Wahyu 3:7-13
Jemaat yang terkasih. ‘Gereja dengan pintu yang terbuka’. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar ini? Secara pribadi saya memikirkan dua hal. Pertama. Pada masa corona, pintu-pintu gereja banyak yang terbuka lebar. Bukan hanya pintu, tapi juga jendela. Itu perlu untuk ventilasi. Saya ingat di suatu hari Minggu di musim dingin ketika saya berkhotbah di salah satu regio GKIN dan gereja sangat dingin karena pintu dan jendelanya terbuka. Akibat corona, kita juga melihat pintu lain yang terbuka, yaitu pintu untuk inisiatif yang baru. Contohnya: kebaktian Online yang sampai sekarang masih kita layani. Kita dapat menyebutnya: kehadiran misioner digital dari gereja.
Kedua. Kalau saya berpikir tentang gereja dengan pintu yang terbuka, saya ingat gedung gereja Katolik Roma. Satu hal yang saya kagumi dari gereja Katolik Roma ialah bahwa gereja selalu terbuka untuk doa pribadi. Ke manapun anda pergi, ke kota besar atau desa kecil di seluruh dunia, pintu gereja terbuka. Gereja sebagai oasis ketenangan dan kedamaian di tengah hiruk pikuk kehidupan, di tengah tekanan dan tuntutan hidup, di tengah banyak kebisingan di dunia ini.
Kita baru saja membaca Wahyu 3: surat kepada jemaat di Filadelfia. Jemaat Filadelfia adalah satu dari tujuh jemaat yang mendapat surat dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mewahyukannya kepada rasul Yohanes yang ada di pembuangan di pulau Patmos. Tujuh jemaat yang semuanya terletak di bagian barat Asia Kecil (sekarang Turki). Kota Filadelfia sampai sekarang masih dihuni dan namanya Alasehir.
Dua dari tujuh jemaat itu dinilai positif oleh Yesus. Mereka adalah teladan bagi kita semua.
Dua jemaat itu ialah Smirna dan Filadelfia. Kedua jemaat ini menghadapi tantangan, diskriminasi, dan penindasan. Pemerintah Romawi memaksa orang Kristen mempersembahkan korban kepada kaisar. Kalau orang Kristen menolak, maka mereka akan dipojokkan. Selain itu di Smirna dan Filadelfia ada sekelompok orang Yahudi yang mengobarkan kebencian Romawi terhadap orang Kristen. Singkatnya: jemaat Filadelfia berada di bawah tekanan yang besar.
Apa reaksi mereka? Apakah ketakutan? Dendam? Kepahitan? Kebencian terhadap orang Yahudi atau orang Romawi? Atau mereka menyembunyikan diri? Atau mereka melepaskan iman dengan membawa korban kepada kaisar? Tidak. Tak satupun dari itu. Mereka tetap setia dalam iman. Jumlah mereka sedikit, kekuatan finansial mereka kecil, posisi mereka di masyarakat minim, pengaruh mereka lemah, namun mereka tetap setia kepada Tuhan Yesus. Jemaat yang kecil namun setia.
Apapun yang terjadi, betapapun sengitnya perlawanan orang Yahudi dan Romawi, jemaat Filadelfia tidak terintimidasi. Anggota jemaat tidak melarikan diri. Mereka juga tidak menyimpang dari Pengakuan Iman bahwa Yesus adalah Tuhan, Juruselamat dunia. Hanya di dalam Yesus (melalui kematian dan kebangkitanNya) ada keselamatan, hidup kekal, karena Ia berkata: ‘Aku adalah jalan, kebenaran, dan hidup!’
