Mikha 4:1-8

 

Siapa yang pernah melihat patung ini? Patung perunggu seorang pandai besi yang sibuk menempa sebuah pedang menjadi mata bajak. Patung ini berada di seberang gedung utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Patung ini diberikan di tahun 1959 oleh Uni Soviet (yang waktu itu masih ada) untuk PBB. Patung ini adalah simbol dari akhir kekerasan dan dimulainya perdamaian dunia. Untuk itulah PBB dibentuk.

Di dekat patung itu ada juga tembok perdamaian dengan teks dari Yesaya 2:4 yang sama dengan teks kita (Mikha 4:3). ‘Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.

Sungguh suatu penglihatan yang istimewa di Mikha 4. Namun apakah ini tidak bertentangan dengan apa yang kita lihat sehari-hari di dunia? Juga setelah pembentukan PBB ada banyak peperangan dan konflik antar negara dan antar suku bangsa. Demikian juga ada banyak serangan teroris yang terjadi. Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Ketidakdamaian bukan hanya terjadi dalam skala besar, namun juga dalam skala kecil: di keluarga inti, keluarga besar, dan juga antara teman.

Kontradiksi yang sama juga kita baca di kitab Mikha. Siapakah Mikha? Mikha adalah seorang nabi pada saat Israel terpecah dua bagian: kerajaan Utara Israel (10 suku) dan kerajaan Selatan Yehuda (2 suku). Kerajaan Utara Israel akan segera berakhir. Terus-menerus mereka diperintah oleh raja yang melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Tuhan berkata kalau mereka tidak bertobat dari jalan yang jahat, maka mereka akan mengalami kehancuran. Demikianlah itu terjadi. Bangsa Asyur bergerak maju dan pada zaman Mikha seluruh Kerajaan Utara Israel dikuasai oleh Asyur dan sebagian besar penduduknya dibawa ke pembuangan.

Bagaimana dengan Kerajaan Selatan Yehuda? Yehuda beribukotakan Yerusalem. Di Yehuda kadang ada raja yang baik dan kadang raja yang jahat. Di zaman Mikha, raja yang memerintah adalah kira-kira raja yang paling jahat yang pernah memerintah. Itulah raja Ahas. Ahas menempatkan berhala di mana-mana, bahkan sampai di dalam bait Allah. Ahas mempersembahkan korban anak kepada berhala. Bahkan anaknya sendiri ia persembahkan sebagai korban dalam api (II Raja 16:3). Di zaman Ahas orang miskin dieksploitasi. Janda dan anak yatim piatu diusir dari rumah mereka. Korupsi merajalela. Banyak okultisme dan peramalan. Begitu juga banyak pembunuhan. Di mana-mana ada ketidakadilan, dosa, dan kejahatan. Tiga pasal pertama dari Mikha berisi gugatan Allah terhadap umatNya. Mikha diperintahkan Allah untuk memberitakan penghukuman Allah. Allah berkata di pasal 3:12: ‘Sebab itu oleh karena kamu maka Sion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan.

Allah sangat marah. Namun perhatikan kelanjutannya, bagaimana pasal 3 beralih ke pasal 4 yang kita baca hari ini. Di pasal 3 Allah berkata: ‘Aku akan menjadikan Yerusalem puing-puing.’ Di pasal 4 Allah berkata: ‘Namun … pada hari-hari yang terakhir Yerusalem akan bersinar dengan kemuliaan dan akan menjadi pusat dunia! Bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke sana untuk belajar tentang Allah, dan dari Yerusalemlah akan keluar pengajaran dan pengenalan akan Allah akan memenuhi bumi ini.’ Mikha 4 membawa pesan pengharapan dan pemulihan!

Kapankah itu terjadi? Kapankah hari-hari yang terakhir? Mikha melihat sebuah penglihatan tentang hari-hari yang terakhir. Namun penglihatan itu digenapi dalam dua fase. Pertama, penglihatan ini digenapi melalui kedatangan Yesus 2000 tahun yang lalu. Kemudian, penglihatan ini nanti akan digenapi sepenuhnya kalau Yesus kembali ke dunia ini. Itulah yang kita nanti-nantikan! Itulah Advent. Hati kita dipenuhi dengan penantian. Karena itu kita menyanyi: ‘Maranatha’, yang berarti: ‘Tuhan kita akan datang’ (Wahyu 22:20).

