Pembacaan Alkitab: Yesaya 40:27-32

 

Jemaat yang dikasihi Kristus, saudara-saudari,

1.

Apakah saudara pernah mengalami perasaan tidak berdaya? Sebuah emosi yang kita manusia lebih suka tidak memilikinya dan sama sekali tidak ingin mengakuinya. Hal ini karena perasaan tidak berdaya cenderung mengarah pada kelemahan dan tidak seorang pun dari kita ingin menjadi lemah atau terlihat lemah. Tetapi kita manusia  sering merasa tidak berdaya dalam situasi tertentu. Saudara tidak mempunyai pengaruh apapun atas apa yang terjadi. 

Pikirkan orang tua yang melihat anaknya menderita dan ia tidak dapat meringankan penderitaan anaknya itu. Anda hanya dapat melihat dari sisi luar dan diperhadapkan dengan situasi yang ada. Atau mungkin seseorang yang Anda cintai sekarang ini sakit kanker dan tidak bisa disembuhkan lagi. Anda tidak berdaya dan tidak ada apapun yang dapat Anda lakukan untuknya.

Ingatlah akan orang-orang yang burn-out dan depresi dan tidak dapat bekerja atau belajar dengan baik. Anak-anak muda yang mempunyai masalah psykis karena Covid-19. Betapa tidakberdayanya mereka.

Pikirkanlah akan banjir bandang yang melanda bagian selatan Belanda, kota Limburg, juga negara-negara tetangga Jerman dan Belgia.

Pikirkan perkembangan situasi Covid-19 di Indonesia yang membuat kita semua menjadi takut, kuatir dan tidak berdaya. Setiap hari kita melihat berita kematian di media sosial dan terkadang dua atau tiga orang anggota keluarga meninggal dalam waktu berdekatan.

Juga kemarahan pada orang-orang yang menyalahgunakan situasi untuk mendapatkan uang. Kesedihan karena orang (orang-orang) yang dikasihi kembali kepada Tuhan dan saudara hanya berdiri tidak berdaya menyaksikan semua itu. Ada perasaan yang tidak dikenal dalam diri dalam kesedihan yang mendalam. Jika semua ini tidak dapat dipikul maka saudara bertanya: Diamanakah tangan Tuhan? Dimanakah Allah? Dimanakah kekuasaan-Nya? Tak berdaya! Betapa tidak berdaya yang kita rasakan, ketika kita melihat situasi di dunia, terutama dalam kehidupan kita sendiri. Dimana tangan Tuhan? Dimana Tuhan? Dimanakah kuasa-Nya?

2.

Saudara-saudari,

Hal ini dialami juga oleh bangsa Israel. Mereka ada di Babel dan tidak dapat dihibur dan mereka menyalahkan Allah, sementara mereka lebih percaya pada raja Asirya dan raja Mesir dari pada percaya pada Allah mereka sendiri. Mereka berkata: ‘Hidup kami tersembunyi dari Tuhan dan Tuhan tidak lagi memperhatikan hak kami’. Mereka mengeluh, meratap, tidak berdaya, itulah yang mereka lakukan di Babel.   

Seseorang bisa sampai pada titik di mana dia menyalahkan Tuhan. Ada yang mengatakan kalau Allah ada, mengapa Dia tidak usahakan kehidupanku jadi nyaman. Mengapa Dia tidak mempermudah hidupku?

Kemudia datanglah Yesaya, penginjil dalam Perjanjian Lama, ia sedikit marah terhadap sikap mereka. Mengapa kamu menuntut pada Tuhan?. Yesaya ingin bangsa ini lebih mengerti, siapa Allah itu sebenarnya. Tidakkah kau tahu? Tidakkah kau dengar?:"Kata Yesaya"? Tuhan selalu ada. Kalian berpikir terlalu manusiawi tentang  Dia.

Dengan siapa hendak kamu samakan Allah?  Allah lebih besar dari manusia dan Dia adalah sama, dulu dan sekarang. Allah itu kekal. Ia adalah Pencipta, ia menciptakan  segala sesuatu dan setiap orang.  

Saudara-saudari,

Ada dua kata dalam ayat 29: kekuatan dan kekuasaan, dalam hal ini  sangat besar.  Pikirkan sejenak: kekuatan  Allah digunakan untuk menempatkan bintang-bintang dan galaksi kita pada tempatnya.  Alam semesta kita memiliki diameter 46 miliar tahun cahaya. Ini adalah jarak yang tidak bisa saya bayangkan lagi.

