Pembacaan Alkitab: Mazmur 23:1-6

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Salah satu keunikan dari kekristenan adalah, adanya suatu relasi atau hubungan yang hidup antara Tuhan Allah dengan umat-Nya. Artinya, bahwa kita sebagai orang-orang kristen, tidak saja mengaku percaya dan beribadah kepada Tuhan Allah atau hanya membaca dan mempelajari Firman-Nya, tetapi juga memiliki dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan kita. Karena Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang rela mati untuk menebus dosa-dosa kita dan bangkit untuk hidup bersama-sama dengan kita. Dia, Allah yang rindu untuk berkomunikasi dan ada selalu bersama-sama dengan kita, umat-Nya.

Dalam Alkitab, ada beberapa metafor atau gambaran yang dipakai untuk memperlihatkan hubungan yang dekat dan erat antara Tuhan Allah dengan umat-Nya. Metafor yang sering dipakai dalam Alkitab adalah hubungan antara Bapa dengan anak.

Allah adalah Sang Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Metafor lainnya yang juga sering dipakai adalah Gembala dan domba. Bahwa Tuhan adalah Gembala dan kita adalah domba-domba-Nya.

Menjaga domba-domba adalah pekerjaan yang umum atau biasa selama berabad-abad dalam zaman Israel kuno. Oleh karena itu, metafor Gembala – domba sudah tidak asing lagi. Domba adalah binatang yang benar-benar bergantung penuh pada gembalanya. Oleh karena itu, sang gembala mempunyai tugas berat, siang-malam menjaga domba-dombanya atau istilah sekarang disebut 24/7 artinya terus menjaga 24 jam penuh selama 7 hari per minggu.

Sungguh luar biasa tugas seorang gembala.

Dua tokoh pemimpin bangsa Israel, Musa dan Daud pernah mempunyai pengalaman pribadi menjadi gembala di padang, sebelum mereka di sebut sebagai “gembala” bagi kawanan umat Allah. (Maz 77:20). Dalam Perjanjian Lama, Tuhan Allah sendiri, disebut sebagai Sang Gembala untuk melukiskan kasih-Nya yang begitu besar pada umat-Nya. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus sendiri menggunakan metafor yang sama untuk menyatakan hubungan-Nya dengan umat-Nya, “Akulah Gembala yang baik” (Joh 10:11,14).

Sdr-sdr, paling tidak ada dua hal yang mau ditekankan mengenai hubungan atau relasi Tuhan Allah dengan umat-Nya melalui metaphor Gembala-domba:

  1. Orang percaya adalah domba-domba Allah. Kita adalah milik-Nya dan menjadi sasaran khusus kasih sayang dan perhatian-Nya. Sekalipun "kita sekalian sesat seperti domba" (Yesaya 53:6), Tuhan telah menebus kita dengan darah-Nya yang tercurah (1 Petrus 1:18-19), dan kini kita menjadi milik-Nya. Selaku domba-domba Allah kita dapat menerapkan janji-janji mazmur ini waktu kita menanggapi suara-Nya dan mengikut Dia (lihat Yoh 10:3-5)
  2. Allah memperhatikan setiap anak-anak-Nya sehingga Ia ingin mengasihi, memelihara, melindungi, membimbing, dan selalu ada dekat dengan anak-anak-Nya, sebagaimana dilakukan oleh seorang gembala yang baik terhadap domba-dombanya sendiri.

 

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Tidak dapat disangkal bahwa Mazmur 23 merupakan mazmur yang paling terkenal atau favorit dari seluruh kitab Mazmur. Mazmur 23 ini sering dibacakan atau dinyanyikan tidak saja pada kebaktian pengucapan syukur, pindah rumah, atau kebaktian pernikahan namun juga pada kebaktian penghiburan atau kedukaan.

Ibu mertua saya, juga telah memilih Mazmur 23 ini sebagai teks untuk kebaktian pemakamannya. Karena ia dan ayah mertua saya, di usia lanjut dan kelemahan tubuh, hidup mereka seperti domba yang tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan – Sang Gembala yang baik. Mereka mengalami sendiri bimbingan, perlindungan dan kebaikan Tuhan melalui pihak keluarga dan saudara-saudara seiman.

Kalau kita membaca dan merenungkan syair atau kata-kata dari Mazmur 23 ini, memang sungguh indah. Syair atau kata-kata yang memberi rasa aman dan tentram. Tuhan kita digambarkan sebagai Gembala yang penuh kasih, dan memperhatikan para domba-Nya. Ia selalu berusaha agar para domba-Nya "tidak berkekurangan". Dialah Gembala yang betul-betul mengenal dan tahu akan kebutuhan domba-domba-Nya. Ia bahkan rela kehilangan nyawa-Nya demi memenuhi kebutuhan kawanan domba-Nya.

