Pembacaan Alkitab 1 Yohanes 4:11-21

Saudara-saudara, Jemaat Kristus,
Dua hari lagi dunia akan merayakan Hari Valentine, hari kasih sayang. Siapa di antara Anda yang sudah membuat rencana untuk membuat surprise bagi istri atau pacar Anda. Dan bisakah gereja juga berpartisipasi di hari kasih sayang ini? Saya pikir itu baik agar kita diingatkan kembali tentang kasih Allah yang tak terbatas dan saya berharap di akhir khotbah ini kita akan bersama-sama  menemukannya dan dijamah oleh kasih Allah yang menyembuhkan dan memulihkan kita. Dari sana Anda dapat kembali mengasihi suami atau istri Anda, anak-anak atau orang tua Anda dan sesama manusia. Dalam ibadah ini juga sdri. Reynitha Panjaitan akan meletakkan jabatannya sebagai penatua. Badan pengurus Sekolah Minggu juga akan di perkenalkan kepada jemaat.

Dan tema kita adalah ‘Sentuhan kasih Allah sembuhkan dan pulihkan kita” Dapatkah sentuhan kasih Allah menyembuhkan dan memulihkan kita? Jika ya, Anda bertanya bagaimana caranya atau dengan cara apa kita dapat alami hal itu? Apa yang sebelumnya harus kita lakukan sebelumnya?

Saudara-saudari,
Ketika kita berbicara tentang kasih, kita segera memikirkan 1 Korintus 13, karena bagaimanapun, itu adalah 'bab tentang kasih'. Memang bisa seperti itu, tetapi dalam bagian 1 Yohanes 4:7-21 kata 'kasih' muncul dua puluh delapan kali! dan dua kali Yohanes berkata, "Allah adalah kasih" (ayat 8 dan 16).

God is love

Allah adalah kasih dalam hakekat-Nya yang terdalam. Allah bukan hanya sebagai sumber kasih tetapi Allah sendiri adalah kasih. Kasih ini, Agape adalah kasih yang murni dan lebih dari sekedar  perasaan. Setiap orang yang mengasihi dan mengalami kasih, mengalami sesuatu dari misteri kasih Allah.

Karena kasih, Allah memberikan Putra Tunggal-Nya Yesus Kristus kepada kita sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Dia adalah Juruselamat dunia ini (ayat 14). Allah ingin mencari semua orang yang telah kehilangan diri mereka sendiri dengan kasih, agar mereka dapat menemukan kehidupan yang nyata dan kekal. Ini bukanlah ajaran dan teori belaka tetapi kerinduan Allah untuk masing-masing kita.

Agape, kasih yang mengalir kepada kita dalam Yesus dan mengisi hati kita, ingin diekspresikan dalam hidup kita. Itu nyata dalam kasih kita kepada Allah dan kasih kita kepada sesama kita. Tentu saja tidak terjadi sebagai seruan moral dengan berteriak: "Kamu harus mengasihi saudara-saudaramu!" tetapi Yohanes mencoba meyakinkan kita dengan cara yang berbeda.

Argumen pertamanya: "Saudara dan saudari yang terkasih, jika Allah begitu mengasihi kita, kita juga harus saling mengasihi”! (1 Yohanes 4:11). Terjemahan mengatakan bahwa kita harus saling  mengasihi, tetapi Yohanes tidak berbicara tentang 'harus', tapi tentang berhutang. Kita berhutang pada pengalaman kasih kita, yang kita sendiri jawab dengan kasih. Kasih Allah memanggil kasih yang sama kembali.

Argumen kedua: 'Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Tetapi jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” (1 Yohanes 4:12) Jika kita saling mengasihi, kita dapat mengalami Allah di dalam diri kita. Dan dalam kasih kita yang cacat dan seringkali begitu menyedihkan kita mengambil bagian dari kasih Allah yang sempurna dan lengkap, yang ada di dalam diri kita.

