Pembacaan Alkitab: Habakuk 3:16-19

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Kita bersyukur untuk kesempatan yang Tuhan masih berikan kepada kita untuk dapat beribadah bersama, di tengah situasi kehidupan dunia yang semakin sulit dan mengkuatir-kan saat ini. Apa yang terjadi beberapa minggu terakhir ini di Eropa, khususnya di Belanda, membuat kita semua berada dalam suasana yang tidak menentu. Semua itu terjadi di luar kemampuan atau kontrol kita sebagai manusia.

Pandemi gelombang kedua yang terjadi di Eropa, ternyata telah mengakibatkan lebih banyak korban dibandingkan dengan pandemi yang terjadi di kuartal pertama tahun ini. Saat ini beberapa negara di sekitar Belanda, seperti Belgia, Jerman dan Perancis telah menutup diri atau lockdown untuk waktu tertentu. Sedangkan di Belanda sendiri, walaupun tidak atau belum dinyatakan lockdown penuh, tetapi peraturan semakin diperketat.

Kita tahu, orang-orang yang terkena positif Covid 19, masih relatif banyak, sehingga rumah sakit di Belanda, masih penuh dan kewalahan untuk menampung dan merawat para pasien. Mereka kekurangan tenaga medis. Ancaman terkena virus corona ini, terasa semakin dekat dengan kita. Beberapa teman dekat bahkan mungkin anggota keluarga kita, sudah ada yang terkena dan menjadi korban virus corona ini. Kita harus mengalami kenyataan, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, selama masa pandemi ini

Izinkan saya bertanya, bagaimana suasana hati sdr-sdr saat ini? Apa yang sedang memenuhi dan menguasai hati sdr-sdr dan saya? Mungkin kejadian atau peristiwa yang terjadi saat ini, membuat kita semakin kuatir dan takut.  Inilah keberadaan kita manusia yang terbatas. Namun, sebagai orang-orang percaya dan pengikut Kristus masa kini, kita tidak sendirian. Dan yang terpenting, kita yakin bahwa Tuhan yang kita sembah dan imani, ada dan hadir bersama kita. Ia adalah Allah Maha Kasih dan Maha Kuasa. Ia peduli akan keberadaan kita.

Saya mengajak kita semua belajar dari perikop kita, Habakuk 3:16-19. Seluruh isi kitab Habakuk merepresentasikan nubuatan, yakni pesan atau penglihatan yang nabi Habakuk terima dari Tuhan. Saat itu nabi Habakuk sedang bingung menyaksikan kerusakan moral dan spiritual di kalangan umatnya di Yerusalem. Lalu ketika ia memohon agar Allah campur tangan dan menolong mereka, ternyata situasinya semakin bertambah buruk. Karena bukannya ditolong, Tuhan justru mengirim bangsa Babel yang kejam untuk menghancurkan kota Yerusalem dan menawan umatnya.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus, kitab Habakuk yang berisi nubuat pendek ini, menggambarkan pergumulan nabi Habakuk, yang dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang mengelisahkan hatinya, mengapa Allah membiarkan kemerosotan spiritual dari kaum Israel, yang adalah umat pilihan Allah (Hab 1). Lalu Habakuk, juga harus sabar menantikan petunjuk dari kehendak atau Firman Allah (Hab 2:1-5). Habakuk menjadi kaget dan ngeri ketika menerima pesan Allah, ternyata suatu penghakiman yang akan diterima umat-Nya karena berpaling dari jalan Tuhan (Hab 2:6-20).

Selain itu, Habakuk juga mendapat penglihatan akan tindakan keselamatan Allah bagi umat-Nya (Hab 3:1-15). Dan perikop kita, Habakuk 3:16-19 adalah bagian akhir atau penutup dari kitab Habakuk. Bagian ini terkenal dan merupakan salah satu bagian yang indah dari sebuah nubuatan yang kurang dikenal. Bagian ini juga sering dinyanyikan atau dikotbahkan.

Yang menarik dari perikop ini ialah kita bisa melihat terjadinya suatu perubahan hati dari nabi Habakuk. Dalam ayat 16, dikatakan, “Ketika aku mendengarnya gemetarlah hatiku…aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan…” Lalu dalam ayat 18 dikatakan, “namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” Jadi kita lihat bagaimana suasana hati Habakuk, dari gentar namun ia tetap tegar bahkan sanggup bersukacita. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan terjadinya perubahan hati dalam diri Habakuk?

Jawabannya adalah iman atau keyakinannya pada Tuhan Allah. Di tengah-tengah penderitaan dan kehancuran yang sedang dialami oleh bangsa atau umat-Nya, Habakuk yakin bahwa Tuhan Allah Yang Mahakuasa tetap memegang kendali kehidupan umat-Nya. Habakuk tidak terfokus kepada penderitaannya yang berat tetapi pada Tuhan – yang ia akan nantikan (ayat 16), yang di dalam-Nya ia kan bersorak-sorak (ayat 18), dan oleh-Nya ia akan dikuatkan (ayat 19). Habakuk percaya dan juga mempercayakan diri sepenuhnya hanya pada Tuhan yang memegang kendali atas apapun yang terjadi di dunia ini.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Setidaknya ada 3 hal yang dapat kita pelajari dari perikop kita, melalui sikap nabi Habakuk yang tetap mempercayai rencana Allah dalam situasi apa pun yang terjadi.

