Matius 1:21-23 en Lukas 5:22-23

Sdr-sdr yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus,
Melalui drama singkat yang kita saksikan tadi, memperlihatkan betapa rapuhnya kehidupan kita manusia. Kecemasan dan ketakutan, kegagalan dan kepahitan hidup, kelemahan fisik dan luka batin yang kita alami adalah sebagian contoh betapa rapuhnya hidup kita.

Masa pandemi dan pelbagai bencana alam, yang terjadi, juga mengingatkan kita semua akan kerapuhan manusia. Sekuat, sepintar dan sehebatnya apapun kita, ternyata kita adalah manusia yang terbatas. Walapun kita mau dan berusaha tapi ternyata kita tidak dapat dan tidak mampu untuk mengontrol segala sesuatu atau kejadian dalam hidup ini, sesuai dengan kehendak atau kepentingan kita.

Hari Jumaat tgl 16 desember lalu, saya mengalami sendiri betapa rapuhnya kita mamusia. Hari itu, air hujan yang turun di malam sebelumnya, membeku menjadi es dan akibatnya jalan-jalan menjadi sangat licin sekali. Banyak berita dan kejadian mengenai orang-orang yang jatuh karena licin, termasuk saya sendiri. Sdr-sdr bisa bayangkan, kalau buah duren yang besar ukuranya jatuh, bisa membuat kita kaget. Apalagi orang selangsing, eh maaf sebesar saya ini jatuh! Mungkin ada yang bertanya, kog bisa yah?

Padahal saya sudah berjalan dengan sangat berhati-hati dan memakai sepatu yang tidak licin, toh tergelincir dan jatuh juga. Ketika jatuh, tentu saya berusaha untuk bangun. Saya merangkak seperti bayi yang belajar untuk berdiri. Ternyata, saya tidak bisa berdiri karena semuanya licin. Bayangkan untuk berdiri saja, saya tidak mampu. Bersyukur, pada waktu itu, ada beberapa anak-anak sekolah yang lewat dan melihat saya jatuh.

Mereka datang mendekat dan menghampiri saya. Gaat goed, meneer? Lalu saya diangkat oleh 4 orang di antara mereka. 1 anak laki-laki dan 3 anak wanita. Ketika saya mampu berdiri, saya mengucapkan terima kasih kepada mereka. Lalu saya berusaha jalan menuju ke mobil saya yang sedang diparkir. Baru satu langkah berjalan, saya tergelincir jatuh lagi untuk ke dua kali. Kali ini, hanya bisa duduk saja di jalan yang licin. Kembali, saya ditolong oleh anak-anak sekolah tadi untuk bisa dapat bangun dan berdiri. Betapa rapuhnya hidup kita

Begitu juga menghadapi krisis energi yang terjadi saat ini akibat perang Rusia dan Ukraina, kita merasa tidak berdaya. Kita semua tahu, betapa pentingnya sumber energi, seperti minyak, atau gas bumi bagi kehidupan manusia. Sumber energi itu, yang dapat menghasil-kan bensin, diesel atau energi listrik, yang membuat kita dapat memasak untuk makan, yang membuat lampu menyala, yang dapat membuat kendaraan bergerak dan mesin pabrik, juga verwarming yang kita butuhkan di musim dingin ini berfungsi. Tanpa sumber energi, kita bisa bayangkan dampaknya bagi perekonomian dan kehidupan manusia di dunia

Namun yang menarik adalah bahwa bahan-bahan bakar yang kita butuhkan itu dan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dihasilkan melalui sisa-sisa hasil bumi atau kekayaan alam dari masa lampau yang sudah amat tua, dan diolah melalui proses panjang sehingga dapat menghasilkan sumber energi yang sangat berguna untuk kelangsungan hidup manusia pada masa kini dan masa depan.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Salah satu dosen kami di Sekolah Teologi pernah menuliskan buku yang menghubungkan peristiwa Natal dengan bahan bakar. Ia mengatakan bahwa ketika kita merayakan Natal, yang kita peringati, bukanlah terutama detik atau tanggal kelahiran Yesus. Yang kita rayakan adalah iman bahwa Tuhan telah rela mendatangi umat-Nya.

Beriman bahwa Tuhan telah datang di dalam kehidupan kita, itu bagaikan bahan bakar yang membangkitkan energi. Artinya, peristiwa kedatangan Tuhan ke dunia seperti sumber energi spiritual yang menopang kelangsungan hidup pribadi dan hidup bersama manusia, baik di dalam keluarga, lingkungan kerja maupun dalam masyarakat.

