Kejadian 3: 6-13

Jemaat yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,

1.

Sejak awal penciptaan Allah telah mempunyai kerinduan untuk hidup dalam hubungan yang akrab dengan kita manusia. Kita diciptakan sebagai makhluk yang ber-relasi dan cara IA menciptakan kita, dilakukanNya dengan penuh cinta kasih. IA menciptakan kita sesuai dengan gambar dan rupa-Nya, IA menghembuskan nafas hidup-Nya di dalam kita, memberkati kita dan memberi bumi ciptaan-Nya untuk kita tempati dan kita jaga. Allah juga ingin agar kita mempunyai hubungan yang akrab  dengan-Nya, dengan sesama kita dan seluruh ciptaan alam semesta serta isinya.

Hubungan yang sangat akrab antara Allah dan manusia ini nyata dalam seluruh Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam semua hubungan akrab ini, Allah selalu mengambil prakarsa demi menyatakan cinta kasih dan anugerah-Nya kepada manusia walaupun manusia  cenderung untuk memilih jalannya sendiri dan tidak setia kepada Allah seperti yang  jelas  nampak dalam Kejadian 3.

2.

Saudara-saudari,

Semuanya dimulai dengan sangat indah ... Manusia dan istrinya diizinkan untuk tinggal di Taman Eden. Tempat itu terkadang disebut Surga karena memang sangat indah. Mereka memiliki semua yang diinginkan hati mereka dan tidak kekurangan apa-apa. Manusia dan istrinya diizinkan untuk makan apa pun yang dihasilkan taman itu - dengan satu pengecualian. Di tengah taman ada pohon tertentu yang buahnya tidak boleh mereka makan. Allah dengan jelas melarang manusia dan istrinya untuk menyentuh buah dari pohon yang satu itu dan Allah juga telah memperingatkan mereka apa yang akan terjadi jika mereka melakukannya: maka mereka akan mati. Tetap saja, perempuan  itu memakan buah yang tampak enak itu. Kemudian dia memberikan kepada suaminya itu, dan dia juga memakannya. Jadi manusia dan istrinya membuat pilihan secara sadar untuk melawan apa yang Allah telah katakan kepada mereka.

Ketika manusia melawan Allah dan melewati batasan, dia harus membayar itu dengan harga tinggi. Ada kerusakan dalam hubungan-hubungan. Ada sesuatu yang muncul seperti rasa terasing, terpisah, ada jarak antara manusia dan Allah. Manusia mulai bersembunyi, takut, malu dan menjauhkan diri dari Allah. Ada jurang yang dalam antara  Allah dan manusia, karena dosa, seperti yang ditunjukan gambar ini.

Saudara-saudari,

Kejadian 3 bukan hanya tentang dua orang pertama dalam kisah penciptaan. Kisah ini menunjukkan apa yang terjadi setiap hari ketika kita melewati batas dan menyerah pada kesenangan. Ada banyak hal yang rusak, misalnya hubungan manusia satu dengan yang lain. Manusia dan isterinya mulai saling menyalahkan. Bukannya cocok satu sama lain, laki-laki dan perempuan ini malah menjadi saingan atau musuh. Di sinilah letak benih segala jenis kejahatan dan keterasingan antara manusia, ras, status sosial, dan seterusnya, seperti kekerasan yang terjadi sejak hari sabtu malam minggu lalu di beberapa tempat di Belanda, yang menjadikan pemerintah  dan masyarakat terheran-heran dengan apa yang terjadi.  

Kembali ke Kejadian 3. Kita mungkin berpikir Allah yang Mahatahu dan Mahakuasa bisa  saja membinasakan manusia dan isterinya  dengan petir dari langit tetapi IA tidak melakukan hal itu. Daripada meratakan bumi dan memulai dari awal lagi, IA mencari manusia. Inilah Allah yang mengasihi manusia. Allah yang mencari manusia dan ingin menjalin relasi dengan mereka.

