Pengkotbah 3:11-15

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,

Salah satu favorit televisi seri saat brlibur di Belanda bersama ibu saya tahun 1993 adalah “Goede Tijden slechte tijden / Good times bad times”. Setiap hari jam 20.00 malam saya telah duduk di depan televisi dengan sepupu laki-laki dan perempuan dan melihat film seri ini. Apakah saya masih melihat film seri ini sekrang, saudara dapat bertanya kepada suami saya.

Mengapa saya menyampaikan hal ini kepada saudara? Karena Pengkhotbah 3 berisi puisi tentang waktu yang baik dan waktu yang buruk. Puisi tentang realitas kehidupan. Puisitentang  kehidupan yang dijalani. Puisi dari hidup kita. Kebahagiaan, cinta kasih, kesehatan dan kekayaan sebagai puncak sukacita. Dan kecelakaan, kehilangan dan penyakit sebagai titik terendah yang tidak dapat dihindari.

Segala sesuatu bergantian dan begitu rapuh. Semuanya dapat berubah ke arah yang berlawanan dalam sekejap: tertawa jadi menangis, sukses berubah menjadi tidak berhasil, sehat menjadi sakit, kehidupan berubah menjadi kematian, seperti apa yang dialami dunia selama enam bulan terakhir ini dan yang masih tetap dirasakan.

Setiap hari kita mendengar berita siapa yang menderita kerugian. Banyak pernikahan, peringatan pernikahan atau pesta ulang tahun, liburan dan rencana lain harus ditunda atau dibatalkan karena Covid-19.

Puisi tentang waktu baik dan buruk ini diobservasi dan direfleksikan oleh Pengkhotbah. Dia bukan seorang yang pesimis seperti anggapan banyak orang. Ia justru sangat realistisch dan sangat otentik. Dia mencari apa yang baik, apa yang nyata dan apa yang benar dalam berbagai momentum dalam hidup ini. Karena momentum-momentum ini diperlukan untuk menemukan arti hidup itu sendiri. Dia mengatakan: Allah membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya dan ia katakana juga IA memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak menyelami pekerjaan yang Allah lakukan dari awal sampai akhir. Demikian juga dengan kita sebagai orang kristen.

Hari ini kita dapat kembali beribadah dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai potocol dari RIVM. Kita belum boleh menyanyi dan duduk berjauhan seorang dengan yang lain. Segala sesuatu yang kita alami sebelumnya, kebiasaan-kebiasaan sekarang tidak bisa lagi dilakukan. Hal ini meminta kita untuk percaya dan berpikir dengan cara lain. Percaya kepada Allah. Ia tidak meninggalkan kita dengan keadaan kita. Yesus ada dalam kesulitan dan kematian kita. Ia telah berjalan mendahului kita sebagai Allah yang disalibkan dan bangkit. Roh Allah adalah Penghibur mengambil alih segala keluhan kita dan juga semua ciptaan. Ia juga akan menuntun kita pada jalan kita ke depan dimana dan kemana kita dapat melangkah. Kalimat ini adalah  kata-kata yang diucapkan oleh pdt. Rene de Reuver dalam salah satu tulisan dari Gereja Protestand di Belanda.

Dalam kata-kata ini maka saya ingin belajar percaya bahwa Allah ada di atas segala mystery kehidupan ini. Apapun yang terjadi, Allah tetap memegang kendali. Ia tidak melepaskan kita. Apapun yang terjadi selama berabad-abad dalam dunia ini, dalam keluarga dan dalam hidup pribadi saudara, hal itu tidak mengejutkan Allah. Itulah kesimpulan yang diambil oleh Pengkhotbah.

Karena walaupun tidak ada hubungan yang ditemukan satu dengan yang lain, walaupun itu sama sekali tidak logis, dan kita sama sekali tidak mengerti apapun: Pengkhotbah percaya bahwa Allah ada di atas segalanya. Mungkin Pengkhotbah, atau saudara dan saya tidak tahu bagaimana selanjutnya dengan dunia saat ini, tetapi Allah tahu.  

Itulah sebabnya kitab Pengkhotbah dibacakan pada hari raya Pondok Daun orang Yahudi. Saudara dapat bayangkan, tinggal di dalam pondok/rumah dimana saudara dapa tmelihat langt melalui atas dari dedaunan. Saudara menyadari kekosongan/kefanaan diri saudara sendiri dan alam semesta dan kebesaran Tuhan yang tak terukur.

Tetapi selama hari raya Pondok Daun itu mereka juga mengingat/ merenungkan perjalanan mereka waktu di padang gurun. Perjalanan itu adalah latihan yang panjang dan lama dalam hal percaya: berapa lama lagi semua ini harus dilalui, apa yang akan terjadi di depan, dan Israel tidak mengetahui hal itu, tetapi tiang awan dan tiang api mengatakan/menjadi tanda bahwa Tuhan Allah berjalan bersama mereka. Dalam kepercayaan dan keyakinan itulah mereka berjalan.

