Matius 26: 6-16

Jemaat yang terkasih. Sungguh pemandangan yang mengesankan di rumah Simon si kusta. Yesus ada di sana bersama dengan murid-muridNya. Waktu mereka makan, datanglah seorang perempuan kepada Yesus dengan minyak wangi yang mahal yang aromanya sangat kuat. Perempuan itu mengurapi Yesus dengan minyak itu. Dapatkah anda membayangkan bagaimana wangi semerbak minyak memenuhi seisi rumah? Di kitab Injil yang lain, di Markus dan Yohanes, kita membaca peristiwa yang sama. Yohanes menuliskan siapa perempuan itu. Ia adalah Maria, saudaranya Marta. Untuk jelasnya: ada beberapa Maria di sekitar Yesus. IbuNya bernama Maria. Ada juga Maria Magdalena yang dibebaskan Yesus dari tujuh roh jahat. Ada lagi Maria di bacaan hari ini yang adalah saudara dari Marta dan Lazarus. Lazarus yang pernah  dibangkitkan Yesus dari kematian. Maria tinggal di Betania, desa di dekat Yerusalem, di sisi bukit Zaitun.

Di Yohanes 12:3 kita membaca bahwa minyak itu adalah minyak narwastu murni. Minyak narwastu dibuat dari tanaman narwastu yang waktu itu hanya tumbuh di Nepal.

Minyak itu jadi harus didatangkan dari jauh. Minyak narwastu itu harganya 300 dinar (Yohanes 12:5). Itu setara dengan penghasilan setahun (bnd. Matius 20:2). Betapa melimpahnya kasih yang Maria tunjukkan kepada Yesus. Maria membawa minyak narwastu itu di buli-buli pualam yang juga sangat berharga. Maria mencurahkan minyak itu semuanya ke atas kepala Yesus, dan di Injil Yohanes dikatakan: juga ke atas kaki Yesus dan ia menyekanya dengan rambutnya. Suatu kelimpahan. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah harta yang besar yang Maria curahkan sekaligus. Mungkin ia sudah menabung begitu lama. Mungkin juga minyak itu ia siapkan untuk pemakamannya sendiri. Yang terbaik, yang paling berharga tidak disimpan Maria untuk diri sendiri, tetapi ia berikan kepada Yesus. Bagi Maria hanya yang terbaiklah yang layak diberikan kepada Yesus. Dengan memberi minyak narwastu itu, sesungguhnya Maria mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.

Apakah murid-murid Yesus penuh syukur karena Guru mereka menerima penghargaan begitu istimewa? Apakah mereka tidak ikut tergerak dan terharu karena Yesus mendapat kasih dan komitmen yang besar? Tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Ayat 8: Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: “Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.”

Bukankah ini juga kita kenali? Kita juga bisa terjerumus dalam hal ini. Godaan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang negatif. Atau untuk bersikap sinis dan menggerutu. Dalam konteks berkelompok, ini bisa lebih kuat lagi. Kalau ada orang yang bereaksi negatif, maka yang lain bisa memperkuat sikap negatif itu. Ini juga kita lihat di masyarakat dalam menghadapi langkah-langkah terkait peraturan di masa pandemi ini. ‘Karena taman-taman dipenuhi orang, maka saya akan buka teras restoran saya (meskipun belum boleh).’ Saya berikan contoh dari kejadian di Grup Whatsapp angkatan sekelas saya di STT Jakarta. Seorang teman yang adalah pendeta di Makasar mengirimkan foto bahwa ia dan beberapa aktivis gereja membagikan paket bantuan kepada orang-orang di lingkungannya. Tidak lama ada reaksi negatif dari seorang teman lain. ‘Kalau kamu memberi sesuatu kepada orang, tataplah wajahnya. Kalau tidak, tidak ada arti pastoralnya.’ Kemudian muncullah banyak reaksi di grup. Teman yang memberi reaksi negatif meminta maaf. Memang foto itu hanyalah momentum pada detik tersebut. Tentu saja teman kami itu memandang sang penerima bantuan di luar momen berfoto itu.