Penulis kitab Mazmur 23, menuliskan pengalaman pribadinya dengan TUHAN, dimana ia bergantung sepenuhnya pada TUHAN seperti domba pada gembala. Ia menulis ketenangan domba yang berbaring di rumput hijau, yang dibimbing ke air yang tenang serta berada dalam perlindungan selama perjalanan di gurun yang penuh bahaya. Si penulis Mazmur 23 ini sungguh merasakan dan mengalami sendiri TUHAN Sang Gembala yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup dan yang melindunginya dari rasa takut dan bahaya.

Jadi Mazmur 23 ini merupakan suatu pujian atau nyanyian yang mengungkapkan kepercayaan, dan pernyataan iman yang menghalau dukacita, kesedihan, dan keraguan. Syair atau kata-katanya ditulis dengan bahasa sederhana namun bermakna jelas. Dalam inkarnasi-Nya ke bumi, Tuhan Yesus dengan makna yang sama menyatakan diri-Nya juga dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti "Akulah gembala yang baik" (Yohanes 10:11). Dengan demikian, Allah Sang Gembala yang dikenal oleh penulis Mazmur 23, dapat juga kita mengenalnya dalam diri Yesus Kristus.

 

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Mazmur 23 menyaksikan bahwa kalau kita sungguh percaya dan mau mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan – Sang Gembala maka ada 4 hal yang Ia lakukan:

  1. Ia membaringkan kita di padang yang berumput hijau. Artinya, kita sebagai kawanan domba-Nya, tidak perlu kuatir akan kebutuhan makanan kita. Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita. Coba perhatikan, burung-burung di udara dan bunga-bunga di ladang Tuhan pelihara, terlebih lagi kita sebagai umat-Nya. Itulah Gembala yang baik, selalu berusaha agar kawanan domba-Nya tidak menjadi kelaparan.
  2. Ia akan membimbing kita ke air yang tenang. Dalam bahasa aslinya berarti aliran air yang menenangkan dan melegakan. Air yang mengalir tenang, itu baik untuk diminum daripada air yang "diam mati" – yang tidak baik untuk kesehatan kalau diminum. Pada air yang mengalir tenang itu sang Gembala memberi minum para dombanya.
  3. Ia menyegarkan jiwa kita. Yang dimaksud dengan kata “jiwa” di sini adalah keseluruhan hidup kita. Bukan saja kebutuhan spiritual tetapi juga kebutuhan fisik kita. Jadi kalau dikatakan Ia “menyegarkan jiwa” kita – Artinya Sang Gembala akan memperhatikan pemulihan atau penyegaran atas seluruh kehidupan kita.
  4. Ia menuntun kita pada jalan yang benar. Jalan yang harus dilalui kawanan domba di padang gurun tidak aman, seringkali melewati jalan yang gersang, berliku dan berbahaya. Sang gembala harus memilih jalan yang terbaik bagi kawanan dombanya. Sdr-sdr, kawanan domba itu cenderung untuk berjalan secara bersama atau bergerombol mengikuti sang pemimpin. Tetapi pemimpin yang mana? Tahun 2005 yang lalu, di Turki ada peristiwa kawanan domba sejumlah 1500 ekor jatuh dari tebing dan ada 450 ekor domba yang meninggal karena para gembalanya sedang pergi sarapan pagi. Jadi kawanan domba jangan asal berjalan mengikuti.

Dalam kehidupan kita di dunia ini, juga ada banyak jalan yang dapat menyesatkan kita. Oleh karena itu, kita perlu tahu dan mengenal siapa yang memimpin hidup kita. Tuhan Yesus adalah Gembala baik, yang selalu ingin menuntun kita pada jalan yang benar. Tugas kita sebagai domba-domba-Nya adalah mendengar dan mengikuti suara-Nya (Yoh 10:3)   

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Itulah yang dilakukan oleh Sang Gembala yang baik. Ia memberikan semua kebutuhan kawanan domba-Nya. Coba perhatikan dalam ayat 2-3, ada 4 kata kerja: membaringkan, membimbing, menyegarkan dan menuntun. Semua tindakan itu dilakukan oleh Sang Gembala kepada kawanan domba-Nya. Dan kawanan domba hanya menanti, menerima dan menikmati pemeliharaan dan pemberian Sang Gembala yang baik dan dapat dipercaya.

