Keluaran 16:11-21, Matius 6:9-13.
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Apakah anda masih berdoa seperti ini? Dengan kesadaran dan dari hati? Namun apakah doa ini tidak berlebihan? Beberapa tahun lalu seorang anggota jemaat bertanya kepada saya: ‘Mengapa kita berdoa minta roti? Padahal roti berlimpah. Bahkan kita berikan kepada bebek.’ Ini pertanyaan yang baik. Di Belanda memang kita suka melihat orang memberi makan bebek dengan roti, khususnya roti lama. Tua dan muda suka melakukannya.
Namun demikian, orang-orang diperingatkan untuk tidak memberikan roti kepada bebek karena roti itu tidak baik untuk bebek dan banyaknya bekas roti di air membuat datang banyak tikus. Di beberapa tempat bahkan ada larangan untuk memberi makan bebek. Dendanya bisa 95 euro.
Banyak roti, khususnya di negara Barat. Begitu berlimpah sampai sering kita buang. Tiap kali, baik di rumah maupun di gereja, kita berdoa: ‘Berikanlah kami roti yang kami butuhkan’ (Alkitab bahasa Belanda). Padahal roti itu sudah tersedia dan kulkas penuh dengan makanan. Anda sudah bekerja keras untuk itu. Mengapa masih harus meminta? Apakah ini tidak aneh? Apakah doa ini tidak berlebihan? Untuk itu, baiklah hari ini kita merenungkannya.
Mari kita lihat dulu bagaimana Doa Bapa Kami tersusun. Apa inti dari doa yang diajarkan Tuhan Yesus ini?
1. Doa itu meneguhkan hubungan pribadi kita dengan Allah (‘Bapa Kami yang di sorga’),
2. Doa itu berarti memuliakan nama Allah (‘Dikuduskanlah nama-Mu’. ‘Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya’),
3. Doa itu berarti keterlibatan kita dalam pekerjaan Tuhan (‘Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu’),
4. Doa itu berarti keterlibatan Tuhan dalam kebutuhan kita (‘Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’, ‘Ampunilah kesalahan kami ...’, ‘...Lepaskanlah kami dari yang jahat’). Jadi yang kita pinta dari Allah: roti (makanan), pengampunan, perlindungan dari si jahat.
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Saya ingin membaginya dalam 3 poin.
1. ‘Berikanlah kami ...’
Doa ini (‘Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’) adalah doa di mana kita melibatkan Allah dalam kebutuhan kita, dalam kehidupan kita (Bagian keempat dari Doa Bapa Kami).
‘Roti’ menunjuk kepada kebutuhan hidup utama, segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup. Ini bisa kita lihat di Alkitab bahasa Indonesia. Roti bukan makanan pokok di Indonesia, melainkan makanan enak untuk selingan. Siapa yang tidak kenal roti manis enak dari Indonesia? Roti baso, roti keju, roti kukus (bolu kukus). Karena itu dalam Alkitab bahasa Indonesia, tidak diterjemahkan roti, tetapi makanan. ‘Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’
Roti, makanan. Kita bisa berdoa untuk itu. Mungkin anda berpikir: ‘Apakah Allah tidak terlalu besar, terlalu agung? Apakah Dia harus berurusan dengan orang kecil seperti saya? Padahal di dunia ada 7 miliar orang. Allah tentu punya hal yang jauh lebih penting dibanding permintaan saya untuk makanan.’ Namun di sini Yesus memperlihatkan bahwa Allah peduli agar manusia mempunyai makanan. Agar kita dapat hidup. Agar tubuh kita berfungsi dengan baik. Allah yang besar dan perkasa, pencipta langit dan bumi, adalah Allah yang terlibat dalam hidup kita. Ia peduli akan makanan yang kita butuhkan. Ini juga berarti bahwa kita dapat meminta apa saja padaNya! Kalau makanan tidak remeh di mataNya, demikian juga hal lain yang kita butuhkan. Kita boleh meminta kekuatan, hikmat, dan kesabaran. Atau hal lain yang kita butuhkan. Doa Bapa Kami mengajar kita bahwa Allah ingin terlibat dalam segala hal kehidupan kita. Bagaimana anda melibatkan Tuhan dalam hidup? Apakah hanya dalam perkara besar atau juga perkara kecil? Hanya di peristiwa penting atau tiap hari?