Murid-murid tidak dapat menghargai kasih Maria yang berlimpah. Dengan berkedok kepedulian terhadap orang miskin, mereka katakan bahwa semua itu pemborosan. Maria melakukan itu sesungguhnya lebih dari sekedar penghormatan kepada Yesus. Ia lakukan itu untuk mempersiapkan tubuh Yesus dikuburkan. Suatu tindakan profetis yang menunjuk akan pengorbanan besar Yesus di salib. Minyak waktu itu dipakai untuk mengurapi orang yang meninggal dan juga mengurapi raja. Menurut Yohanes 12:1-8 pengurapan itu terjadi enam hari sebelum Paskah Yahudi, sebelum Yesus dielu-elukan di Yerusalem. (Dibandingkan Yohanes, Matius dan Markus tidak mengikuti kronologis yang ketat). Di sini Yesus benar-benar Sang Mesias, karena Mesias berarti ‘Yang diurapi’. Demikian Yesus berjalan menghadapi penderitaan dan kematianNya.

Yesus membela Maria. Untuk kedua kalinya. Sebelumnya Yesus pernah membela Maria waktu ia dicela Marta (Lukas 10:38-42). Juga sekarang. Semua mencela Maria. ‘Maria, kamu ini tidak praktis! Menghambur-hamburkan uang saja.’ Namun terdengarlah suara Yesus yang membela Maria untuk kedua kalinya. Ayat 10: ‘Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku.

Bukannya orang miskin itu tidak penting. Tidak ada yang lebih tergerak untuk orang miskin dibandingkan Yesus. Namun pertanyaannya: ‘apa engkau mengasihi orang miskin hanya karena mereka miskin’? Ataukah ‘karena Kristus, yang tergerak untuk orang miskin, tinggal di hatimu?’ Kalau anda menempatkan Kristus di pusat hidup anda, maka orang miskin juga akan berada di tempat yang tepat.

Yesus mengerti sedalamnya maksud Maria. Maria bertekad mengurapi Yesus sekarang karena ia tahu bahwa Yesus akan meninggal. Maria tahu itu karena ia mendengar dengan baik perkataan Yesus di ayat 2.

Bagaimana dengan murid-murid? Bukankah mereka juga mendengar perkataan Yesus itu? Adakah reaksi mereka? Maria bereaksi dan ia lakukan dengan caranya. Ia menunjukkan hatinya, kasihNya kepada Sang Guru. Di antara para lelaki dengan segala pertimbangan rasional dan banyak perhitungan, seorang perempuan juga dibutuhkan. Demikian kita melihat bagaimana para perempuan mempunyai tempat istimewa dalam pelayanan Yesus dan di jemaat mula-mula sampai sekarang ini. Saya bahkan tahu ada gereja yang bertahun-tahun penatuanya hanya perempuan, karena para lelaki tidak mau jadi penatua. Biarlah ini menjadi dorongan bagi para perempuan untuk lebih lagi memberi diri untuk pekerjaan Tuhan. Jangan lihat dari perspektif negatif bahwa para lelaki jadi bisa bersantai saja. Tidak. Laki-laki dan perempuan sama-sama dipanggil untuk melayani di dalam Kerajaan Allah.

Kita bersyukur untuk pelayanan para penatua di GKIN, laki-laki dan perempuan yang di tengah kesibukan kehidupan, keluarga, pekerjaan, toch memberikan diri untuk melayani jemaat Tuhan.

Kita bersyukur untuk ibu Joli Tanahatoe dan bapak Alter Parsaulian, yang telah melayani dengan setia, yang hari ini menyelesaikan masa pelayanan sebagai penatua. Kita bersyukur karena hari ini kita juga menjadi saksi atas peneguhan bapak Bart Cremers, ibu Sally Snoek, dan ibu Lidia Vormer- Purwanta sebagai penatua baru GKIN, khususnya untuk regio Amstelveen. Untuk mereka masing-masing, waktunya sudah matang untuk memberikan diri bagi pekerjaan Tuhan sebagai penatua di jemaatNya. Walaupun  pandemi corona, pekerjaan jemaat terus berjalan. Kita memuji Tuhan karena ada penerusan tongkat estafet di dalam pelayanan. Kiranya ada banyak orang lagi yang terpanggil, karena banyak regio GKIN sedang mencari penatua-penatua baru. Tuhan memberkati pelayanan penatua-penatua baru dan Tuhan memberkati pelayanan kita semua sebagai jemaaatNya.

