Pembacaan Alkitab: Ibrani 6:9-12

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Ada yang tahu nama ikan ini?
 
Ya betul ikan salmon (ikan zalm). Nah bagi mereka yang senang atau doyan makan ikan salmon tentu teringat betapa nikmat daging, steak atau sushi ikan salmon yang enak dan sehat tapi harganya juga agak mahal.
 
Namun yang menarik dari ikan salmon adalah misi hidupnya. Hidup ikan salmon itu penuh dengan perjuangan. Ikan Salmon umumnya hidup di samudera negara-negara dingin Amerika Utara dan Eropa Utara. Tetapi menghadapi musim bertelur mereka mendekati pantai dan mencari sungai. Bukan sembarang sungai, melainkan sungai tempat mereka dulu ditetaskan.
 
Yang luar biasa dari ikan salmon, mereka masih ingat dan mengenali muara sungai asal-usul mereka dengan kepekaan geomagnetik daya penciuman yang tidak ada tandingannya.
Ketika ikan salmon itu berhasil memastikan sungai kelahirannya, cerita belum berakhir, melainkan baru saja akan dimulai. Ikan-ikan salmon ini mulai masuk ke sungai dan berenang ke hulu. Kian jauh menghulu, kian deras arus yang harus mereka lawan. Kita bisa bayangkan berenang melawan arus!
 
Lalu ada persoalan yang lebih sulit lagi. Di sungai terdapat banyak riam, yaitu aliran air yang tiba-tiba berbeda ketinggiannya, sekitar ½ sampai 1 meter. Akibatnya mereka menghadapi dinding batu karang. Sangat sulit sekali bahkan mustahil bagi mereka bisa melanjutkan berenang ke hulu. Tetapi yang luar biasa, ikan salmon ini tidak pernah putus asa. Mereka melompati air terjun itu. Ada jenis ikan salmon tertentu yang mampu melompat setinggi 3,6 meter. Kadang-kadang mereka hanyut dan diterjunkan lagi ke bawah. Tetapi mereka melompat ulang walaupun ada risiko mereka akan terhempas di ujung batu karang yang tajam.
 
Begitulah ikan salmon melanjutkan berenang ke hulu. Berapa jauh mereka harus berenang di sungai, melawan arus? Ada jenis ikan salmon yang harus melawan arus lebih dari ratusan kilometer. Ada pula hulu sungai yang terletak di pengunungan pada ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut. Kita bisa bayangkan, kalu tinggi sebuah riam ½ meter, maka berarti ikan-ikan salmon ini harus melompat lebih dari 4000 kali!
 
Cerita perjuangan ikan salmon tidak berhenti sampai di situ. Mendekati hulu, ancaman sudah menunggu. Beberapa beruang sudah berdiri di tengah sungai menunggu kedatangan ikan salmon. Mereka siap mencakar ikan itu, menggigit dan memakannya. Juga ada burung elang yang berputar-putar di udara sambil mengintai. Begitu badan ikan salmon tampak, dengan cepat burung elang itu menukik dan menyambar ikan dengan cakarnya yang tajam.
 
Jadi, ikan salmon itu harus gesit dan waspada menghadapi ancaman dari beruang dan burung elang. Mari kita saksikan cuplikan kehidupan dari ikan-ikan salmon (video-clip)
 
Itulah kehidupan yang dijalani oleh ikan salmon. Apa yang dilakukan oleh ikan-ikan salmon itu? Mereka harus terus berjuang. Berjuang berarti berusaha sekuat tenaga menghadapi kesukaran, bahaya dan risiko. Jadi, bukan setengah hati, asal jadi bukan juga cari gampang atau berlambat-lambat. Tetapi harus berusaha sekuat tenaga, berjuang untuk mengatasi hambatan demi hambatan.
 
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Bukankah yang dialami oleh ikan salmon, juga menggambarkan jalan hidup kita di dunia ini. Selama kita hidup di dunia, kita masih harus berjuang dalam segala hal. Kita harus berjuang untuk bisa bertahan hidup. Bagi yang berkeluarga berjuang untuk menjaga keutuhan hubungan atau relasi. Bagi mereka yang sakit, harus tetap berjuang untuk sembuh. Bagi mereka yang bekerja dan berusaha, harus tetap berjuang untuk membiayai keluarga. Bagi adik-adik yang masih bersekolah atau kuliah, harus tetap berjuang untuk lulus. Dan saat ini, kita semua sedang berjuang menghadapi ancaman pandemi Covid 19.
 