Perikop kita menunjukkan dengan jelas bahwa secara historis dapat diperlihatkan, kisah bagaimana Tuhan sudah mendatangi umat-Nya dalam diri Yesus – orang Nazaret. Dan bagi kita, umat kristiani, peringatan kelahiran Yesus atau Natal merupakan akibat dari rencana keselamatan dan pemulihan Allah bagi dunia ini. Allah telah berinkarnasi dalam diri Yesus, datang ke dalam dunia ini untuk menyelamatkan dan memulihkan umat manusia dan dunia

Para murid Yesus pada waktu itu, mengalami sendiri bahwa Yesus, yang ada bersama mereka, bukanlah manusia biasa tetapi juga adalah Tuhan. Mereka menyaksikan dan mengalami sendiri, kasih dan kuasa ilahi dari Sang Guru mereka. Yesus telah datang dan menyertai perjalanan hidup mereka yang penuh dengan suka dan duka. Imannuel – Tuhan beserta kita.

Para murid juga sadar bahwa yang bersama mereka dalam berbagi dengan orang yang lapar dan haus, yang menolong orang yang lelah dan sakit, yang memperjuangkan orang yang hina dan tidak diperlakukan adil, bahkan yang dapat mengampuni dosa manusia ternyata bukan guru biasa, tetapi Allah yang Maha kuasa dan yang peduli terhadap kehidupan manusia yang rapuh. Pengalaman kasih dan persahabatan dengan Yesus dari Nazaret itu menjadi awal iman bahwa Allah telah mendatangi umat-Nya dalam rupa manusia.

Inti iman kristiani, yang menjadi dasar kita merayakan Natal adalah Tuhan yang Mahakasih rela datang untuk menyelamatkan dan memulihkan manusia dari hukuman dosa. Dia bukan Tuhan yang tinggal jauh nun di surga. Bukan pula Tuhan yang tidak peduli dengan pergumulan dan kerapuhan manusia. Tetapi Tuhan yang telah merendahan diri-Nya untuk menjadi sama seperti manusia. Ia hadir dan turut di dalam penderitaan manusia. Dia tidak saja datang untuk menyelamatkan kita tetapi juga menolong perjuangan manusia untuk mengalami pemulihan hidup.

Mungkin bagi kita, kisah Natal merupakan kisah tua yang telah sering kita dengar. Tetapi kisah tua ini dapat menjadi seperti minyak dan gas bumi, sumber energi yang semakin tua semakin memberi pengharapan hidup. Manusia mudah putus asa ketika melihat kejahatan, kekejaman dan ketidakadilan yang terjadi di dunia ini. Manusia merasa begitu “kecil” dan tidak berdaya menghadapi banjir, badai atau gempa yang melanda dunia ini. Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana kita dapat terus berjalan untuk menghadapi masa depan?

Tetapi, kita bersyukur bahwa kita tidak sendirian. Tuhan telah datang untuk menolong dan memulihkan kita. Peringatan Natal merupakan kisah tua yang memberi dan menjadi sumber energi spiritual bagi kita untuk tetap semangat dan berjuang dalam hidup ini. Memang tidak mudah, namun dengan tetap beriman bahwa Tuhan telah mendatangi kita, membantu kita untuk bangkit dari kerapuhan atau ketidak-berdayaan akibat kejatuhan manusia dari dosa.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Keadaan dunia pada saat ini, seharusnya tidak membuat kita kendor untuk melaksanakan tugas dan panggilan yang Tuhan percayakan kepada kita, baik secara pribadi maupun sebagai gereja-Nya. Khususnya ketika memperingati dan merayakan Natal, kita tetap semangat dan kreatif untuk terus memberitakan dan menyaksikan berita sukacita Natal yang memberi pengharapan dan mendatangkan damai sejahtera bagi umat manusia dan dunia ini.

Kita sungguh bersyukur, dalam menyambut hari natal tahun ini, dapat kembali mengadakan Carolling, yakni kunjungan Natal kepada orang-orang yang sudah lanjut usia dan sulit untuk bepergian kemana-mana, agar mereka juga dapat merasakan dan merayakan sukacita Natal bersama. Mari kita saksikan cuplikan dari kegiatan Carolling tahun ini. (Video clip)

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Tuhan Yesus – Sang Raja Damai telah datang ke dalam dunia dan membawa berita sukacita tentang keselamatan bagi seluruh umat manusia. Damai sejahtera dan sukacita Natal itu hanya dapat kita rasakan dan alami kalau kita membuka hati untuk berdamai dan bersekutu dengan Tuhan.

Kebahagiaan hidup di dunia ini tidak bergantung kepada keadaan kita tetapi pada pilihan yang kita ambil. Dan kunci kebahagiaan yang sejati sebagai orang-orang percaya adalah ketika kita membuka hati dan menerima Yesus- Sang Raja Damai untuk tinggal dan berkuasa dalam hidup kita. Selamat hari Natal 2022. Tuhan memberkati kita semua. AMIN.