Pengkhotbah 3:1-15

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,
Berkat pertolongan Tuhan kita telah sampai pada hari terakhir tahun 2022 dan beberapa jam lagi kita akan masuk di tahun 2023. Apakah Anda menerima semua yang dinginkan hati Anda? Apakah segala harapan menjadi kenyataan? Malam ini saya mengajak Anda untuk masuk ke dalam hati dan pikiran Anda. Pilihlah dua kata untuk menggambarkan apa yang telah terjadi dalam kehidupan Anda di tahun ini. Thema kita adalah tentang waktu Tuhan, jadi kita berikan waktu bagi Anda untuk berpikir. Ingat saudara-saudari, hanya dua kata saja. ‘Tahun ini adalah tahun…….’.

……………….. ‘Tahun ini adalah tahun…….’Siapa yang ingin memberikan reaksi’?

Pengkhotbah 3 berbicara tentang waktu. Pertanyaannya, apa itu waktu? Waktu adalah sesuatu yang luar biasa dan sulit bagi kita manusia untuk menguasainya. Alkitab berbicara tentang waktu dengan memakai dua kata Yunani: chronos dan kairos. Kata pertama, chronos adalah apa yang kita ukur dengan kronometer, jam. Sehari 24 jam, satu jam, 60 menit dan setiap menit dihitung tepat enam puluh detik. Jadi ada sesuatu yang objektif, sesuatu yang terukur dengan waktu. Chronos adalah waktu di arloji dan di agenda kita.

Kata kedua dalam bahasa Yunani adalah kairos. Kairos bukan tentang jumlah waktu tetapi tentang kualitas waktu. Ini adalah kesempatan yang baik atau menguntungkan. Waktu yang tepat, momen yang menentukan. Waktu dengan suatu tujuan dan maksud, yang mengacu pada rencana Allah. Saat di mana sesuatu yang penting, sesuatu yang berharga terjadi. Ini adalah waktu yang diberikan Allah kepada kita dalam suka dan duka.

Pengkhotbah mulai menentukan rahasia misteri waktu sekitar tahun 180 SM. Ia melihat bahwa manusia tidak dapat memahami rahasia waktu dan dia berkata: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk segala sesuatu di bawah langit ada waktunya”. Masa dan waktu yang ada di isi di antara lahir dan meninggal yang dikuti oleh sepasang peristiwa yang bertolak belakang, positip dan negatip.

Di setiap pasang ada aktivitas, kita lebih menyukai yang satu dan menghindari yang lain tetapi keduanya ada dalam hidup kita, suka atau tidak suka. Ini berarti kita harus melepaskan standar yang kita terapkan pada waktu, bahwa kita hanya mau waktu yang baik saja. Sama seperti Ayub yang berkata kepada isterinya, apakah kita mau menerima yang baik dari Allah dan tidak mau menerima yang buruk?.Ini adalah suatu ucapan hikmat dari orang yang hidupnya dekat dan bergantung pada Allah.

Biasanya kita sangat senang jika ada bayi yang lahir, tetapi jika kematian tiba, kita tidak pernah bisa terbiasa dengan hal ini. Kita bukan hanya tidak bisa memilih apa yang kita inginkan, kita bahkan tidak bisa mengontrol kapan itu terjadi. Ini artinya saudara-saudari bahwa kita tidak bisa mengontrol segala hal dalam hidup kita dan itu bisa jadi masalah karena kebenaran Firman Allah bertolak belakang dengan harapan-harapan kita.

Harapan kita umumnya menikmati kehidupan yang baik, berpesta, bekerja keras dan ketika kita mengalami hal-hal yang kurang baik, sebenarnya kita ingin menentukan sendiri seperti yang kita inginkan, sehingga efeknya tidak terlalu buruk bagi kita.

Saya pernah membaca bahwa perasaan mengendalikan semua yang Anda inginkan adalah ilusi. Di belakang ilusi hampir 100 persen Anda mengandalkan diri sendiri, sulit untuk melepaskan atau mendelegasikan pada orang lain. Apakah Anda, apakah Anda orang seperti itu? Tidak… Apakah Anda mengenal seseorang seperti itu? Ya….

Anda menyadari bahwa ketika Anda tidak dapat merealisasikan hal ini, Anda akan menjadi frustrasi dan lelah. Anda juga bisa bersikap kasar pada orang lain ketika mereka tidak melakukan apa yang Anda inginkan dan akibatnya Anda mungkin marah. Saya jadi bertanya, apa yang ada di balik sikap itu? Apakah sudah terbiasa dari kecil? Apakah karena takut kehilangan kendali? Kurang percaya diri? Atau apakah menurut Anda jika saya tidak mengontrol/melakukannya maka hidup kita akan menjadi kehidupan yang acak, kacau dan tidak berarti. Tapi benarkah itu saudara-saudara?