Dan sebagai pengikut dan murid Kristus, kita juga harus tetap berjuang untuk setia mengikut Tuhan Yesus dan memelihara iman kita. Tidak mudah memelihara iman kristiani kita. Walaupun kita yakin dan beriman bahwa Tuhan ada dan menjaga serta menyertai hidup kita, namun dalam kenyataannya, kita mengalami suatu “krisis iman” yakni saat-saat di mana kita menjadi ragu akan kuasa Tuhan dan iman kita diuji, entah itu melalui sakit-penyakit, penderitaan atau kesulitan hidup yang kita alami.
 
Dalam masa pencarian kebenaran atau menghadapi krisis iman, seseorang bisa meninggalkan Tuhannya. Oleh karena itu, rasul Paulus dalam kitab Timotius menggambarkan hidup kita – pengikut dan murid Kristus, sebagai suatu pertandingan iman. Ibarat seorang atlit, kita harus tetap berjuang dan tidak mudah menyerah sampai akhir pertandingan. Penulis kitab Ibrani juga mengingatkan jemaatnya, agar tetap berjuang untuk mempertahankan dan bertumbuh dalam iman kristiani mereka.
 
Peringatan si penulis, perlu disampaikan karena jemaat dalam konteks perikop ini, sedang mengalami penganiayaan, sehingga ada kecenderungan bahwa jemaat enggan atau menolak bertumbuh menjadi dewasa. Kalau kita baca ayat sebelumnya, di pasal 5:12, dikatakan mereka kalau dilihat dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, namun kenyataannya mereka masih diajarkan azas-azas yang dasar. Mereka, belum dewasa karena masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
 
Tantangan lain yang dihadapi oleh jemaat pada waktu itu, adalah ada di antara mereka yang menjadi undur dan meninggalkan iman kristiani. Penulis kitab Ibrani mengingatkan bahwa sebagai pengikut Kristus, mereka sudah mengalami anugrah pengampunan dosa dan keselamatan dari Allah. Anugrah Tuhan yang tidak bisa dibeli atau dibayar oleh apa pun. Sebelumnya, mereka adalah orang-orang berdosa dan harus menerima hukuman dosa, yakni kematian yang kekal.
 
Namun karena kasih Allah yang begitu besar, mereka telah dibenarkan oleh pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib (Justification). Semua dosa manusia telah ditebus dan dibayar lunas oleh Tuhan Yesus. Dan tidak itu saja, mereka juga dijanjikan akan kehidupan yang kekal, yakni hidup selamanya dalam kemuliaan bersama dengan Allah (Glorification).
 
Namun, untuk bisa mendapat dan mengalami janji Tuhan itu, mereka harus tetap berjuang mempertahankan iman kristiani sampai akhir hidup mereka. Inilah yang dikatakan oleh Paulus dalam Filipi 2:12, “…kamu tetap taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar”.
 
Mengapa dikatakan kita harus mengerjakan keselamatan kita? Karena perjuangan kita sebagai pengikut Kristus tidak berhenti pada pertobatan dan mendapatkan jaminan keselamatan dan hidup yang kekal. Kita masih harus tetap berjuang untuk memelihara dan menumbuhkan iman kita. Sampai akhirnya kita menyelesaikan tugas dan panggilan kita sebagai pengikut dan murid Kristus di dunia ini.
 
Jadi setelah kita bertobat dan menerima Tuhan Yesus, kita kita harus tetap berjuang untuk mendapatkan janji Tuhan dan mengalami kemuliaan Allah. Kita akan terus diproses untuk dibentuk dan bertumbuh terus menjadi dewasa dalam iman. Mari kita memperhatikan gambar berikut ini.
 
Sdr-sdr, kita lihat dari keberadaan kita yang sudah “dibenarkan” oleh Kristus untuk menuju kepada kemuliaan Allah, ada proses yang kita harus jalani dan lalui, yakni pengkudusan (sanctification). Proses di mana kita harus menghadapi pelbagai macam hambatan dan kesulitan hidup, agar iman kita dimurnikan dan menjadi kuat. Memang tidak mudah dan tidak nyaman ketika kita sedang dibentuk dan diproses oleh Tuhan. Kita akan mengalami “jatuh-bangun” dalam hidup ini untuk tetap percaya dan taat beriman pada Tuhan.
 