Yesaya berkata, belajarlah untuk melihat hal-hal ini sehingga saudara dapat melihat bahwa Allah itu Mahakuasa, Mahatahu. Raja Daud berkata dalam Mazmur 8:4-5, "Jika aku melihat ke langit, ke bulan dan bintang-bintang, siapakah aku sebagai manusia?" Daud merasa sangat kecil dibandingkan dengan Allah yang Agung ini.

Selanjutnya Yesaya mengatakan, “Pikirkan sejenak siapa Allah sebenarnya: “Dia tidak menjadi lelah atau lesu, tetapi selalu tetap sama. Kekuatan-Nya tidak pernah habis. Pada-Nya tidak ada Batasan. IA tidak pernah kosong/hampa, Lelah dan lesu juga untuk saudara dan saya.  Dia tidak kelelahan. KekuatanNya tidak ada habisnya. Dengan-Nya tidak ada batasan. Dia tidak pernah merasa kosong, lelah dan lelah. Bahkan dari saudara dan saya. Wawasannya tidak dapat dipahami." Dia tahu solusi dan mengenal jalan yang tidak kita ketahui. Janganlah kita membatasi-Nya dengan pemikiran manusia.

Orang terkadang berkata: Sekarang sudah keterlaluan. Sekarang sudah berakhir. Sekarang, aku tidak membutuhkanmu lagi, tetapi kesabaran Allah tidak pernah habis. Dia tidak pernah menolak kita. Dia tidak pernah lelah memberi kita yang baik dan memaafkan kita.

3.

Saudara-saudari,

Tidakkah saudara merasa yakin bahwa Allah tidak pernah bosan dengan Anda dan saya, kita? Secara pribadi, saya menemukan kepastian dan penghiburan yang luar biasa. Karena Allah yang kekal ini memberikan kekuatan (ayat 29). Ia mengangkat orang yang letih lesu, dan orang yang tidak berdaya Ia kuatkan (ay.29). Allah ingin membuat orang-orang yang tidak berdaya menjadi kuat, untuk membiarkan mereka hidup mandiri dalam keterhubungan dengan Dia.

Itu berarti bahwa Allah mengambil tanggung jawab untuk menguatkan mereka yang tidak berdaya. Semua orang yang tidak berdaya diberi ruang untuk mengambil tanggung jawab sebanyak yang bisa dia tanggung. Tidak lebih, tetapi juga tidak kurang. Dengan cara ini orang tidak terjebak dalam terlalu banyak tanggung jawab, tetapi mereka juga tidak dibiarkan tidak berdaya.

Tidak hanya lansia yang lelah atau habis kekuatan saat terlalu banyak aktivitas. Bahkan anak muda pun terkadang lelah atau letih, lesu. Untungnya, sekarang telah tiba masa liburan, tetapi siapa yang tidak lelah dan lesu di sekolah, pekerjaan, membesarkan anak-anak, ketegangan dan konflik antar manusia atau dalam keluarga, semuanya membutuhkan energi. Juga tugas saudara sebagai pendeta, pembawa Firman, penatua dan aktivis juga membutuhkan energi. Seperti yang lainnya, pekerjaan di badan majelis gereja dan komisi pun dapat melelahkan dan dalam beberapa hal saudara merasa sangat tidak berdaya.

Saudara-saudari,

Bagaimana dengan Yesus? Apakah Dia juga mengenal perasaan tidakberdaya? Yesus menanggung ketidakberdayaan kita. Dia menjalaninya dengan sadar. Dia mengambilnya dari kita. Sebagai perwakilan, Yesus menderita ketidakberdayaan kita. Yesus memiliki kuasa untuk mengalahkan maut. Sebagai manusia, kita masih tidak berdaya, tetapi saudara dapat berbagi dalam kemenangan Yesus. Yesus ingin saudara berbagi dalam kuasa-Nya. Saudara boleh berdiri di belakang Yesus yang menghalangi pekerjaan iblis. Dengan cara ini Yesus membebaskan kita dari ketidakberdayaan kita.

Kembali ke Yesaya, sangat terhibur untuk membaca: “Tuhan menjaga agar kamu tidak menjadi lelah, agar kamu tidak menjadi lesu. Mereka yang menantikan Dia menerima kuasa” (ayat 31). Menantikan Dia berarti meminta kepada-Nya, menyebutkan kekhawatiran dan masalah kita pada-Nya dan berharap kepada-Nya. Mengharapkan Dia juga berarti menunggu Dia dan waktu-Nya Dia bekerja. Ini sering merupakan latihan dalam iman kita.