‘Berikanlah kami ...’ Doa ini adalah permohonan, permintaan kepada Allah. Kita boleh tiap kali memintanya. Dengan tiap kali meminta kepada Allah, kita dilindungi dari dua jebakan. Dalam kelimpahan kita tidak menganggap makanan sebagai sesuatu yang wajar dan memang sudah seharusnya. Dalam kekurangan kita tidak mengeluh atau menggerutu seperti orang Israel di padang gurun.
Yesus mengajar kita berdoa untuk makanan hari ini. Justru dengan berdoa untuk hal yang sederhana, kita menunjukkan bahwa kita bergantung kepada Allah! ‘Aku tidak bisa sendiri! Aku membutuhkan Tuhan! Ia adalah Bapa Surgawi yang memeliharaku. Ialah sumber kehidupan.’
2. ‘...Pada hari ini...’
‘Pada hari ini’. Inilah poin yang kedua. Anda tidak meminta: ‘Berikanlah kami makanan untuk sebulan ke depan, atau setahun ke depan.’ Tidak! Demikianlah kita dijaga dari keserakahan. Sebaliknya kita belajar untuk hidup sederhana.
Kita telah membaca tentang manna, roti istimewa yang Allah turunkan untuk memelihara umatNya Israel dalam perjalanan di padang gurun, dari Mesir menuju tanah perjanjian. Manna adalah roti untuk satu hari. Umat Israel hidup satu hari untuk satu waktu. Keesokan hari makanan itu habis. Namun tidak apa, karena manna yang baru diturunkan Allah lagi. Kita juga membaca tentang orang-orang yang menimbun makanan. Namun apa yang terjadi? Keesokan harinya manna itu berulat dan berbau busuk. Hanya ada satu pengecualian: sehari sebelum sabat, umat Israel harus mengumpulkan manna untuk dua hari, karena di hari sabat tidak turun manna. Di kedua hari itu manna tetap baik dan bisa dimakan. Manna memberi pelajaran penting tentang ketergantungan dan kepercayaan kepada Allah! Tiap hari ada roti untuk hari itu, makanan sehari-hari.
Di awal pandemi corona kita tahu apa itu menimbun. Waktu lockdown diumumkan, saya dan putra bungsu saya pergi ke toko grosir Asia di Amsterdam untuk berbelanja. Sejujurnya juga mau sedikit menimbun. Paling tidak: mi instan dan beras. Apa yang kami lihat di sana? Rak-rak yang kosong. Lihat saja foto-foto berikut ini.
Mungkin ini pelajaran penting yang kita bisa petik dari pandemi corona: bahwa kita tidak memiliki segala sesuatu di tangan kita. Kita dapat merencanakan dan mempersiapkan banyak hal dalam hidup ini (ini juga merupakan tanggung jawab yang harus kita lakukan), namun kita tidak mempunyai kendali atas semua itu. Di tengah segala ketidakpastian di dunia ini, ada Allah yang dapat kita percaya. Allah yang mengasihi kita, yang tetap berkuasa atas dunia ini, yang tetap menjaga kita tiap hari di tengah situasi apapun.
Tidak lama setelah Tuhan Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami, Ia berkata: ‘Mengapa kamu kuatir? Lihat burung di langit! Lihat bunga bakung di ladang! Allah memelihara mereka! Kalau Allah memelihara burung-burung dan bunga-bunga, apakah Ia akan melupakanmu? Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu. Jangan kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’ (Matius 6:25-34). Marilah kita ingat ini: Hiduplah satu hari untuk satu waktu. ‘Berikanlah pada hari ini ...’
