Matius 1:18-25

Jemaat yang terkasih. Tema Natal Seluruh GKIN hari ini didasarkan pada tema Natal bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Dengan tema ini kita menunjukkan hubungan kita satu sama lain, dengan gereja-gereja di Indonesia. Kita, di Belanda, Belgia, Indonesia, di seluruh dunia saat ini sedang mengalami keadaan yang sama, yaitu pandemi corona. Untuk banyak negara, pandemi ini merupakan krisis terbesar setelah Perang Dunia II. Walaupun demikian, kita tidak hanya berbagi keadaan yang sama, tetapi juga berbagi kabar baik (Injil) Natal yang sama. Allah berinkarnasi di dalam AnakNya Yesus Kristus. Kita berbagi satu pesan yang sama tentang penyertaan Allah yang tetap: Imanuel, Allah beserta kita.

Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Yusuf mengalami salah satu keadaan tersulit dalam hidupnya. Ia mempunyai rencana besar bersama dengan Maria. Mereka akan menikah dan berkeluarga. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Sama seperti semua calon pasangan, Yusuf menanti-nantikan hari besar itu. Mungkin Yusuf mulai menghitung mundur berapa hari lagi tanggal pernikahan mereka.

Namun, sukacita itu berubah sepenuhnya menjadi kesedihan, kekecewaan. Maria yang ia kasihi hamil ... tapi bukan darinya. Yusuf sudah bersemangat untuk hidup bersama Maria, namun sekarang tidak bisa lagi. Rupanya sesuatu telah terjadi dan ia tidak mengerti. Padahal Maria adalah orang yang paling setia. Apakah Maria sudah memberitahu mengenai malaikat yang datang kepadanya dan memberi tahu bahwa ia akan hamil? Di Alkitab tidak tertulis apakah Maria sudah memberitahu Yusuf, jadi kita tidak tahu. Namun yang pasti sekarang Maria hamil. Jika Yusuf bertindak menurut hukum pada waktu itu, maka ia bisa menggugat Maria karena mereka sudah resmi bertunangan. Tidak bisa dibatalkan begitu saja. Emas kawin juga sudah diberikan. Hanya saja pernikahan belum terjadi, karena itu mereka belum tinggal bersama.

Malam itu Yusuf tidak dapat tidur. Ia merasa sedih dan sakit hati. Kepalanya penuh dengan kekuatiran. Harus bagaimana sekarang? Saya pikir Yusuf beberapa jam bolak-balik di ranjang karena tidak bisa tidur. Maria hamil... Maria yang ia kasihi. Mungkin Yusuf berpikir: ‘Ada pria lain ini ... Kalau begitu biar Maria dengan dia saja. Antara aku dan Maria sudah berakhir!’ Yusuf berpikir lagi: ‘Apa yang akan aku lakukan sekarang? Tidak. Aku tidak akan membawa Maria ke pengadilan. Aku tidak mau! Aku tidak mau mempermalukannya. Begini saja: aku akan memutuskan pertunangan dengan diam-diam.’ (BIS).

Dengan kesedihan dan kelelahan akhirnya Yusuf tertidur. Namun kemudian, tiba-tiba ia bermimpi! Seorang malaikat berkata: ‘Yusuf anak Daud (keturunan raja Daud), janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab Anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus (artinya Allah menyelamatkan).’

Ini berarti: ‘Yusuf, engkau harus memberikan nama! Dengan memberikan nama, maka engkau mengakui Anak ini sebagai anak sahmu menurut hukum. Demikian Ia menjadi pewaris sah dari tahta Daud.’ Ini mengingatkan saya pada peristiwa sesudah kelahiran kedua putra saya. Dalam 3 hari sesudah kelahiran, saya harus mendaftarkan kelahiran di balai kota. Di tahun 2003 di Nijkerk dan di tahun 2005 di Amstelveen.

Kemudian Yusuf terbangun. Yusuf menyadari sepenuhnya: ‘Ini bukan mimpi biasa! Ini adalah pesan Allah!’ Tiba-tiba ia dipenuhi dengan shalom, damai sejahtera. Ia menjadi lega. Maria hamil karena Roh Kudus! Yusuf tidak berkeras hati mengikuti rencana semulanya. Ia menyesuaikan diri dengan rencana Allah. Sebagai orang yang tulus hati, Yusuf memilih untuk taat kepada Tuhan. Ia mengambil Maria sebagai isterinya. Ia akan membesarkan Sang Anak itu.