Jadi sekarang kita sudah bisa melihat bagaimana nubuat ini digenapi! Lihat saja di Yerusalem bagaimana para peziarah dari seluruh dunia datang. Mengapa? Karena dari Yerusalemlah Firman Allah menyebar ke seluruh dunia! Di Yerusalemlah, Tuhan Yesus memberikan perintahNya: ‘Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’ (Kisah Para Rasul 1:8).

Syukur karena kedatangan Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu, karena pengorbananNya di atas kayu salib, karena kebangkitanNya di hari Paskah, karena kehidupanNya di dunia ini, terjadilah apa yang kita baca: banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Yesus Kristus adalah Sang Mesias. Ia adalah Raja Damai. Ia membawa damai, shalom! Damai tidak dapat diciptakan oleh manusia. Damai haruslah diberikan oleh Sang Raja Damai. Yesus datang untuk mendamaikan kita dengan Allah, untuk memulihkan relasi kita dengan Allah. Damai dengan Allah ada dampaknya. Damai antara manusia dengan Allah menghadirkan damai antara manusia dengan sesamanya. Juga antara manusia dengan ciptaan Allah lainnya (alam ciptaan). Shalom! Damai itu bukan hanya nanti di surga, tetapi sekarang ini juga kita dapat mencicipinya. Damai dari Sang Raja Damai berlaku di sini dan sekarang!

Seorang pria pergi ke pusat penjualan tanaman dengan anak-anaknya yang saling bertengkar. Suatu saat ia tidak tahan lagi dan dengan putus asa berteriak: ‘Sekarang berhenti! Yang saya inginkan hanya ketenangan, damai dan bunga yang indah!’ Istrinya menjawab dengan tenang: ‘Suamiku, rasanya itu namanya pemakaman.’ Memang ada orang yang mengartikan damai hanya dengan ketenangan kuburan. Namun ketahuilah bahwa damai itu sudah datang dengan kedatangan Raja Damai. Damai di bumi bukan berarti tidak adanya ketidakdamaian. Damai di bumi berarti di tengah padang gurun ketidakdamaian, anda menemukan oasis shalom.

Pada akhirnya keadilan akan ditegakkan. Pada akhirnya segala bentuk kekerasan, kejahatan dan ketidakadilan akan dilenyapkan. Dapatkah anda bayangkan? Di tiap desa ada seorang pandai besi. Di depan bengkelnya berbaris para serdadu dengan pedang besar di tangan. Api menyala di dekat landasan tempa. Pandai besi itu tidak pernah sesibuk ini. Dari pagi sampai malam ia bekerja. Semua pedang harus ditempa menjadi mata bajak. Para serdadu menanggalkan seragam dan mengenakan pakaian petani. Dengan mata bajak mereka pergi ke sawah. Mereka membajak, menabur, dan tidak butuh waktu lama mereka memotong padi. Lumbung-lumbung menjadi penuh! Dapatkah anda bayangkan? Di pintu masuk pabrik senjata ada papan bertuliskan: ‘Karena kedatangan Kerajaan Allah, ditutup untuk selamanya!’ Kalau Mesias menjadi Raja di Yerusalem, maka penglihatan ini akan digenapi sepenuhnya. Karena itu jangan kita lepaskan penglihatan ini!

O, betapa indahnya dunia seperti itu! Dunia yang baru itu, langit dan bumi yang baru yang diciptakan Allah. Namun sekarang juga kita boleh mencicipinya di sana-sini. Orang-orang yang karena Injil Yesus Kristus mengalahkan kebencian dan bisa mengampuni. Orang-orang yang mengulurkan tangan kepada musuh-musuh mereka.

