Lukas 2: 1-20
Saudara-saudari, pemuda-pemudi, jemaat yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,
Ada tiga kata ‘jangan kamu takut’ yang menarik perhatian saya dalam masa-masa Advent 2020 ini, dan ini kita temukan dalam kitab Injil sebanyak empat kali. Malaikat Tuhan memberitakan kata ini kepada Zakaria, Maria dan Yusuf atau sekelompok orang yaitu gembala-gembala.
Yang menarik juga adalah bahwa nama mereka di sebut oleh malaikat.
‘Jangan takut hai Zakaria, sebab doamu telah dikabulkan’ (Luk.1:13);
‘Jangan takut hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah’ (Luk 1:30);
‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria, sebagai isterimu, sebab anak yang ada di dalam kandunganNya adalah dari Roh Kudus’ (Mat.1:20).
Kelihatannya, ‘jangan kamu takut’ adalah inti cerita Natal.
Tentu saja bukan hal yang asing jika saudara dikagetkan oleh kehadiran seorang malaikat. Saudara tidak tahu apa yang terjadi dan karena itu lumrah jika saudara merasa takut. Betapa istimewanya bahwa Tuhan telah menginstruksikan utusan-utusan-Nya sebelumnya untuk memulai dengan kata-kata itu: jangan takut! Apa arti tiga kata ini dalam perayaan Natal 2020 dimana ketakutan akan pandemi Covid-19 meliputi dunia dan manusia? Apa yang Allah ingin sampaikan kepada kita?
Saudara-saudari,
Ada cukup banyak hal yang membuat orang merasa takut, baik dalam perspektif dunia yang besar maupun dalam kehidupan pribadi kita sendiri. Takut akan terorisme, kekerasan, demonstrasi dengan kekerasan di mana segala sesuatu dihancurkan. Ketakutan dari anak-anak yang ada di lokasi perang dan di kamp pengungsi di pulau Lesbos, Yunani.
Gambar di bawah / disamping ini adalah anak-anak yang berdiri menunggu air jeruk di tempat penampungan dan pusat identifikasi di Moria, Lesbos, Yunani.
Bisa saja kita sendiri takut terjangkit atau menulari orang lain, takut membuat kesalahan, takut akan masa depan dan segala sesuatu yang akan datang dan pergi. Kita takut jika lockdown masih lama dan tidak dapat bertahan dengan keuangan kita saat ini. Kita bisa takut pada orang asing dan orang yang terlalu banyak masuk ke dalam keintiman kita sendiri, kita bisa takut pada keinginan-keinginan, suasana hati dan perasaan kesepian kita sendiri. Tanpa ada keseimbangan, ketakutan dapat menyebabkan berbagai konsekuensi negatif, seperti agresi, kesesakan, kesepian, fundamentalisme, atau bahkan keinginan yang berlebihan untuk dihormati. Apakah Anda terkadang memiliki ketakutan? Takut disakiti, takut kehilangan? Takut mati?
Saudara-saudari, pemuda-pemudi, jemaat Kristus,
Namun, ada kisah lain yang berlawanan dengan kenyataan ketakutan ini. Yaitu kisah dari Allah yang berkata, “Jangan takut.” Kisah tentang Yesus, yang adalah terang dunia. Dia datang ke dalam kegelapan ketakutan, dan kegelapan tidak dapat menguasainya. belum mengatasinya. Yesus Kristus, Firman Allah, berbicara kepada kita: Jadilah terang, terang dalam kegelapan ketakutan kita.
Pada malam itu, ada gembala-gembala di padang. Mereka duduk bersama dalam kegelapan, karena mereka harus menjaga dombanya. Mereka adalah gembala: orang yang tangguh, bukan yang cepat merasa takut. Tapi kemudian seolah-olah petir menyambar: cahaya dari surga menyambar mereka, tiba-tiba ada orang asing berdiri dekat mereka. Mereka menjadi ketakutan. Tapi kemudian sebuah suara terdengar - di tengah situasi yang menakutkan itu, di tengah keterkejutan mereka. Jangan takut. Malaikat berkata, "Jangan takut. Aku datang untuk membawa kabar baik kepada kamu."
Ya, saudara bisa bayangkan jika saudara menjadi gembala dan berada di sana pada malam hari. Mereka memang mempunyai alasan untuk takut dan ketakutan seringkali sangat nyata. Namun demikian mereka tetap mendengar dan terdiam: Jangan takut, karena aku datang untuk memberitakan kepadamu kesukaan besar! Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Ia lahir di kandang yang hina karena tidak ada tempat bagi-Nya di manapun. Allah telah memilih dan masih memilih sebuah cara untuk bisa dekat dengan kita manusia, untuk menjadi sama dengan kita.
Saudara-saudari,
Ditengah ketakutan mereka ketika ada di padang saat itu, ketakutan kita sendiri sekarang ini, inilah lawan cerita dari Natal. Kisah Allah yang berkata: Jangan takut. Aku berbagi hidup denganmu, Aku tidak akan menyerahkan engkau pada nasibmu. Aku mau menjadi setara denganmu, memberimu perspektif, membuatmu hidup oleh cinta kasih. Itu adalah cerita balasan untuk Natal. Rasa takut menyesak dan melumpuhkan, tetapi pesan Natal memberi ruang. Seorang Anak telah lahir untuk kita! IA memberi kita terang dan sukacita!