Anda dan saya, kita manusia dapat berbagi dalam kasih Allah, kasih yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus (bdk. Roma 5:5). Yesus memberikan Roh-Nya untuk memenuhi hati kita dengan kasih di mana Kristus telah meninggalkan tandanya dan yang Dia hidupi bagi kita sampai akhir.

Kasih Allah menghilangkan ketakutan dan kasih itu tanpa syarat. Dan kita sebagai manusia mengalami kesulitan dengan itu. Karena kasih / cinta kita satu sama lain hampir selalu bersyarat. Aku mencintaimu jika kamu menjadi seperti yang aku mau dan bertindak seperti yang aku suka. Aku mencintai diriku sendiri jika aku memenuhi standar tinggi yang aku tetapkan untuk diriku sendiri.
Orang lain mencintaiku jika aku pantas mendapatkannya, dst.

Pernah saya membaca cerita tentang seorang anak laki-laki berusia 25 tahun yang meninggalkan orang tuanya karena merasa tertekan di rumah. Dia sangat emosional dan mengalami burn-out. Dia tertarik pada iman kepada Allah dan ingin tahu lebih banyak tentang hal ini.

Suatu hari rekan kerja orang Kristen berkata kepadanya: ‘Allah mengasihimu terlepas dari segala macam hal yang telah kau lakukan dalam hidupmu. Tiba-tiba air mata mengalir di pipinya. Rekannya bertanya kepadanya: 'mengapa kamu begitu emosional?' dia menjawab, "Tuhan begitu baik, kasih-Nya tak bersyarat!" ia berkata: Saya emosional karena memikirkan masa lalu. Kasih ayah dan ibu saya selalu bersyarat. Saya tidak benar-benar mengalami kasih yang seharusnya saya terima sebagai seorang anak.

Kisah ini adalah salah satu dari contoh-contoh dimana orang yang merasa tidak di dengar, dilihat atau tidak diakui, dan luka itu akan terbawa terus dalam hatinya. Kita semua memiliki luka dalam hidup kita. Setiap orang mengalami rasa sakit.

Ada lagi orang lain yang terluka berkata; "Saya tidak cukup baik" dan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti Anda telah diintimidasi, atau Anda selalu diminta untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi, Anda tidak terlihat cukup cantik... isilah daftar ini sendiri. Kita semua punya luka. Karena: masing-masing dari kita diciptakan untuk kasih yang tanpa syarat. Dan kita semua mengalami saat-saat ketika kita tidak dikasihi tanpa syarat. Itulah saat-saat ketika luka-luka itu muncul.

Luka-luka ini membuat kita mempercayai hal-hal tertentu tentang diri kita sendiri. Seperti kamu tidak terlalu baik. Kemudian kita juga akan menindaklanjuti ini. Misalnya, kita selalu mencari peneguhan dari orang lain. Kita akan membuat janji pada diri kita sendiri, misalnya kita tidak akan pernah membiarkan siapa pun mendekati kita lagi karena bagaimanapun orang hanya akan menyakiti kita. Kita membangun tembok di sekitar luka ini. Tidak ada yang boleh menyentuhnya, bahkan diri sendiri juga tidak. Kita berpikir segala macam teknik untuk menghindari rasa sakit. Bahkan seringkali sampai kita menjadi egois: kita terutama memperhatikan diri kita sendiri dan bagaimana kita dapat menghindari rasa sakit itu. Itulah mengapa sangat penting untuk berusaha menyembuhkan luka-luka ini.

Satu-satunya cara untuk menyembuhkan luka batin adalah dengan memulai, untuk sampai ke inti luka batin dan mengenalnya. Kita dapat sembuh hanya ketika kita membiarkan Kristus menyentuh luka batin kita yang paling dalam. Karena hanya Dia yang bisa mengasihi kita dengan sempurna tanpa syarat. Kita harus membiarkan Dia masuk ke dalam luka kita sehingga Dia bisa menangis bersama kita,
bisa berjalan bersama kita dan menyembuhkan kita. Jadi jangan takut sebab kasih melenyapkan ketakutan.