Orang Kristen di Filadelfia teguh dan tabah, karena berfokus pada Yesus. Mereka setia dalam doa. Mereka berjalan di jalan Tuhan. Artinya mereka tidak pernah ‘menyingkirkan orang’. Sebagaimana Yesus melayani manusia, demikian mereka melayani sesama, juga yang punya kepercayaan lain. Sebagaimana Yesus mengasihi manusia, mereka mengasihi. Sebagaimana Yesus menolong orang tertekan, mereka menolong orang terpinggirkan. Jemaat Filadelfia tetap maju dengan tenang, penuh kasih dan dengan iman yang teguh. Mereka berdoa untuk orang di sekitar mereka: ‘Ya Tuhan, bukakan mata mereka untuk PutraMu Yesus! Gerakan hati mereka agar mau percaya. Berkati dan tolong mereka. Tunjukan jalan. Tolong kami untuk menolong mereka!’ Sikap jemaat Filadelfia yang penuh kasih dan melayani sangat mengesankan. Yesus berkata: ‘Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi (kekasih Allah- bnd. Roma 11:28), tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau.’
Jemaat Filadelfia tidak besar, tidak punya kuasa, tidak mengesankan, namun mereka tenang dan penuh kepercayaan dalam iman. Mereka berdoa, melayani dan memancarkan kasih.
Untuk jemaat Filadelfia, Tuhan Yesus memberi janji yang luar biasa: ‘Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.’ Janji akan pintu yang terbuka!
Apa artinya di sini gereja dengan pintu yang terbuka?
1. Pintu terbuka menuju tahta anugerah Allah: Yerusalem baru, keselamatan!
Yesus membuka pintu, karena Ialah yang memiliki kunci Daud. Kunci Daud berkaitan dengan Yerusalem kota Daud. Yerusalem adalah kota di mana Allah berkata: ‘Aku akan tinggal di sana, di baitKu, di tengah umatKu.’ Karena itu Yerusalem juga melambangkan Kerajaan Allah, Yerusalem baru, kemuliaan surga. Jika Yesus membuka pintu dengan kunci Daud, maka Ia membuka pintu keselamatan, kehidupan kekal! Ia berkata: ‘Akulah yang mempunyai kunci itu. Aku membuka dan tidak ada yang menutup. Aku menutup dan tidak ada yang membuka.’
Sungguh suatu dorongan untuk jemaat Filadelfia. Dunia dapat memisahkan mereka dari akses ekonomi, orang Yahudi dapat menjegal mereka, namun jika Kristus membuka maka tidak ada yang dapat menutup.
Akibat kejatuhan manusia dalam dosa tertutuplah surga. Manusia tidak bisa ke sana. Meskipun kita orang baik-baik yang punya standar dan nilai hidup tinggi, kita tidak mungkin ke surga! Yesaya 64:6 berkata: ‘Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor…’ Akibat kejatuhan manusia dalam dosa, maka surga tertutup, kuncinya rusak. Apakah tidak ada yang dapat membuat kuncinya? Tentu! Ialah tukang kayu dari Nazareth. Namanya Yesus! Ia mempunyai kunci. Pintu gerbang menuju Yerusalem baru terbuka lebar!
Maka inilah pertanyaan yang paling penting untuk kita: ‘Apakah anda sudah masuk lewat pintu itu? Pintu menuju tahta anugerah Allah?’ Tuhan Yesus menunggu dengan tangan terbuka! Terimalah Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat! Pintu itu sekarang terbuka, namun suatu saat akan tertutup. Masuklah sekarang melalui pintu itu selama ada waktu. Besok mungkin sudah terlambat. Sekarang adalah waktu anugerah!
Mari kita juga menunjukkan pintu itu kepada orang lain! Orang yang menunjukkan Yesus kepada orang lain itu seperti pengemis yang memberi tahu pengemis lain di mana ia bisa mendapat roti secara cuma-cuma. Ini bukan arogansi, melainkan kasih!
2. Pintu terbuka menuju orang-orang: kesempatan untuk bersaksi!
‘Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun.’