1. Bersabar dalam Tuhan (ayat 16).

Pada ayat 16, digambarkan suasana hati Habakuk yang “gemetar”. Mengapa ia gemetar? karena penglihatannya dari Allah mengenai apa yang akan terjadi dan dialami oleh umatnya, yakni serbuan atau penyerangan bangsa Babel dan juga kehancuran kota Yerusalem. Kita bisa bayangkan kota Yerusalem, di mana bait Allah berdiri dan juga merupakan pusat keagamaan bagi bangsa Israel, akan dihancurkan. Apa konsekuensinya? kehidupan ekonomi dan juga sosial akan hancur pula. Sungguh mengerikan bukan! Tidak mengherankan kalau Habakuk, merasa gemetar dan juga bibirnya menggigil.

Dalam ayat 16 ini pula, dikatakan, “…namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan…” Kata “namun” di sini merupakan kata yang signifikan, yang menunjukkan sikap atau respon Habakuk dalam menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupannya. Memang benar apa yang akan terjadi menakutkan, namun Habakuk “bersabar dalam Tuhan”. Oh sungguh, tidak mudah bagi kita manusia, untuk tetap bersabar, terlebih lagi dalam situasi atau suasana menghadapi penderitaan.

Habakuk sanggup sabar dalam masa sulitnya, karena ia tidak mengandalkan kesabarannya yang terbatas tetapi ia “Bersabar di dalam Tuhan”. Artinya, ia tidak bersabar seorang diri tetapi bersama Tuhan. Dan Tuhan-lah sebenarnya yang memberi dia kekuatan untuk sanggup bersabar menantikan hari kesusahannya.

Sdr-sdr, bagaimana dengan kita? Tidak terasa sudah hampir 1 tahun kita berada ditengah suasana pandemi yang mengancam kehidupan kita. Apakah kita masih tetap punya kesabaran untuk menantikan sampai berakhirnya pandemi ini? Mari dalam masa penantian ini, kita tidak mengandalkan kekuatan kita tetapi kita mengandalkan kekuatan Tuhan. Kita mohon kesabaran dari Tuhan yang “panjang sabar” dalam masa sulit ini supaya kita tetap “Bersabar dalam Tuhan”

“Bersabar dalam Tuhan” tidak berarti bahwa kita diam saja atau tidak melakukan apa-apa. Sabar bukan dalam arti pasif melainkan kreatif. Kita memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada selama masa pandemi ini, untuk lebih mendekatkan diri dan lebih mengenal Tuhan kita secara pribadi. Bagi kita orang percaya dan murid Kristus, hubungan atau relasi pribadi dengan Tuhan adalah hal yang utama, penting dan paling berharga. Hubungan atau relasi yang dekat dengan Tuhan akan memampukan kita, menjalani dan menghadapi kehidupan yang sulit di dunia ini.

2. Bersukacita dalam Tuhan(ayat 17-18).

Habakuk menggambarkan suasana kehidupan yang dihadapi umat Allah pada waktu itu, sangat berat sekali. Ayat 17 mengatakan “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan…”

Sdr-sdr, pohon ara, pohon anggur dan pohon zaitun adalah jenis-jenis tanaman atau pohon yang tumbuh subur di Palestina dan sering disebut dalam Alkitab.

Pohon ara adalah tanaman asli di Israel, Siria, dan Mesir.

Pohon ara ini walaupun tumbuh secara liar, namun perlu dirawat untuk dapat memperoleh hasil yang baik. Buah pohon ara ini sangat penting untuk persediaan makanan bangsa Israel. Kegagalan panen buah ara ini berarti malapetaka. Situasi pada waktu itu, digambarkan oleh Habakuk bahwa pohon ara tidak berbunga, artinya pohon ara yang tidak akan menghasilkan buah. Jadi mereka tidak akan mendapatkan buah ara.

Begitu juga dengan pohon anggur dan pohon zaitun.

 

Buah anggur dan zaitun, merupakan sumber penghasilan yang menguntungkan bagi penduduk bangsa Israel waktu itu. Panen buah anggur digambarkan sebagai masa yang sangat menggembirakan. Sedangkan zaitun dijadikan simbol kecantikan, kekuatan, berkat ilahi dan kemakmuran. Kita bisa bayangkan bagaimana keadaannya, kalau dikatakan “…pohon anggur tidak berbuah dan hasil pohon zaitun mengecewakan.

Keadaan yang dialami bangsa Israel pada waktu itu, tidak saja kesulitan mendapat-kan hasil atau panen dari pohon-pohon yang penting dan menguntungkan bagi kehidupan ekonomi mereka, tetapi juga dikatakan bahwa ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan dan bahkan ternak-ternak pun dikatakan tidak ada. Bayangkan kebutuhan mereka yang pokok atau premier untuk dapat makan sehari-hari pun, tidak ada atau sulit di dapat.