Betapa berbedanya Maria dan para murid-murid. Lebih terlihat lagi perbedaan mencolok antara Maria dan Yudas. Berbeda dengan Maria yang ingin memberikan segalanya untuk Yesus, Yudas hanya ingin mendapat keuntungan dari Yesus. Rupanya Yudas kecewa terhadap Yesus. Ia mempunyai ekspektasi yang sangat berbeda. Mungkin ia berharap bahwa Yesus adalah Mesias yang akan memberontak melawan penjajahan Romawi. Namun realitanya berbeda. Yesus berkata bahwa Ia akan mati di kayu salib. Yudas melihat mimpinya menghilang tertiup angin. Padahal itu menghabiskan 3 tahun hidupnya. Waktu yang terbuang baginya.

Yudas melihat semua ini terjadi, Maria dan minyak narwastunya, dan baginya ini adalah pemicu terbesar. Ia tidak tahan lagi bersama Yesus. Yudas pergi. Untuk tetap mendapat keuntungan dari Yesus, ia menjual Yesus kepada imam-imam kepala seharga 30 keping perang. Itu sekitar sepertiga dari apa yang Maria berikan untuk mengurapi Yesus. Tahukah anda bahwa 30 keping perang adalah harga seorang budak? (Keluaran 21:32). Sebagai budak Yesus dijual.

Keserakahan adalah jalan menuju kehancuran. Pernahkah anda mendengar bagaimana orang di Afrika menangkap kera? Caranya demikian: para pemburu memasang vas di tanah. Leher vasnya cukup untuk tangan seekor kera. Di dasar vas itu ditaruhlah pisang. Kera akan lewat dan melihat makanan enak di dasar vas itu. Ia akan masukkan tangannya ke leher vas, mengambil pisang itu dengan kepalan besar dan ... akhirnya terjebak. Dengan tangannya menggenggam pisang ia tidak dapat lagi mengeluarkan tangan dari leher vas.

Tentu saja kera itu bisa melepaskan pisang itu. Beberapa juga melakukannya. Namun kebanyakan kera-kera akan tetap menggenggam jarahan mereka dan menunggu nasib. Kita juga harus sadar untuk tidak jatuh ke perangkap yang sama dengan menginginkan lebih banyak dan lebih banyak lagi. Belajarlah untuk melepaskan dan kita akan mengalami kebebasan dalam hidup. Belajarlah memberi seperti Maria dan tidak terus-menerus ingin menerima seperti Yudas.

Seberapa berharganya Yesus bagimu? Bagi anda? Bagi saya? Di posisi manakah anda ada dalam cerita ini? Maria? Yudas? Atau murid-murid? Apakah kita menyadari bahwa Yesus telah memberikan segalanya? Yesus memberikan hidupNya, tubuhNya, darahNya, untuk memberi  kita hidup yang sesungguhnya, sekarang di dunia ini, dan nanti di KerajaanNya yang akan datang.

Maria membiarkan hatinya berbicara! Apa motivasinya? Tindakan kasih Maria menuangkan minyak narwastu yang berharga terjadi karena ia menyadari bahwa Yesus lebih dari kekayaan, lebih dari segalanya. Hatinya penuh dengan kasih untuk Sang Guru. Berlimpah dan mengalir. Di minggu-minggu sengsara Kristus ini (40 hari Pra-Paskah), kita merenungkan kasih, penderitaan dan pengorbanan Yesus kepada dunia ini. Marilah kita dipenuhi kasihNya dan seperti Maria menunjukkan kasih kita kepada Yesus. Dengan cara apa anda menunjukkan kasih anda kepada Yesus? Tunjukkan kasihmu kepada Yesus selagi masih ada waktu dan kesempatan, karena Yesus lebih dari kekayaan.

Amin.