Kita membaca di ayat 11: Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Saya ingin mengatakan sesuatu tentang ayat ini. Kita sering berpikir semua kesengsaraan yang kita alami dalam hidup kita hanya akan menjadi waktu yang baik, indah nanti di waktu Tuhan dan itu akan berubah menjadi sukacita atau menjadi kesuksesan. Tapi itu tidak tertulis di sini. Disini dikatakan Allah membuat segaal sesuatu, jadi apapun itu, baik buruk, dikatakan oleh Allah indah pada waktunya. Jadi semua hal positif dan negatif dalam hidup kita tidak terjadi secara begitu saja tetapi terjadi dalam dan sesuai waktu Tuhan. Jika kita bisa menerimanya maka ini tidak hanya mengarah pada penyerahan total/pasrah, tetapi kembali pada batin hati dan sukacita hidup. Terimalah setiap momen sebagaimana adanya, maka Anda tidak terpaku/terlena didalamnya.

Misalkan Anda sedang tertawa riang, cobalah untuk tidak melekat pada saat itu. Anda dapat menikmati tawa pada saat itu dan pada saat yang sama Ada tahu bahwa waktu menangis akan ada. Waktu menangis saat duka juga boleh karena ada penghiburan dan harapan bahwa tangisan ini tidak akan bertahan selamanya, tetapi akan digantikan oleh saat-saat sukacita/bahagia. Kedua kutub itu adalah bagian dari kehidupan: mencintai dan membenci, tawa dan tangis, kesedihan dan kegembiraan. Hanya jika Anda menerima keduanya, Anda akan merasakan kedamaian.

Entah bagaimana kita manusia terkadang merasa sangat sulit, ketika kita merasa sedih, kita ingin melupakannya secepat mungkin. Tentu saja itu juga bisa dimengerti, tapi sayangnya tidak seperti itu. Ketika Anda harus berpisah dengan seseorang yang sangat Anda sayangi, itu membutuhkan waktu. Karena itu Anda tidak dapat mempercepat atau menyembunyikannya, tetapi harus melewatinya dengan air mata, rasa sakit atau pedih. Di sana Tuhan Ada menghibur Anda. Semakin sedikit waktu yang Anda ambil, semakin lama waktu yang dibutuhkan.

Juga saat Anda sangat marah, jangan menyembunyikan emosi dan menekan perasaan Anda, tetapi tanggapi dengan serius. Semua momentum itu boleh ada karena memang ada. Itulah hidup. Anda tidak harus selalu ceria dan optimis, atau sangat dewasa dan tenang, atau tangguh dan percaya diri. Di sini di gereja, di sini di hadapan Allah, kita boleh melepas topeng dan menjalani hidup dengan segala pasang surutnya, terkadang sangat bahagia dan terkadang sangat berat. Setiap saat atau moment adalah waktu yang baik, termasuk saat menangis dan berkabung. Di setiap waktu Allah telah menempatkan sesuatu yang kekal. Ketika Anda mempercayakan diri Anda pada waktu yang sedang Anda lalui, akhirnya Anda dapat disentuh oleh Allah yang kekal itu.

Di tengah-tengah gelombang emosi yang menghantam kehidupan kita, Pengkhotbah percaya bahwa bukan kita tetapi Allah yang memegang kendali kehidupan kita. Kita tidak mengerti mengapa ini dan itu terjadi tetapi supaya kita kembali kepada Allah.

Kita boleh percaya bahwa semua yang kita alami, baik atau tidak, semuanya indah pada saat itu terjadi. Ini bukanlah sebuah teori saja, melainkan pengalaman yang dalam, penyerahan diri pada ketidakpahaman akan Allah. Ketika Anda mengatakan ya untuk saat ini dan benar-benar terserap dalam apa yang Anda lakukan/alami, semua tekanan yang ada dalam diri Anda akan dilepaskan. Anda akan mengalami kebebasan, kedamaian dan kebahagiaan dimana Anda dapat menikmati hidup bersama sebagai pemberian Tuhan.

Tahun 2022 hampir berlalu, melihat kembali ke belakang, tahun seperti apa yang kita alami? Ada yang menikah di tengah-tengah duka, ada dukacita, ada yang sakit, ada doa yang belum dikabulkan, ada harapan yang belum menjadi kenyataan, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Malam ini kita belajar bahwa waktu Tuhan, baik dan kurang baik didalamnya adalah waktu yang tepat. Kita belajar berserah kepada Allah yang menguasai dunia ini dan hidup kita. Ia ada di atas waktu kita. Kita dapat melepaskan semua yang telah terjadi di tahun ini dalam nama Yesus Kristus Tuhan kita, yang dapat kita sebut Bapa kita Yang selalu Ada, akan Ada dan setia memelihara kita.

Bagaimanapun jalan di depan kita di 2023, yakin dan percaya bahwa Allah selalu beserta kita. Mari kita menyerahkan diri dan keluarga kita, gereja dan jemaat kita pada Allah di dalam Anak-Nya Yesus Kristus, Penebus dan Juruselamat kita dan kita berserah pada kehendak-Nya untuk menerima waktu, apapun itu di tahun yang baru. Allah memberkati kita.
Amin.