Keyakinan itu dapat kita pelajari juga dalam masa krisis korona saat ini. Pengkhotbah mengatakan kepada kita dalam ayat 14: ‘Allah berbuat demikian supaya manusia takut akan Dia’. Fakta bahwa Allah mengawasi waktu, bahkan semua momen dalam hidup kita, juga mengetahui keberadaan kita yang rapuh, membangkitkan rasa kagum kita akan Allah.  Atau seperti terjemahan lama tertulis: agar kita takut akan DIA. Ini bukan mempunyai rasa takut kepada Allah, tetapi dengan kerendahan hati mengakui dan menghargai Allah yang Kekal, Allah yang Suci: Percaya kepada “Yang tersembunyi, yang ada dalam hidup kita, IA  adalah Bapa kita dalam Yesus Kristus.

Ini adalah kunci hidup kita Bersama Allah: ‘takut akan DIA’, agar hidup kita tetap terhubung dengan Allah dalam masa pendemi ini dan juga sesudahnya. Dalam hari-hari baik dan jahat. Ya, bahkan di saat kematian.

Menjadi kagum, pertama-tama adalah agar kita mengetahui perbedaannya. Saudara berkata: Ya, engkau adalah Allah dan aku manusia. Engkau menguasai waktu. Itu adalah karya ciptaan-Mu, bukan aku. Dengan pengakuan akan perbedaan antara aku dan  Allah, maka da ruang untuk percaya. Saudara merasa: aku tidak bisa, aku tidak melihat untuk apa sesuatu yang terjadi dalm hidupku. Tetapi aku percaya, aku percaya bahwa Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu. Dan Allah akan menolongku.

Disamping itu menjadi kagum adalah penyerahan diri. Iman yang percaya bahwa ‘Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya’ dapat mengarah pada penyerahan diri. “Jika aku tidak mengetahui, jika aku tidak melihat dan sama sekali tidak mengerti, maka aku akan meletakkan hidupku dalam tangan-Mu“.

Menjadi kagum adalah juga penyembahan. Penyembahan oleh karena ‘waktu’ adalah karis ciptaan Allah. Penyembahan karena waktu hidup kita adalah pemberian Allah yang baik. Allah menguasai semua waktu itu.

Ia menciptakan waktu dan itu dikatakan ‘indah’. Ia mempunyai tujuan dengan hal ini. Waktu mengarah ke suatu tempat. Dari sejarah dunia sampai pada peristiwa-pristiwa dalam hidup saudara dan saya. Kita hidup dalam penantian waktu yang ditetnukan Allah. Dan sampai waktu itu ada banyak waktu untuk menyembah Allah sebagaimana adanya DIA. Dan yang menarik adalah dalam penyembahan akan Allah maka hidup saudara secara otomatis akan lebih bermakna. Karena kita melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Dan karena Allah mendapatkan kemuliaan yang menjadi hak-Nya.

Apakah dengan demikian saudara harus hidup tanpa jawaban sama sekali untuk pertanyaan-pertanyaan saudara? Bagi saya jawaban atas pertanyaan hidup ini diwujudkan oleh Yesus Kristus, Anak Allah. IA hidup dalam dunia ini dan mengalami kehidupan dalam smua dualitasnya. Ia lahir, tahu kesedihan dan kebahagiaan, dikasihi dan  dibenci, dan akhirnya diIA telah menjalani kehidupan dalam segala keanekaragamannya  dan akhirnya mati. Dalam Kristus Allah sendiri telah menderita dalam hidup, dan dengan demikian menyelamatkan dunia.

Ketika saudara menemukan bahwa Allah turut bekerja melalui semua waktu/sejarah itu – saudara juga dapat melihat dan mengalami bahwa Allah hadir di saat-saat ketika saudara bergumul - maka saudara juga akan melihat bahwa saudara saat-saat lain juga dapat menyentuh hati saudara dan memberikan sukacita, dimana melaluinya kehidupan menjadi ber makna. Bukan berarti saudara harus mengatakan setiap saat: Allah bekerja dalam segalanya untuk kebaikan ... jadi fokuslah pada itu, lihat ke depan, segera semuanya akan menjadi lebih baik ... Tidak seperti itu, waktu saudara sekarang juga adalah waktu yang Allah  ingin gunakan dalam hidup saudara. Kesedihan saudara, masalah saudara dan rasa sakit saudara juga merupakan bagian darinya dan itu adalah jalan menuju kegembiraan.

Kehidupan nyata dimulai dengan rasa kagum yang dalam kepada Allah, yang memegang saat-saat baik dan buruk kita di tangan-Nya. Itu dapat membantu saudara menerima bagian hidup yang sulit. Dan itu bisa membantu saudara  menerima kebaikan hidup sebagai hadiah. Allah memberkati kita sekalian.

Amin.