Yesus, Anak itu, adalah penggenapan janji Allah akan kedatangan Sang Mesias, seperti yang kita baca tadi di ayat pembukaan dari Yesaya 7:14. Melalui kelahiran Yesus, zaman baru telah datang. Zaman lama ‘Allah melawan kita’ atau ‘Allah tanpa kita’ diganti dengan zaman ‘Allah beserta kita’. Mathhew Henry menulis di dalam tafsiran Alkitabnya:

Dalam terang alamiah, kita melihat Allah sebagai ‘Allah di atas kita’ (Allah itu besar).

Dalam terang hukum Allah, kita melihat Allah sebagai ‘Allah melawan kita’ (karena kita orang berdosa).

Namun dalam terang Injil, kita melihat Allah sebagai Imanuel, ‘Allah beserta kita’.

Pernahkah kita memikirkan betapa istimewanya bahwa kita hidup di zaman sesudah kelahiran Yesus, di zaman penyertaan Allah. Sungguh suatu anugerah. Sungguh suatu berkat!

Allah tidak memaksa manusia untuk menjadi ‘Allah beserta kita’. Tidak. Allah menawarkan itu kepada setiap manusia. Allah ingin agar manusia menjawab kasihNya dengan kasih. Ketika kita membuka hati kita bagi Yesus, Sang Anak Natal, maka Ia akan masuk ke dalam hidup kita untuk menjadi ‘Allah beserta kita’. Sambutlah Yesus (kembali) dalam hati anda pada Natal ini.

Imanuel, Allah beserta kita. Itu berarti bahwa kita bergantung padaNya. Ambillah contoh dari uang logam 2 euro Belanda. Apakah anda memilikinya di dompet anda? Di sisi uang logam 2 euro ada tulisan: Allah beserta kita (atau Imanuel).

Tulisan di sisi mata uang Belanda itu dimulai 200 tahun yang lalu. Tentu waktu itu masih gulden. Meskipun banyak orang Belanda sekarang tidak mau berhubungan dengan Tuhan, namun tiap orang diingatkan bahwa ‘Tuhan beserta kita’. Ini mengingatkan kita bahwa apa yang kita miliki, apa yang bisa kita belanjakan, apa yang kita butuhkan untuk hidup sehari-hari, perekonomian negara yang berjalan baik, daya beli penduduk, apa yang bisa kita bagikan dengan orang lain, itu semua berasal dari tangan kasih Allah. Itu semua ada karena ‘Allah beserta kita’.

Bolehkah saya bertanya? Dengan orang terkenal manakah anda ingin menghabiskan satu hari? Yang satu ingin menghabiskan satu hari dengan raja. Yang lain dengan presiden atau perdana menteri. Atau dengan bintang film, pemain bola terkenal, koki kenamaan. Remaja atau pemuda mungkin ingin menghabiskan satu hari dengan Youtuber kenamaan atau seorang influencer. Sebutkanlah satu nama.

Jika itu terjadi, sungguh suatu momen yang tak terlupakan. Betapa gembiranya kita. Di hari Natal lebih dari 2000 tahun lalu, terjadi hal yang jauh lebih besar dari itu. Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuan, lahir di dunia ini: Yesus, Sang Imanuel. Ia beserta kita. Tidak hanya untuk satu hari. Tidak untuk sebentar. Tidak untuk waktu terbatas. Namun selamanya! Karena itu bersukacitlah! Rayakan Natal dengan sukacita!

Di Belanda ada pepatah yang berbunyi: ‘Tiap orang masing-masing. Tuhan untuk kita semua’. Apa artinya? ‘Tidak ada yang saling membantu’ (urus diri masing-masing). Pepatah ini berlawanan dengan Imanuel. Imanuel mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh menikmati penyertaan Allah sedemikian rupa sampai kita menutup mata terhadap orang lain. Jangan mendegradasikan Imanuel menjadi ‘Allah beserta saya saja’ atau: ‘Aku, aku, aku’. Karena itu Yesus mengajar kita berdoa: ‘Bapa kami ...’ Kesadaran bahwa ‘Allah beserta kita’, membuat Yusuf ingin terus bersama Maria. Di saat senang maupun susah. Juga di saat ia bersama Maria pergi ke Betlehem. Juga di saat mereka lari ke Mesir dengan Sang Anak. Pertanyaan perenungan kita adalah: ‘Apakah anda mengenal orang yang saat ini membutuhkan penyertaan Allah, bersama atau melalui anda?’

