Yohanes 6:60-71

Jemaat terkasih.

Bayangkanlah hal ini! Ada satu gereja yang dalam waktu singkat bertumbuh pesat. Dari selusin anggota menjadi lebih dari 5000 orang. Tidak ada gedung yang dapat menampung. Mereka mempunyai pemimpin-pemimpin yang kuat, anggota yang antusias, dan seorang pengkhotbah yang luar biasa. Mujizat sering terjadi di komunitas ini. Seluruh negeri membicarakannya. Namun suatu hari terjadilah sesuatu. Komunitas besar yang lebih dari 5000 orang itu menyusut menjadi 12 orang seperti di awal. Ini bukan karena pembatasan kehadiran akibat corona. Tidak. Ini terjadi setelah pengkhotbah memberikan sebuah khotbah pendek yang keras. Apakah ini tidak mengagetkan? Tidak ada orang yang menginginkan ini terjadi di komunitasnya. Namun tahukah anda bahwa inilah yang terjadi dengan Yesus di bacaan Alkitab hari ini.

Dalam rangka penjabaran tema GKIN 2021, selama 3 minggu ini para pendeta GKIN mengadakan khotbah berseri di kebaktian Online di sekitar tema: “Kristus sebagai pusat dari kehidupan orang percaya. Minggu lalu Pdt. Stanley Tjahjadi membahas bagian pertama: ‘apa artinya? Kristus sebagai pusat kehidupan orang percaya berarti: kita menempatkan Kristus sebagai Allah, sebagai teladan, dan sebagai tujuan hidup. Hari ini kita membahas bagian kedua: ‘mengapa?’ Minggu depan Pdt. Marla Winckler- Huliselan akan membahas bagian ketiga: ‘bagaimana kita menerapkannya?’

Inti dari kisah hari ini menolong kita untuk menjawab pertanyaan: ‘Mengapa Kristus harus menjadi pusat hidup orang percaya?’

Mari kita lihat awal dari Yohanes 6. Yesus melakukan mujizat pelipatgandaan makanan. Lima roti dan dua ikan cukup untuk memberi makan lima ribu orang laki-laki. Perempuan dan anak-anak tidak termasuk dalamnya. Tiap orang mendapat cukup makanan. Bahkan sisanya ada 12 bakul. Mujizat ini memiliki daya tarik yang besar kepada orang banyak sehingga mereka tidak mau membiarkan Yesus pergi. Mereka bahkan ingin membawa Yesus dengan paksa untuk menjadikanNya raja.

Di ayat 24 dikatakan bahwa orang banyak kembali mencari Yesus. Yesus berkata di ayat 26: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.’ Jadi Yesus tahu motivasi dari orang-orang yang mencariNya. Orang-orang mengikut Yesus untuk mendapatkan sesuatu dariNya. Ikut Yesus ada roti gratis, ikan gratis. Enak toh? All you can eat! Beberapa mengikut Yesus karena materi. Yang lainnya karena keajaiban yang terjadi. Jadi bagi mereka itu bukan tentang Yesus, namun tentang memuaskan kehendak mereka sendiri.

Yesus tidak menolak mereka. Yesus mengarahkan mereka ke inti sesungguhnya. Ini semua tentang Yesus! Karena itu Yesus berkata di ayat 29: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’ Percaya kepada Yesus! Di ayat 35 inti ini diulang kembali oleh Yesus: ini semua tentangNya! “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Ketika Yesus berbicara bahwa Ia adalah roti hidup yang turun dari surga, timbullah kejengkelan di tengah orang banyak. ‘Dia? Roti dari surga?’ “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?” (ayat 42). Yesus sebagai manusia istimewa atau sebagai guru yang penuh hikmat dapat diterima, namun sebagai roti dari sorga, utusan khusus Bapa, sumber kehidupan? Tidak! 

Kelompok orang ini pergi. Mereka tidak tahan. Banyak murid yang juga mengundurkan diri. Kata mereka di ayat 60: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?

Mengapa keras? Karena untuk itu kita harus berlutut. Kita harus menerima bahwa kita tidak dapat hidup di luar Yesus. Untuk itu kita harus mengesampingkan ego dan kesombongan kita dan memberikan hidup kita sepenuhnya kepadaNya. Kristus tidak hanya hadir dalam hidup kita. Kristus tidak hanya didahulukan dalam hidup kita, melainkan Kristus adalah pusat kehidupan orang percaya!

Apa yang anda lebih suka: permen atau obat? Siapa di sini yang menyukai obat? Yang merasa senang minum obat? Saya pikir kebanyakan orang akan berkata ‘tidak’. Obat kita minum karena itu perlu. Anda membutuhkannya. Ini mengingatkan saya kepada obat yang kadang saya dapatkan di Indonesia. Waktu saya kecil, saya suka mendapat obat dalam bentuk bubuk. Itu karena dulu saya belum bisa menelan kapsul atau tablet.

Tahukah anda rasanya? Pahit sekali! Tidak tertahankan. Kalau saya boleh pilih, maka tentu saya akan pilih permen. Permen itu enak, tapi kita tahu bahwa permen itu tidak baik untuk gigi. Obat itu pahit, namun membantu dalam proses kesembuhan dari penyakit. Perkataan Yesus seperti obat. Pahit, namun membawa kesembuhan, pemulihan. Kata-kata itu keras, namun membawa kehidupan. Kita semua sakit karena dosa. Kristus adalah satu-satunya obat untuk penyakit ini. Ambillah obat itu sekalipun pahit! 

Mengapa Kristus  harus menjadi pusat dari kehidupan orang percaya? Ada 3 alasan utama untuk ini.