Bicara tentang perdamaian, kita bisa belajar dari Ibo Omari, dengan inisiatifnya #Paintback. Ibo Omari, anak dari pengungsi, mempunyai toko menjual bahan grafiti di distrik multikultural Schöneberg di Berlin. Suatu hari (tahun 2015), seseorang memberitahukan tentang coretan lambang swastika (Nazi) di sebuah taman bermain. Seminggu kemudian ia lihat lagi gambar swastika di daerahnya. Ketika itu mulailah ia beraksi bersama dengan artis jalanan lainnya. Dengan senjata cat semprot di tangan, ia berburu swastika. Ia juga mengadakan workshop: anak-anak diberikan kertas putih dengan gambar swastika dan diberikan tugas untuk dengan kreatif membuat gambar daripadanya. Gambar-gambar itu diaplikasikan di coretan swastika yang ada di jalan-jalan. Demikianlah swastika diganti menjadi sesuatu yang penuh kasih atau yang lucu. Demikian Ibo Omari bereaksi terhadap ‘rasisme’. Kebencian ditransormasikan menjadi kasih, damai.

 

Raja Damai membawa damai. Apa lagi yang  tertulis tentang Raja Damai?Raja Damai memelihara umatNya seperti seorang gembala. Mengharukan apa yang tertulis di ayat 6: ‘…Aku akan mengumpulkan mereka yang pincang, dan akan menghimpunkan mereka yang terpencar-pencar dan mereka yang telah Kucelakakan…

Di sini kita membaca tentang Raja yang juga Gembala yang memelihara domba yang pincang. Gembala yang mengumpulkan domba yang terpencar-pencar. Gembala yang memelihara domba-dombaNya.

Selanjutnya di ayat 8: ‘Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba, hai Bukit puteri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali  pemerintahan yang dahulu, kerajaan atas puteri Yerusalem.

Mikha membandingkan Yerusalem dengan Menara Kawanan Domba yang dipakai oleh gembala mengawasi domba-dombanya, untuk melihat apakah tidak ada domba yang tersesat.

 

Jika Raja Damai memerintah, Ia akan berdiri seperti gembala di menara itu, untuk menjaga domba-domba. Bukankah itu gambaran yang indah? Seperti itulah Yesus sebagai Raja! Ia menjaga anda dan saya. Ia mempersatukan kita kembali (seperi kebaktian tatap muka yang semakin banyak dihadiri). Raja Damai adalah Gembala yang baik.

Jemaat terkasih. Dengan rasa syukur kita memasuki minggu Advent pertama. Raja Damai telah datang. Sambutlah Sang Raja Damai dalam hidupmu! Persiapkan diri menyambut Natal, pesta kelahiranNya. Di tengah situasi apapun, juga di tengah pandemi corona ini, kita boleh bersukacita atas kedatangan Sang Raja Damai. Seperti lagu pembukaan kita ‘Putri Sion, nyanyilah! Soraklah Yerusalem! Mari sambut Rajamu. Raja Damai terimalah’. Biarlah Sang Raja Damai memerintah hidup kita. Biarlah Yesus memelihara dan memimpin hidup kita sebagai Gembala yang baik. Jangan takut. Percayalah padaNya!

Advent bukan hanya mengingat kedatangan Kristus yang pertama, namun juga menantikan kedatanganNya kedua kali. Yesus akan datang pada saat yang tidak terduga. Bersiaplah untuk kedatanganNya kembali! Nabi Mikha memberitahukan kita tentang penglihatan damai. Akan ada akhir dari segala kekerasan. Akan ada waktunya bahwa damai dari Sang Raja Damai akan memenuhi seluruh dunia ini. Maukah kita menjalani hidup seperti penglihatan ini? Menjaga hidup orang agar tiap orang berkecukupan dan aman, daripada memberantasnya? Maukah kita berhenti memakai lidah kita sebagai senjata yang menyakiti orang lain? Ataukah kita mempunyai senjata lain? Serahkan semua senjatamu kepada Yesus. Ia akan menempanya menjadi instrumen damaiNya. Talenta apa (yang belum dimanfaatkan) yang dapat kita gunakan bagi KerajaanNya? Maukah kita menguatkan orang lain, memberi tahu bahwa ada damai melalui kedatangan Sang Raja Damai?

Amin.