Di dalam sejarah dunia, ada peristiwa di mana ‘Allah beserta kita’ disalahgunakan. Ingat saja misalnya Perang Salib di abad pertengahan. Ingat juga ikat pinggang tentara Nazi dengan tulisan ‘Gott Mit Uns’ (Allah beserta kita). Ingat juga kelompok-kelompok radikal di Indonesia yang bertumbuh pesat sejak 1998, ataupun kelompok radikal di tempat lain, yang menabur kebencian dan intoleransi, yang menyalahgunakan agama untuk kepentingan agenda (politik) mereka. Karena itu hari ini kita juga diingatkan untuk tidak menyalahgunakan ‘Imanuel, Allah beserta kita’ untuk kepentingan agenda kita.

Jemaat terkasih. Hari ini kita merayakan bersama kebaktian Natal seluruh GKIN secara online. Betapa kita ingin berada bersama di gereja seperti tahun-tahun yang lalu bersama dengan lebih dari 500 orang. Justru di tahun ini di mana GKIN berulang tahun ke 35. Pandemi corona mengguncang kehidupan banyak orang. Kita disadarkan bahwa tidak ada hal yang dapat otomatis terjadi. Kita tidak bisa mengendalikan segala sesuatu. Kita dikonfrontir dengan kerentanan hidup. Kita menyadari sepenuhnya bahwa kita membutuhkan Tuhan dalam hidup ini. Puji Tuhan. Hari ini adalah hari Natal, kelahiran Yesus. Ketahuilah bahwa NamaNya adalah Imanuel: Allah beserta kita. Di saat senang, Yesus adalah Imanuel. Di saat susah Yesus juga Imanuel. Juga di pandemi corona ini. Kita tidak usah takut, karena kita tidak pernah sendiri. Yesus ada bersama kita. Ingat apa yang Ia katakan sebelum Ia naik ke sorga: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman!” Suatu janji yang tidak seorangpun dapat menepatinya selain Yesus.

Kisah Natal hari ini memberikan kita semangat. Hidup ini bisa berbeda dengan apa yang kita harapkan. Peristiwa-peristiwa dalam hidup ini dapat mengecewakan kita. Orang-orang bisa mengecewakan kita. Kita dapat mengalami kesulitan, seperti yang Yusuf alami. Namun ketahuilah sedalamnya bahwa Yesus adalah Imanuel: Allah beserta kita. Jangan panik. Jangan memikirkan segala skenario negatif. Sesuaikan hidup anda dengan rencana Tuhan. Ikutlah Dia! Seperti dalam 9 bulan ini di kebaktian-kebaktian Online, saya bersama dengan Pdt. Stanley Tjahjadi dan Pdt. Marla Winckler- Huliselan ingin menguatkan anda semua. Kuatkan dan teguhkan hati! Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Saya ingin mengakhiri khotbah ini dengan sebuah puisi dari Nel Benschop.

Imanuel- Allah beserta kita

Dengar: ada yang ingin kukatakan;

oh tidak, ini bukan cerita baru,

dan aku menggunakan bahasa sederhana,

tidak banyak yang bisa dijelaskan.

 

Hanya ini: Allah tahu bahwa manusia

bisa sangat kesepian,

bahwa mereka harus memikul sendiri

rasa takut dan sakit sampai batasnya.

 

Kekuatan dan keberanian telah terlampaui;

demikian mereka melangkah dengan keputusasaan,

karena tidak ada orang yang mendengar teriakan minta tolong,

tidak ada orang yang tahu apa yang diderita.

 

Karena Allah tidak tahan

dunia ciptaanNya binasa,

Ia mengutus AnakNya, yang sungguh

ingin bersama kita. Ia mendengar keluhan kita.

 

Lihat, karena itulah Tuhan lahir-

Natal berarti: Ia besertaku

dan aku besertaNya. Allah itu dekat,

engkau boleh menjadi milikNya selamanya.

 

Selamat Natal.

Amin!