1. KedudukanNya

Ketika orang banyak mengundurkan diri, Yesus berkata kepada kedua belas murid: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ Yesus tidak memaksa kita untuk tinggal. Tidak. Ia memberi kebebasan: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ Jawaban Petrus sangat mengharukan. Ayat 68: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.

Petrus mengakui siapa Yesus. Ia mengakui kedudukan Yesus. Yesua adalah Yang Kudus dari Allah. Ia datang dari Allah dan Ia Ilahi. Allah menguduskan (mengkhususkan) Yesus menjadi Messias.

Paulus berkata di Kolose 1:15-16 tentang kedudukan Kristus: “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Kita harus memberikan kedudukan yang sama kepada Kristus di dalam hati kita, seperti kedudukan yang dimiliki-Nya di dalam alam semesta.

2. Karya penebusanNya

Yesus adalah Roti Hidup. Roti yang memberi kehidupan. Di atas salib, tubuhNya dipecahkan: seperti roti yang dipecahkan bagi dunia. Di atas salib, tubuhNya dikorbankan: seperti roti yang dibagikan untuk dunia ini. Juga untuk anda dan saya.

Di ayat 62 Yesus berkata tentang ‘naik’ ke tempat di mana Ia sebelumnya berada. Ini mengingatkan kita akan kenaikan Yesus ke sorga. Memang demikian. Namun, kenaikan Yesus dimulai dari jalan penderitaanNya, penyalibanNya, diikuti kebangkitanNya. Barulah kenaikanNya ke sorga. Itu semua adalah karya penebusanNya.

Kristus telah melakukan karya penebusanNya untuk kita. Karena itu patutlah Ia menjadi pusat hidup kita. Ia telah mati untuk kita: untuk menyelamatkan kita dari dosa, untuk mendamaikan kita dengan Allah, untuk memberi kita hidup yang kekal. Itulah sebabnya kita sekarang hidup untuk Dia. Sebagaimana Paulus menulis di II Korintus 5:15: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

3. KedaulatanNya

Yesus mengenal tiap manusia. Ia menguji tiap hati. Tidak ada yang tersembunyi bagiNya. Di dalam kemahatahuan IlahiNya, Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia (ayat 64). Ia tahu motivasi kita mengikut Dia. Apakah kita mengikut Dia untuk keuntungan diri sendiri? Ataukah kita mengikut Dia karena kita mengasihi Dia? Kalau kita melayaniNya; di gereja atau di luar gereja, dengan motivasi apa kita lakukan itu? Apakah aku lakukan demi ‘namaku, kerajaanku, kehendakku’? Ataukah aku lakukan demi ‘NamaNya, KerajaanNya, kehendakNya’? Jika kita melayani Kristus dengan motivasi yang salah, maka kita akan mudah tersinggung atau merasa dilangkahi/ dilewati.

Kalau kita melayani Kristus dengan motivasi yang keliru, maka kita akan cepat marah kalau tidak mendapat apa yang kita inginkan, kita akan iri terhadap orang lain dan melihat orang lain sebagai saingan kita. Kita akan sulit bekerja sama dengan orang lain. Kita akan cepat bertengkar. Kita akan mudah terpengaruh orang lain. Kita akan cepat menyerah dan mundur. Lihatlah Yudas. Yudas mengikut Yesus begitu dekat. Yudas melayani Yesus, namun dengan motivasi yang keliru. Apa yang terjadi dengan Yudas? Ia tidak dipakai sebagai instrumen di tangan Allah, tetapi sebagai instrumen iblis. Mari kita waspada. Dengan motivasi apa kita mengikut Yesus? Dengan motivasi apa kita melayaniNya?

Kristus haruslah menjadi pusat dari kehidupan orang percaya karena kedaulatanNya. Tentang kedaulatan Kristus, Paulus berkata di Filipi 2:9-11: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Petrus menyadari kedudukan Kristus, karya penebusan Kristus, dan kedaulatan Kristus. Karena itu ia menjadikan Kristus pusat hidupnya. Sangat mengharukan apa yang Petrus katakan, sementara orang banyak meninggalkan Yesus. ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?’ Di sini Petrus mengucapkan pengakuan imannya: secara spontan dan berapi-api. Memang demikian. Di mana anda dapat menemukan sukacita selain di dalam Yesus? Di mana anda dapat menemukan kasih, pengampunan, damai sejahtera, ketenangan selain di dalam Kristus?

Tentu saja kita bisa mengalami periode yang penuh dengan tanda tanya atau bahkan keraguan. Anda mungkin memberontak ataupun putus asa karena hal-hal tertentu atau situasi yang anda hadapi dalam hidup. Segala macam rintangan atau tantangan hidup. Namun menghadapi situasi apapun, tetaplah percaya kepada Kristus! Periode-periode seperti itu bisa terjadi, namun jangan panik. Teruslah berjalan, terus berdoa, tetap membaca Alkitab, tetap datang ke gereja, tetap aktif dalam pelayanan. Kalau Kristus adalah pusat hidup kita, maka Ia akan memegang kita. Ia tidak akan membiarkan kita jatuh.  

Jemaat yang terkasih. Hari ini, mari kita membuat keputusan untuk mengakui Kristus sebagai Tuhan dan menempatkanNya sebagai pusat hidup kita! Mengapa Kristus harus menjadi pusat kehidupan orang percaya? Karena kedudukanNya, karya penebusanNya, dan kedaulatanNya. Kita boleh tetap tinggal di dalam Kristus dan Ia di dalam kita. Betapa ajaibnya itu! Betapa penuh anugerahNya Tuhan kita!

Amin