Dalam keadaan sulit seperti ini, ayat 18 mengatakan, “namun aku bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” Luar biasa! Bagaimana mungkin, keadaaan yang begitu sulit tapi Habakuk masih bisa bersukacita? Bersukacita adalah salah satu aspek rohani penting dalam kehidupan iman kita. Sukacita adalah suatu kegembiraan yang berasal atau muncul dari dalam hati karena kita mengalami kasih dan anugrah Tuhan yang besar dalam hidup kita.

Kegembiraan yang berasal dari dalam hati itu, terpancar keluar melalui kehidupan kita. Walaupun kita menghadapi penderitaan berat dan tubuh kita mengalami kesakitan, namun kita masih dimampukan untuk “Bersukacita di dalam Tuhan”

Habakuk dapat bersorak-sorak dan beria-ria dalam keadaan yang sulit dan mengerikan, bukan dia hebat tetapi karena ada sukacita yang berasal dari Tuhan. 

3. Bergantung pada Tuhan (ayat 19)

Habakuk bersukacita tetapi tujuan sukacitanya itu bukan pada dirinya, tetapi pada Tuhan Allah – Sang Juruselamatnya. Suasana hati Habakuk semakin yakin karena ia tahu bahwa Tuhan Allah lah yang menjadi kekuatannya. Dikatakan dalam ayat 19, “Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”

Rusa termasuk hewan yang lemah dan selalu menjadi incaran binatang buas, tetapi kekuatan kakinya untuk berlari dan melompat jauh, dapat membuatnya menghindar dari serangan.Sdr-sdr, pengakuan ini merujuk pada Tuhan yang memberi kekuatan baginya untuk tetap berdiri dan bertahan menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Habakuk menyerahkan masa depannya dengan hidup “Bergantung pada Tuhan”

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan, dalam kebaktian ini, kita mengenang mereka yang telah mendahului kita. Kita bersyukur untuk kehidupan mereka dan juga waktu-waktu indah bersama mereka, baik dalam suka maupun duka. Sebagai orang-orang percaya dan murid Kristus, kita menyakini bahwa kematian itu bukan akhir dari segala sesuatu. Melainkan peralihan dari kehidupan yang fana di dunia ini, menuju kepada kehidupan yang kekal, bersama dengan Tuhan yang mengasihi kita. Memang sedih dan berat, dan kita tidak pernah merasa siap kehilangan orang yang kita kasihi, tetapi ingat, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dengan kasih Tuhan.

Minggu lalu, saya mendapat WA, ada cerita tentang dua orang yang kehilangan putra atau anak laki-laki mereka. Yang pertama adalah seorang Tionghoa yang tidak bisa berbahasa Inggris dan yang lainnya, seorang Amerika yang tidak bisa berbahasa Mandarin. Namun mereka dapat saling berbagi dan saling menghibur satu sama lain lewat sebuah pelukan. Yang seorang bernama Liu Wen Tang yang kehilangan putranya, Liu Wen Jiang seorang polisi di New York, yang pada thn 2014 dtembak mati oleh seseorang.

Sedangkan yang seorang lagi bernama Joe Biden, presiden terpilih dalam pemilu di AS baru-baru ini, yang pada Juni tahun 2015, kehilangan putra tertuanya yang meninggal karena tumor otak. Joe Biden menyempatkan diri untuk melayat dan menemui Liu Wen Tang, ketika anaknya meninggal. Begitu juga ketika putranya Joe Biden meninggal, Liu Wen Tang dari New York pergi melayat dan menemui Joe di Delaware. Inilah foto mereka.

Rasa duka memang bersifat universal, dapat dialami oleh semua orang. Namun cinta-kasih dari dua insan manusia di atas ternyata dapat menghibur dan menguatkan satu dengan yang lain. Sdr-sdr, terlebih lagi, kasih Allah kepada kita manusia. Kasih-Nya begitu besar, sehingga Ia rela menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus dan menyelamatkan kita dari hukuman dosa agar kita dapat hidup selamanya bersama Dia yang mengasihi kita.

Ada sebuah lagu berjudul “God van Trouw” (Allah yang Setia) atau “Faithful One”.  Lagu ini mengajak kita untuk tetap percaya dan menaruh harapan hanya pada Allah yang setia dan yang kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Mari kita dengarkan dan renungan kata-kata lagu ini. https://www.youtube.com/watch?v=4P5WanTqGeE

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidup kita. Tetapi apapun yang akan terjadi di dunia ini dan apapun yang akan kita alami. Mari kita tetap percaya dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan yang mengasihi kita. Tuhan yang setia dan yang memegang kendali kehidupan ini. Kita mohon pertolongan Tuhan agar kita dimampukan untuk tetap bersabar, bersukacita dan bergantung di dalam Dia. Tuhan memberkati kita semua.

AMIN.