Bagian kedua dari Mazmur 23 ini, khususnya ayat 4 dan 5, ada yang menafsirkan bahwa metafor domba beralih kepada metafor seorang pengembara yang harus melalui daerah yang sangat berbahaya. Ia harus berjalan dalam lembah kekelaman. Namun si pemazmur ingat bahwa Tuhan adalah gembalanya. Tuhan adalah penjaga dan pelindungnya. Dikatakan, “Aku tidak takut bahaya”. Si pengembara mempunyai keyakinan bahwa dia tidak sendirian di dalam perjalanan tersebut, Tuhan menemaninya, “sebab Engkau besertaku”.

Sdr-sdrku dalam situasi seperti pandemi saat ini, di mana kita harus melalui masa-masa sulit dan berbahaya, kita tidak akan merasa takut kalau kita tahu dan yakin bahwa kita tidak sendirian tetapi Tuhan beserta kita. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita memberi ketenangan walaupun dalam keadaan bahaya sekali pun.

Mari kita perhatikan kesaksian si pemazmur ketika berjalan dalam lembah kekelaman atau sering terjemahkan sebagai bayang-bayang maut atau kematian, namun Tuhan hadir maka apa yang akan terjadi:

Si pengembara merasa dihibur dengan kehadiran gada dan tongkat dari Sang Gembala.

"Gada" adalah jenis tongkat dimana dengan alat ini sang gembala memberikan pukulan lembut untuk menggiring domba saat mereka memasuki tempat-tempat yang dituju atau ke kandangnya. Sedangkan tongkat dipakai gembala ketika membawa kawanan domba-dombanya berjalan menuju padang rumput, tempat-tempat penggembalaan.

Tongkat ini juga dipakai untuk mendekatkan domba-domba dengan gembalanya, menuntunnya pada jalan yang benar atau menyelamatkannya dari kesulitan. Gada dalam ayat ini menunjukkan suatu jaminan bahwa Allah menjamin umat-Nya dalam kasih dengan kekuatan-Nya yang menghalau bahaya dan Tongkat adalah lambang dari bimbingan Allah dalam kehidupan kita

Dalam perjalanan yang berbahaya itu, tentu si pengembara akan mengalami ketakutan dan kelaparan. Ternyata dalam keadaan yang berbahaya itu, Tuhan menyediakan hidangan baginya dan Tuhan juga mengurapi kepalanya dengan minyak. Pengurapan minyak dalam bahasa Alkitab melambangkan sukacita. Suatu sukacita yang penuh melimpah karena merasa kehadiran Tuhan di dalam kehidupannya.

Kehadiran Tuhan di dalam perjalanan kehidupan kita sebagai orang-orang percaya atau beriman akan membawa dampak atau perubahan positif: dari berjalan di tengah kekuatiran dan ketidakpastian menjadi merasa aman dan tentram; dari hidup dalam kesepian atau terisolasi menjadi hidup dalam kekeluargaan atau persekutuan; dari merasa berkekurangan menjadi berkecukupan dan penuh dengan ucapan syukur.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Mazmur 23 ini diakhiri dengan dua penguatan atau penegasan:

  1. Kebajikan dan kemurahan Tuhan akan mengikuti seumur hidup kita. Kata kerja “mengikuti” adalah suatu kata kerja yang aktif dan sangat kuat (powerful). Bahwa hidup kita sebenarnya selalu diikuti dan dikejar oleh kasih Tuhan. Kasih Tuhan begitu besar kepada kita. Justru kita yang sering lari dan menghindar karena menganggap bahwa usaha kita akan lebih baik dari kemurahan Tuhan. Saat pandemi ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk berhenti menghindar atau melarikan diri tetapi membiarkan diri kita dirangkul dan mengalami kasih dan kebaikan Tuhan. Seperti domba yang berada di padang yang berumput hijau, seperti pengembara yang merasa dilindungi dan dicukupi sepanjang hidupnya.
  2. Kalimat terakhir adalah “Aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa”. Itulah pengharapan dan kerinduan dari si pemazmur bahwa ia akan tinggal bersama dengan Tuhan selamanya. Ia tidak berkeinginan untuk meninggalkan atau hidup berpisah dari Tuhannya. Bagian penutup Mazmur 23 ini merupakan suatu sukacita sejati dan tujuan dari hidup, yakni untuk mengasihi Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan, untuk tidak lagi hidup sendiri tetapi hidup di dalam persekutuan. Itulah indahnya hidup dalam persekutuan bersama dengan Tuhan. Tuhan memberkati kita semua.

AMIN.