Bagaimana kita dapat dijamah dan disentuh oleh kasih Allah? Seringkali kasih kita seperti sumur yang tampak mengering. Tetapi ada peluang untuk terhubung kembali dengannya. Lalu sumber di dalam diri kita itu mengalir kembali sehingga juga menembus ke dalam alam kesadaran kita, dan menentukan ucapan, pemikiran, dan tindakan kita.

- Jalan untuk merasakan jamahan atau sentuhan kasih Allah yang menyembuhkan dan memulihkan adalah melalui pengalaman nyata kehidupan setiap hari-hari, kasih kita kepada orang-orang yang dekat dengan kita.

Cara lain mengarah melalui pengalaman alam. Beberapa orang telah mengalami bahwa mereka merasakan kasih Allah pada bunga, dalam gemerisik lembut angin dan di bawah sinar matahari yang  sangat. Mereka merasakan bagaimana kasih Allah itu menyentuh dan menembus mereka.

- Juga melalui kata-kata Alkitab, yang menyentuh kita, kita bisa sampai pada sumber kasih dalam jiwa kita sendiri. Terkadang itu menyentuh hati kita, membangkitkan kasih yang tertidur di dasar jiwa kita. Mari resapi bersama kata-kata dalam Yesaya 43:4a: "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku, dan mulia dan Aku ini mengasihi engkau. Teks seperti itu menembus sumber kasih dalam alam sadar saya.

- Lagu-lagu rohani juga mengajarkan kita betapa Allah ingin menyentuh kita dengan kasih-Nya untuk menyembuhkan dan memulihkan kita melalui kata-kata yang kita nyanyikan.

- Jesus rupanya berbicara sedemikian rupa sehingga orang melalui kata-katanya menyentuh kasih yang sudah ada dalam diri mereka. Ini jelas dari sebuah kata dari Yohanes 15:11: “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh (secara harfiah: diisi kembali, terisi).'

Cukup sering sumber ini menjadi kering, karena kita menumpuk begitu banyak hal di atasnya: kekhawatiran dan ketakutan kita, kedangkalan kita sehari-hari. Tetapi ketika kata-kata Yesus menyentuh kita, maka mata air itu dimulai, yang mengalir hanya di lubuk jiwa kita, menggelegak lagi, sehingga pemikiran dan perasaan kita berubah dan dipenuhi dengan kasih.

Jika sebentar kita pulang ke dalam kehidupan setiap hari, di rumah dan tempat pekerjaan, kita menghadapi karakter yang berbeda, terkadang saling menghakimi dan menyalahkan satu sama lain. Kita terkadang menyakiti satu sama lain dengan hal-hal yang kita katakan atau lakukan, dan kita merasa ditolak, tidak didengar dan tidak dilihat. Kita semua membawa luka dan bekas luka, yang juga tersentuh lagi di hari-hari sulit dan luka itu terasa pedih kembali. Hanya ada satu obat untuk itu: sentuhan kasih Allah yang tak bersyarat dalam Yesus Kristus. Anugerah-Nya yang berharga menyembuhkan luka batin kita dan menyembuhkan hubungan kita yang seringkali rusak. Kita telah mengenal dan percaya akan kasih Allah yang ada di dalam diri kita dan kita bisa percaya bahwa pelukan, sapaan, humor, senyuman adalah tanda sentuhan kasih Allah yang menyembuhkan dan memulihkan kita agar kita dapat berjalan terus dalam hidup ini.

Proses pemulihan pribadi dan keluarga kita adalah perjalanan panjang tetapi Anda dapat tetap percaya bahwa Allah selalu ingin kita merasakan sentuhan kasih-Nya. Pada hari Kasih Sayang nanti bukalah hati, percaya secara total kepada-Nya, serahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya dan alami jamahan-Nya. Sentuhan kasih-Nya akan memulihkan seluruh luka-luka kehidupan kita sehingga kita sembuh dan pulih dari hari ke hari. Pertama-tama untuk kita sendiri, kemudian untuk keluarga dan jemaat kita.
Tuhan memberkati kita.

Amin.