Ada kisah nyata dari sejarah gereja. Johannes Brenz, teman setia dari Martin Luther, dicari Kaisar Karel V dari Spanyol untuk dibunuh. Suatu hari Brenz mendengar bahwa pasukan berkuda bergerak untuk menangkapnya. Ia berdoa dan mendapatkan petunjuk Tuhan: ‘Ambillah roti dan pergilah ke kota bagian atas dan di mana ada pintu terbuka masuklah dan bersembunyilah di bawah atap.’ Demikian Brenz melakukannya. Ia menemukan satu-satunya pintu yang terbuka dan bersembunyi di loteng. Dia berbaring di sana selama empat belas hari saat pencarian berlangsung. Roti satu-satunya tidak akan cukup, namun dari hari ke hari datanglah seekor ayam betina ke loteng dan bertelur tanpa berkotek. Di hari yang kelima belas, ayam betina itu tidak muncul. Namun Brenz mendengar orang-orang di jalan berkata: ‘Mereka sudah pergi!’. Akhirnya keluarlah Brenz dengan selamat. Allah itu setia dan dapat dipercaya!
3. ‘Makanan kami yang secukupnya’.
Poin ketiga ini adalah kata-kata yang terakhir: ‘makanan kami yang secukupnya’. Aku tidak meminta‘makananku’. Tidak. Kita berdoa memohon ‘makanan kami’. Di Keluaran 16 kita membaca bahwa manna di padang gurun itu cukup untuk setiap orang setiap hari. Tiap orang harus mengumpulkan dan sesudah itu ditakar. Tiap orang mendapat satu gomer (kira-kira 2,2 liter). Jadi di sini ada saling berbagi. Ada yang menemukan banyak manna dan ada yang sedikit. Dari manna yang dikumpulkan dan ditakar itu, tiap orang mendapat satu gomer dan semua berkecukupan. Di Perjanjian Baru, Paulus mengutip ayat ini ketika ia mendorong agar diadakan kolekte dari jemaat Korintus untuk jemaat yang miskin di Yerusalem. Paulus berkata: ‘Seperti itulah yang mereka lakukan di padang gurun. Mereka membagi manna dan itu cukup untuk tiap orang. Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.’ (II Korintus 8:15). ‘Makanan kami yang secukupnya’ hanya bisa kita doakan kalau kita bersedia untuk berbagi.
Sebagaimana Kristus telah membagikan hidupNya bagi dunia ini, kita juga dipanggil untuk berbagi hidup kita dengan sesama kita. Khususnya mereka yang membutuhkan makanan. Perhatikanlah satu sama lain. Bersiaplah untuk menolong orang yang membutuhkan. Yesus mengajar kita terlibat dalam hal kemiskinan, orang yang butuh pertolongan, dan ketidakadilan.
Baik di tempat yang dekat maupun yang jauh.
Jadi, doa memohon ‘makanan kami yang secukupnya’ lebih dari sekedar doa pribadi, namun panggilan kolektif kita bersama. Oleh karena itu doa ini juga harus mendapat perhatian dari masyarakat dan mewarnai masyarakat (publik).
Contoh yang bagus kita lihat di Vlissingen, Zeeland. Di tembok sebuah toko roti tertulis besar-besar teks berikut: ‘Berilah pada hari ini roti yang kami perlukan’. Ini adalah karya seni dari seniman Hans Bommeljé.
Secara harafiah kata-kata ini cocok sekali untuk tembok toko roti sebagai suatu reklame. Namun kata-kata ini juga dapat membuat orang di jalan berpikir. Melalui tulisan ini masyarakat dapat disadarkan akan ketergantungan kita kepada Tuhan, sumber makanan/ roti kita. Melalui tulisan ini masyarakat dapat disadarkan akan pentingnya kepedulian kita satu sama lain di dunia milik Tuhan ini: untuk orang yang dekat maupun yang jauh.
Jemaat yang terkasih. Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: ‘Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’. Kiranya ini menolong kita untuk bertumbuh dalam ketergantungan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kiranya kita juga berbagi makanan dengan orang lain.
Amin