Kita baca dalam ayat 8: “Ketika Tuhan Allah ‘berjalan-jalan dalam taman itu pada hari sejuk’, bersembunyilah manusia dan isterinya terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman”. Berjalan-jalan dalam taman bukan berarti hanya berjalan satu  putaran saja. Ada bentuk kata kerja ‘pergi’ yang dipakai disini dan artinya seperti berjalan bolak balik atau berjalan mondar mandir dengan tujuan untuk bertemu manusia, Adam. Allah berjalan menuju ke suatu tempat. IA sedang dalam perjalanan mencari  manusia (Ibrani:Adam) dan memanggilnya keluar dari tempat persembunyiannya.

Manusia dan isterinya itu bersembunyi tetapi TUHAN Allah memanggil manusia  itu: ‘Di manakah engkau’?.

Ini adalah pertanyaan pertama dalam Alkitab dan panggilan manusia yang pertama. Adam (artinya manusia), di manakah engkau?.

Pertanyaan ini dapat disimpulkan secara harfiah: Di manakah engkau menyembunyi-kan dirimu? Tetapi juga dalam arti kiasan: “Bagaimana keadaanmu?” ​​Apa ada yang salah denganmu? Apa yang sedang engkau lakukan? Apa yang membuatmu terjebak?

Saudara-saudari,

Allah tidak menanyakan hal ini untuk mengetahui dimana mereka. Allah memanggil mereka dengan maksud agar manusia dan isterinya sendiri menemukan situasi mereka sendiri. Bahwa mereka menyadari tentang keadaan mereka dan apa yang mereka lakukan. Jadi ini bukan tentang lokasi, tetapi tentang orientasi hidup.

Adam di manakah engkau? Ini adalah pertanyaan yang terdengar hingga hari ini. Ini adalah pertanyaan bagi manusia dewasa, tentang tanggung jawabnya. Dia ingin agar manusia mempercayakan diri kepada-Nya dan percaya kepada-Nya dalam segala hal yang manusia alami dalam hidup ini.

Saya bisa bayangkan berapa banyak ayah atau ibu yang menyampaikan pertanyaan ini kepada anak-anak mereka di akhir pekan lalu.

Pertanyaan dari Allah ‘Di manakah engkau?’ menunjukkan keterlibatan yang intensief pada kehidupan, rindu akan keterikatan  dengan apa yang diciptakan oleh tangan-Nya sendiri, akan cinta kasih yang menjadi dasar cinta kasih-Nya yang tulus. Allah tidak membunuh dan Allah juga tidak berdiam diri. Allah memanggil. Ya, IA memanggil manusia untuk pertanggungan jawabnya. Mereka harus menyadari situasi mereka  sendiri. Tetapi Allah juga ingin agar mereka kembali dapat bertatapan muka dengan-Nya, agar  hubungan itu terjalin lagi. 

3.

Dan panggilan Allah itu mendapatkan jawaban. Manusia itu menyebutkan tiga alasan mengapa ia bersembunyi: Aku mendengar Engkau di taman, aku takut dan aku telanjang. Setelah kejatuhan dalam dosa, manusia diliputi oleh rasa bersalah, malu dan takut yang sangat besar.

Hal-hal ini memengaruhi kita, sehingga kita sendiri merasa telanjang, dan merasa tidak nyaman, karena saudara sangat rentan dan tidak diterima. Ketakutan menguasai saudara: dan saudara takut akan penilaian dan penolakan. Ketakutan menguasai saudara: takut dihakimi dan ditolak oleh sesama dan oleh Allah.  Kita menghindari mata yang ingin melihat kita, mata yang mencari kita. Mata sesama dan mata Allah.

Seorang psykolog menjelaskan dalam artikel Trouw bahwa rasa malu bukan dorongan yang kuat untuk merubah sikap hidup. Rasa malu lebih membuat saudara menarik diri, menyembunyikan diri. Dan dorongan yang kuat untuk berubah adalah iman, harapan dan kerinduan.

Manusia dan isterinya tidak kehilangan pakaian mereka, tetapi mereka kehilangan kemuliaan, kemurnian mereka. Itulah pakaian asli mereka. Semua itu menjadikan mereka merasa kecil dan mereka tahu mereka tidak bisa bertahan.

Sesudah itu muncul lagi pertanyaan tentang ketelanjangan. Siapa yang mengatakan bahwa engkau telanjang? Disini Allah tidak menghakimi, tetapi hanya bertanya, juga pada saat IA mengkonfrontasikan manusia dan isterinya. SAtu pelajaran dalam penggembalaan dan dalam pergaulan dengan sesama sebagai jemaat agar tidak menghakimi tetapi menyampaikan pertanyaan dengan harapan orang itu akan menyadari apa yang dia lakukan.