Saya beberapa waktu yang lalu mengunjungi salah satu saudara seiman, anggota GKIN, yang sedang bergumul dengan suatu penyakit, dan sedang memasuki tahap akhir kehidupan.
Dahulu orang tersebut sangat aktif dan melakukan banyak hal, namun karena penyakit tersebut, orang itu tidak dapat melakukan apapun, ia hanya berbaring di tempat tidur saja.
Bahkan tidak mempunyai tenaga untuk bangun dari tempat tidur.
Orang itu berkata kepada saya, “Sangat sulit untuk menghadapi semua ini, pak Pendeta”
 
Ayat pembuka dari Roma 8:18 mengatakan, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” Mungkin dan kesulitan hidup yang harus kita jalani begitu berat. Namun ingat bahwa kalau kita tetap berharap, berjuang dan tidak putus asa, akan tersedia mahkota kehidupan, yakni hidup selamanya bersama dengan Tuhan dalam kemuliaan.
 
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Jika kita masih diberi kesempatan hidup, artinya Tuhan masih punya rencana dengan hidup kita. Kita masih harus tetap berjuang. Pertandingan iman ini belum selesai, seperti sebuah film atau sinetron, episodenya masih berlangsung dan belum berakhir. Sang Sutradara Agung masih mengizinkan kita sebagai aktor dan aktris-Nya untuk memainkan peran kita masing-masing. Tentu peran kita berbeda. Namun tugas kita adalah memainkan peran kita dengan sungguh dan sebaiknya. Kita harus tetap berjuang sampai akhir cerita.
 
Seorang sutradara yang hebat, bisa menghasilkan sebuah filn yang jalan cerita atau scenario nya sulit atau tidak bisa diduga oleh para penontonnya. Para penonton akan merasa tegang dan bertanya-tanya serta menantikan apa kejadian berikutnya (what next). Kalau film itu kita nonton di you tube, lalu kita merasa tegang dan ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mudah, kita bisa langsung melihat episode atau bagian akhir dari film itu. Kalau film itu berakhir dengan “happy ending” maka hati kita tenang. Ketika kita menonton kembali film itu, walaupun banyak adegan yang tegang, namun kita tetap tenang karena kita tahu akhir cerita film tersebut.
 
Hal itu juga dinasehatkan oleh penulis kitab Ibrani kepada jemaatnya bahwa Tuhan tidak akan lupa akan pelayanan yang telah dilakukan mereka (ayat 10) dan mereka akan mendapat bagian dari apa yang dijanjikan Tuhan (ayat 12). Namun yang diminta dari jemaatnya adalah supaya mereka sungguh-sungguh di dalam pengharapan mereka akan janji Tuhan sampai akhir (ay 11). Dalam masa penantian akan janji Tuhan itu, mereka jangan hanya berharap tetapi juga harus berjuang dengan iman dan kesabaran.
 
Sdr-sdrku, masa pandemi saat ini, mengingatkan kita semua, bahwa hidup kita sebagai manusia sangat rentan. Setiap saat kita bisa terkena penyakit dan mengalami kematian. Kita percaya bahwa hidup kita di dunia sementara. Dunia ini bukan akhir tujuan hidup kita. Tujuan akhir hidup kita adalah hidup selamanya bersama dengan Tuhan dalam kemuliaan. Jadi, artinya tidak saja kita harus tetap berjuang sampai akhir, namun kita juga harus mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini, menuju kepada kekekalan.
 
Satu hal yang perlu kita ingat bersama dan menjadi penghiburan dan kekuatan bagi kita, bahwa ternyata dalam masa penantian ini, kita tidak berjuang seorang diri tetapi Tuhan juga berjuang dengan dan untuk kita. Josua berkata dalam pidato perpisahannya kepada bangsa Israel, menceritakan pengalamannya memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan yang harus menghadapi banyak hambatan dan musuh. Namun Josua bersaksi bahwa dalam perjalanan itu, mereka tidak berjuang sendiri, tetapi Tuhan Allah juga telah berperang atau dengan kata lain turut berjuang bagi mereka. (Jos 23:3)
 
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Ikan-ikan salmon berjuang bersusah payah mengarungi arus deras dan melompati riam tinggi, untuk keberlangsungan hidup mereka. Mereka perlu berenang ke hulu sungai untuk menelurkan dan menetaskan generasi penerus. Demikian pula dengan kita sebagai pengikut dan murid Kristus, mari kita terus berjuang. Tidak berjuang sendiri tetapi berjuang bersama-sama Kristus sampai pada akhirnya. Selamat berjuang. Tuhan memberkati kita semua.
 
AMIN