Pintu menuju Yerusalem baru. Namun pintu terbuka itu juga punya arti lain, yaitu kesempatan untuk bersaksi! Demikian kita melihat ini di surat rasul Paulus. Misalnya ketika ia menulis kepada jemaat di Korintus: ‘sebab di sini banyak kesempatan (pintu terbuka) bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.’ (I Korintus 16:9).
Sebuah kesempatan untuk meneruskan Injil. Sebuah kesempatan misioner. Jemaat Filadelfia mendapat pintu yang terbuka, kesempatan luar biasa! Akibat pintu yang terbuka, maka komunitas Yahudi yang tadinya bermusuhan menjadi bertobat. Anggota-anggota sinagoge masuk dalam Kerajaan Kristus dan bergabung dengan jemaat. Orang-orang Kristen pertama di sana kebanyakan adalah orang Yahudi.
Demikian juga di zaman sekarang ada kesempatan baru. Juga di tengah sekularisasi di Belanda. Beberapa minggu lalu saya menghadiri rapat sinode Gereja Protestan Belanda (PKN) sebagai wakil GKIN (karena perjanjian asosiasi antara PKN dan GKIN tahun 2008). Gereja Protestan Belanda bergumul dengan penyusutan di banyak jemaat. Banyak percakapan di rapat sinode itu yang berkisar tentang penyusutan dan kemunduran di gereja. ‘Rapat yang suram’, kata Sekretaris Umum PKN sendiri. Syukurlah rapat itu diawali dengan kebaktian pembukaan yang inspiratif yang dipimpin Pdt. Margrietha Reinders, putri dari Pdt. Wim Reinders, mantan pendeta parttime GKIN. Pdt. Margrietha Reinders adalah pendeta lingkungan dari ‘Betondorp Mekar’, jemaat perintisan yang baru saja diterima sebagai jemaat inti dari PKN. Betondorp adalah daerah ‘tertinggal’ di Amsterdam yang dari dulu tidak pernah ada gereja. ‘Betondorp Mekar’ adalah jemaat Kristen kecil yang ingin hadir untuk lingkungan melalui keramahtamahan dan bantuan praktis yang mereka berikan. Perintisan jemaat adalah inisiatif baru untuk menggunakan kesempatan misioner yang sudah dibukakan Tuhan.
Kesempatan apa yang kita lihat sebagai GKIN? Di regio Amstelveen kita sedang mengembangkan pelayanan diakonia. Seperti aksi mengumpulkan makanan untuk orang yang membutuhkan. Kesempatan diakonal! Mari kita gunakan kesempatan yang diberikan Tuhan, karena Ialah yang telah membuka pintu kesempatan. Inisiatif yang kecil dari jemaat yang kecil sekalipun akan diberkati oleh Tuhan dan menghasilkan buah. Sebagaimana jemaat kecil Filadelfa: yang tidak mengandalkan kekuatan, pengertian, dan sumber daya sendiri, tetapi mengandalkan Kristus, Sang Kepala gereja. ‘Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam’. (Zakharia 4:6).
Hari ini komisi musik GKIN regio Amstelveen akan dilantik. Melalui musik juga ada kesempatan misioner. Kalau kita sungguh mau memberi diri kita kepada Tuhan untuk melayani di bagian musik, apakah sebagai pemain musik, prokantor, anggota paduan suara, konduktor paduan suara, maka Roh Kudus akan memberkati musik kita: agar orang-orang tersentuh, dihibur, dikuatkan sehingga melaluinya orang-orang lebih dekat kepada Tuhan. Itu semua untuk kemuliaan Allah! Soli Deo Gloria!
Jemaat yang terkasih. Marilah kita belajar dari jemaat di Filadelfia: yang tetap setia kepada Tuhan dan melayani Tuhan, yang mengasihi dan melayani sesama, yang karena anugerah Allah berdiri teguh seperti tiang dalam Bait Allah di tengah segala situasi yang ada.
Hidupilah iman anda! Kiranya kita juga menjadi gereja dengan pintu yang terbuka!
Amin.