Dengan demikian kita bisa lepas landas dengan sayap seperti elang. Ini berbicara tentang kekuatan baru, keberanian baru, dan kemungkinan baru yang tidak ada sebelumnya. Mengharapkan Tuhan dan hidup dari kekuatan itu. Jika saudara tidak memiliki kekuatan atau keberanian untuk menyelesaikan masalah atau untuk melanjutkan perjalanan di tengah persoalan, nantikanlah Tuhan. Dia  memberi kekuatan di dalam situasi yang tidak dapat kita selesaikan sendiri.

4.

Saudara-saudari, jemaat Kristus,

Saya pikir banyak dari kita pada saat ini tahu bagaimana mengalami rasa tidakberdaya. Itu adalah saat-saat yang tidak ingin saudara ingat kembali dalam benak saudara. Itu adalah titik terendah dalam keberadaan saudara, ketika sesuatu yang buruk terjadi pada saudara. Saya tidak tahu bagaimana saudara, tetapi bagi saya, ini adalah perasaan terburuk yang bisa terjadi pada diri saudara. Saudara tiba-tiba bisa sangat marah dan sedih, saudara tidak tahu apa yang harus  saudara lakukan. Ketidakberdayaan yang saudara rasakan itu asing bagi saudara. belum pernah terjadi sebelumnya. Saudara kehilangan diri sendiri untuk sesaat, kekecewaan dan ketidakberdayaan meluap, dan saudara meratap/menangis.

Jangan sampai larut dalam perasaan ini, karena jiwa yang letih hanya bisa disegarkan ketika dijamah oleh hadirat Allah! Maka jangan pernah lari dari hadirat-Nya!!!

Berdoa dan mintalah kepada Allah untuk menghilangkan ketidak-berdayaan saudara dan memberi saudara kekuatan sehingga saudara dapat mengatakan atau melakukan hal yang benar dalam hidup. Saudara dapat datang kepada-Nya. Saudara dapat berkata: Tuhan, aku sehat secara fisik, tetapi secara rohani aku lemah. Tuhan, aku tidak dapat memahami-Mu tetapi aku ingin mengalami kuasa-Mu. Dan Dia tidak menolak kita dalam doa kita. Dia mengampuni, Dia membersihkan dan Dia memenuhi kita dengan kuasa-Nya.

Selain itu, baca juga Alkitab karena ada begitu banyak teks yang indah dan menghibur hati yang membantu saudara mengubah perasaan tidak berdaya menjadi sesuatu yang positif. Dan bukankah seringkali Allah  membiarkan saudara membaca ayat-ayat Alkitab dimana saudara sendiri memperoleh penghiburan dan dorongan bagi diri saudara sendiri. Allah  adalah satu-satunya Allah, yang mampu melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita manusia doakan atau pikirkan (Ef. 3:20-21).

Dia selalu membuat kita takjub. Justru di saat-saat kita manusia tidak lagi percaya akan keajaiban, Dia memberikan keajaiban di depan mata kita. Terkadang dalam hal sangat kecil. Senyum anak yang sakit. Damai di saat sibuk. Hal sederhana seperti itu dapat menghilangkan ketidakberdayaan yang saudara alami dan jauh di lubuk hati kembali ada yang menghidupkan harapan saudara.

Tetaplah berpegang pada harapan karena justru dengan berpegang teguh pada harapan maka saudara bisa tetap kuat, bukan dengan kekuatan saudara sendiri tetapi dengan kekuatan dari Tuhan.

Saudara-saudari,

Tidak peduli seberapa tidak berdayanya kita saat ini, tidak peduli seberapa lemah dan letih kita, dengan bantuan doa, pembacaan Alkitab, dan harapan, kita dapat dengan percaya diri menghadapi situasi apa pun. Namun perlu diketahui: Bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi hanya berkat Tuhan Yang Mahakuasa. Hasilnya, ketidakberdayaan berubah menjadi kekuatan, syukur kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa! Allah  menantang saudara:

Janganlah berdiam diri, tetapi berjalanlah, dan saudara perhatikan bahwa saudara tidak lelah.

Berlarilah, dan perhatikanlah bahwa saudara tidak lesu.

Rentangkan sayap saudara dan temukan saudara bisa naik terbang dengan kekuatan sayap-Nya.

Hiduplah dari kekuatan Tuhan dalam ketidakberdayaanmu.

Amin.