2. Peristiwa apa yang saya sadari sebagai karya pembentukan Roh Kudus dalam diri dan kehidupan saya? Bagaimana saya menyikapi karya pembentukan-Nya ini?
  3. Apa saja disiplin rohani yang sudah saya lakukan selama ini?
  4. Bagaimana saya melibatkan Roh Kudus dalam melakukan berbagai disiplin rohani ini?