Dalam semua ketakutan, Kristus menguatkan saudara kembali sehingga saudara dapat berjalan dengan perspektif baru. Firman Allah telah menjadi daging. Di dalam Yesus, Allah sendiri telah mendekat dengan kita manusia. Itu memberi kita harapan. Dengan Allah sebagai rekan seperjalanan, sebenarnya tidak ada yang bisa salah. Dia memenuhi saudara dengan cinta kasih dan sukacita.
Itulah sebabnya para gembala meninggalkan domba mereka dan pergi mencari Yesus. Ketika mereka menemukan Yesus, mereka benar-benar lupa betapa takutnya mereka.
Dan dengan sukacita mereka kembali ke kawanan domba mereka, dan mereka memuji dan memuliakan Allah untuk segala sesuatu yang telah mereka lihat.
Dia tahu ketakutan kita, mimpi buruk kita, dan Dia berdiri di dekat kita dan menguatkan kita: "Jangan takut. Jangan fokus pada ketakutanmu, tapi pusatkan segala perhatianmu pada-Ku. Aku adalah Immanuel – Allah menyertai kita - menyertaimu. Aku ada. Aku akan ada/hadir dalam hidupmu.
Saudara-saudari,
Rasa takut juga dapat memainkan peran utama di gereja, di semua bidang, tetapi ketakutan bukanlah kata terakhir, melainkan cinta kasih. Dan terlepas dari kenyataan bahwa kita tidak datang bersama untuk merayakan Natal regional dan landelijk/secara keseluruhan, melalui Kabar Baik tentang dan dari Yesus Kristus, kita dapat berulang kali mengalaminya dalam doa, dalam ibadah-ibadah dan komitmen kita satu sama lain, bahwa Allah menginginkan hidup kita dan kita ada untuk satu sama lain. Gereja, umat Allah yang sedang dalam perjalanan, harus terus menerus mendorong kita untuk melewati rasa takut dan hidup dalam keyakinan di dalam Roh Allah.
Marilah kita tidak dipimpin oleh ketakutan tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kita biarkan diri kita dipimpin oleh cinta kasih Kristus, cinta kasih yang menghalau segala ketakutan.
Mungkin saudara berpikir: Mudah saja mengatakan, ‘jangan takut’, tetapi bagi saya itu tidak begitu saja terjadi. Memang benar, hal itu tidak terjadi dengan sendirinya. Hal itu bisa berhasil jika saudara memusatkan perhatian pada hal-hal yang ada ‘di atas’. Beth Moore dalam bukunya ‘Firman Allah, Berdoa’, mengatakan: Mengisi pikiran-pikiran kita dengan Firman dan mengenali ‘keilahian’ Allah adalah sesuatu bagian yang krusial dari pembaharuan pola pikir. Ini membawa kita pada rahasia dari berita Injil! Bayi Yesus di dalam palungan adalah Allah dan karena itu dapat diberitakan dengan keras dan besar: ‘Jangan takut’!.
Mungkin saudara-saudara tahu lagu dari Guus Meeuwis: `Sekarang beri aku ketakutanmu, aku akan memberimu harapan sebagai balasan, sekarang beri aku malam, aku akan memberikan pagi kepadamu.’ Yesus menyanyikan itu untukmu: ‘berikan ketakutanmu kepada-Ku.'
Ketakutan boleh ada. Ketakutan akan apa yang akan datang - ketakutan itu ada, saudara tidak dapat mengabaikannya. Saudara membawanya dalam diri saudara dan saudara dapat memberikannya kepada Anak dari Bethlehem. Beri ketakutanmu kepada Yesus. Itulah Natal. Dan saudara mendengar kata-kata ini setiap hari. Karena kata 'jangan takut' muncul 365 kali dalam Alkitab dengan varian berbeda: jangan takut, jangan gelisah, jangan biarkan hatimu cemas, jangan putus asa, jangan kecil hati, bertahanlah dan Aku, Tuhan Allahmu akan menolongmu.
Jemaat kekasih Kristus,
Hal ini menunjukan kepada kita bahwa Allah, dalam masa-masa penuh ketakutan dan kekuatiran yang besar, juga di saat corona ini, menjaga dan melindungi kita. Nama kita tertulis pada telapak tangan-Nya, dan itu tidak akan sirna. Itu akan ada selamanya pada Allah. Dan tidak ada seorangpun yang jatuh selain jatuh dalam tangan-Nya. Tidak ada seorangpun yang hidup, selain hidup untuk Dia.
Kita terancam dan krisis korona kini menghantui kita siang dan malam. Seperti apa masa depan nanti? Bagaimana rasanya menjadi gereja di masa korona? Apakah vaksinnya berhasil? Apakah masyarakat dengan jarak satu setengah meter merupakan cara baru untuk hidup satu sama lain? Dalam saat-saat yang bergejolak ini kita memiliki banyak pertanyaan, juga dalam ketakutan kita sendiri. Tetapi Yesus berkata: meskipun engkau merasa terancam oleh korona, masa depan yang tidak diketahui, kekuatiran dan masalah dalam hidupmu, jangan takut, karena Aku menyertaimu. Itulah Natal. Saya mengucapkan kepada saudara semua di gereja dan di rumah, Selamat Natal 2020 dan selamat Tahun Baru 2021. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Amin.