Saudara-saudari,

Terlepas dari kenyataan bahwa tindakan manusia dan isterinya memiliki konsekuensi, Allah menunjukkan di sini kasih-Nya yang penuh kelembutan, penyayang dan penuh anugerah. Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan istrinya dan mengenakannya kepada mereka (Kej. 3:21). Apakah artinya ini? Allah sendiri yang membuat pakaian dari kulit binatang dan bukan hanya membuatnya tetapi juga mengenakannya kepada mereka. Dia masih terus ingin melayani orang yang tidak taat kepada-nya. Ia ingin kontakt danIa memberikan anugerah.  

Sejak saat itu, Allah terus berjalan di dunia ini untuk mencari orang-orang yang mau membuat perjanjian dengan-Nya, Nuh, Abraham, Musa, Daud, dll. Sampai Allah sendiri turun ke dalam Yesus dan mencari manusia di mana dia berada. Melalui pengorbanan  Yesus pada kayu salib maka jurang antara kita dan Allah dijembatani. Yesus adalah penghubung. Melalui Yesus kita dapat kembali dekat dengan Allah dan memiliki hubungan yang akrab dengan Dia.

 

4.

Saudara-saudari,

Apakah saudara terkadang merasa bersembunyi dari  Allah? Karena berbagai alasan? Dengarkanlah Dia memanggil, "Di manakah engkau?"

Yesus tidak hanya menghapus rasa bersalah, malu dan rasa takut dari saudara dan menyelimuti saudara  dengan tubuh-Nya sendiri. Yesus juga memulihkan hubungan yang rusak melalui hidup, kematian dan kebangkitan-Nya dan Dia mematahkan kutukan dalam Kejadian 3. Dia telah memungkinkan kita  untuk kembali hidup dalam keakraban bersama Allah. Untuk bergaul akrab kembali dengan Allah,  berjalan dengan-Nya di taman seperti manusia dan isterinya dan berbicara dengan-Nya dari hati ke hati. Dia menunggumu keluar dari balik pepohonan. Jangan menyembunyikan diri lagi, tetapi datanglah ke hadirat-Nya, itulah kerinduan Allah!

Saudara-saudari,

Mari kita bersama-sama mendengarkan lagu ini: Adam, Where Are You? Dari Don Fransisco dan kata Adam saudara dapat ucapkan atau mengingat nama saudara sendiri.

https://www.youtube.com/watch?v=PZhLY8jN_Kk

Saya berharap lagu ini juga menyentuh saudara. Yang menarik perhatian saya adalah emosi refrein yang sangat terdengar jelas dalam lagu ini, seperti tema kita "Adam, di mana kamu" Dan kalimat terakhir diubah menjadi: ‘Adam, I Love You’ (Adam, Aku mencitaimu)!

Kalimat ‘Aku mencintaimu’ adalah segalanya yang sangat menggerak-kan hati saya.

Sebagai gereja, keluarga dan pribadi kita adalah orang-orang yang tidak sempurna. Marilah kita menyadari bahwa cinta kasih Allah tanpa syarat tidak pudar, dan kekurangan kita bahkan mengundang-Nya untuk datang lebih dekat dalam pengalaman hidup kita. Allah Yang Mahakuasa dan Bapa ingin kita dekat dengan-Nya karena Dia mengasihi kita. Dia menginginkan persahabatan, keterikatan yang akrab dan Allah menunggu jawaban saudara dan saya atas pertanyaan-Nya, di manakah engkau? Dan Allah menunggu kita datang kepada-Nya.

Amen.

 

Pertanyaan pendalaman:

  1. Biarkanlah pikiran saudara meresapi suatu kenyataan bahwa Allah mencari saudara dan merindukan keintiman dengan saudara. Apa yang saudara rasakan?
  2. Apakah saudara kadang-kadang merasa telanjang karena menghakimi diri sendiri dan perasaan bersalah, malu, dan takut memasuki pikiran saudara? Letakkan semua ini pada kaki salib dan kenakanlah Kristus.