Filipi 3:7-16

Jemaat yang terkasih. Apabila saya mengunjungi anggota jemaat, sering saya dengar orang berkata: “Jangan perhatikan kamar yang berantakan”. Dan biasanya saya katakan tidak masalah. Di rumah saya pun sering berantakan. Tetapi baiklah, karena kebanyakan orang mengatakan demikian, maka saya tidak memperhatikan barang yang berantakan. Jadi saya biasanya lebih melihat foto-foto. Biasanya foto-foto lama dan baru. Foto-foto ini ada kaitannya dengan kisah hidup anggota jemaat di ‘masa lalu’ dan ‘sekarang’. Kalau saya melihat dua foto dari waktu yang berbeda, saya melihat ada perubahan. Foto dari anak kecil yang sekarang sudah dewasa. Foto dari pasangan yang baru menikah yang sekarang menjadi keluarga besar. Disamping perubahan fisik, saya sadar bahwa tentu banyak peristiwa yang terjadi diantara foto pertama dan kedua itu. Itulah peristiwa yang membuat manusia berubah menjadi seperti yang terlihat di dalam foto yang kedua.

Hari ini kita akan membandingkan beberapa cerita dari Alkitab. Hal ini seperti dua foto yang diletakkan bersama tapi banyak perbedaannya. Coba cari perbedaan diantara dua foto ini!

Foto pertama adalah foto dari para perempuan di sekitar peristiwa penyaliban. Para perempuan ini setia mengikuti Yesus. Matius 27:56 menyebut nama mereka: Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf (Bunda Maria), dan ibu anak-anak Zebedeus. Jumat Agung memenuhi mereka dengan keguncangan yang luar biasa. Dibawah pukulan palu di Golgota hilanglah harapan mereka. Guru mereka telah mati. Mereka dikuasai kesedihan dan ketakutan.

Peristiwa Penyaliban

Marilah kita melihat foto kedua. Foto ini berasal dari ayat pembukaan kita. Ini adalah foto dari para perempuan setelah mendengar berita sukacita dari seorang malaikat.

Vrouwen

Para perempuan itu segera pergi dari kubur untuk memberitakan kabar baik ini kepada para murid. Dengan perasaan seperti apa? Dengan ‘takut dan dengan sukacita yang besar’. Perasaan ganda juga kita kenal bukan? Kalau kita mendengar kabar baik yang sama sekali kita tidak harapkan atau impikan, maka kalau kita mendengarnya kita terkejut. Bahkan takut. Namun di sisi yang lain kita senang. Kita bisa menangis karena sukacita. Mana yang lebih besar: rasa takut atau sukacita? Di sini kita baca: dengan takut dan dengan sukacita yang besar. (Bukan: takut yang besar dan sukacita yang kecil). Seperti pagi mulai terbit dan menyingkapkan kegelapan, demikian pula sukacita akan mengusir rasa takut.

Bagaimana mungkin mereka menjadi begitu berubah? Apa yang terjadi diantara kedua foto itu? Jawabannya adalah: Paskah! Yesus telah bangkit! Penebusku hidup! Kematian telah dikalahkan. Para perempuan telah mengalami kuasa kebangkitan Kristus, yang mengubah mereka: dari ketakutan menjadi penuh harapan. Sungguh perubahan yang besar!

Dalam bacaan Alkitab kita, rasul Paulus bersaksi tentang perubahan hidupnya. Kita lihat kembali ada dua foto. Foto pertama. Paulus seorang yang sangat percaya kepada diri sendiri. Dia mempunyai kepercayaan diri yang besar, berdasarkan asal usulnya dan prestasi pribadinya.

Kepercayaan dirinya berdasarkan asal usulnya mempunyai beberapa alasan:
Pertama: Paulus memiliki ciri lahiriah dari agama Yahudi. Orang tuanya bukanlah orang kafir, tetapi oang Yahudi yang sangat percaya. Ia disunat sewaktu umur delapan hari (ayat 5). Ini adalah tanda bahwa ia seorang anggota keluarga Allah.
Kedua: Alasan Paulus yang kedua adalah bahwa ia bangsa Israel, umat pilihan Allah. (ayat 5).
Ketiga: Alasan ketiga kepercayaan diri Paulus ialah asal usulnya yang murni: dari “suku Benyamin”. Dari kedua belas keturunan Israel, hanya Benyamin yang lahir di Tanah Perjanjian.
Dari suku Benyamin inilah datang raja Israel yang pertama, Saul. Selanjutnya Paulus adalah orang Ibrani asli (bukan campuran).

Paulus juga punya kepercayaan diri berdasar prestasi pribadinya:
Pertama: Dia selalu hidup sebagai seorang yang religius. Dia memegang teguh hukum Taurat sebagai orang Farisi (ayat 6). Dia termasuk golongan keras Yahudi. Dia percaya pada Allah, selalu berdoa, dan memberi sedekah. Dia juga murid Gamaliel, rabi Yahudi terkenal waktu itu (Kisah 22:3).
Kedua: Paulus selalu memegang teguh kepercayaannya, dan melakukan dengan sepenuh daya apa yang ia anggap kehendak Allah yaitu: menganiaya jemaat Kristen.
Ketiga: cara hidupnya yang murni. Kalau dia berbicara mengenai kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, Paulus adalah orang yang tanpa cacat.

Paulus

Apakah yang membuat anda bangga di dalam hidup ini? Apakah asal usul anda? Penampilan? Kecantikan atau ketampanan? Penampilan yang terawat? Harta benda? Apakah itu prestasi anda? (pendidikan, karir, pengalaman hidup, atau hidup beragama?) Paulus punya banyak alasan untuk berbangga diri, namun bagi Paulus semuanya itu merupakan foto pertama, hidupnya yang lama.

Kita melihat foto kedua dari Paulus. Yang dahulunya merupakan keuntungan bagi Paulus, tetapi karena kepercayaanya pada Yesus Kristus ia anggap sebagai kerugian, bahkan sebagai sampah. Keindahan hidup di dalam Kristus jauh melebihi semuanya itu. Apa yang terjadi di antara foto pertama dan kedua dari Paulus? Paulus bertemu dengan Kristus yang bangkit dalam perjalanan ke Damaskus. Dia berubah total oleh kuasa kebangkitan Kristus: dari penganiaya jemaat menjadi pemberita Injil. Verkondiger

Kematian kelihatannya “akhir segala sesuatu”. Tetapi pada hari Paskah Yesus bangkit dari kematian. Melalui kuasa kebangkitanNya, Yesus melucuti iblis, membebaskan kita dari dosa, dan mengalahkan maut. Apakah yang lebih kuat dibandingkan kuasa kebangkitan?
Kebangkitan Yesus bukan hanya suatu fakta dalam sejarah dunia. Kebangkitan Yesus merupakan sesuatu kekuatan yang dinamis yang sekarang tetap bekerja. Inilah kuasa yang mentransformasi kita dari hidup yang lama ke hidup yang baru: dari foto pertama menjadi foto kedua.

Bagaimanakah kita dapat mengalami kuasa kebangkitan? Ini tidak seperti film Popeye. Popeye yang kalau merasa lemah ada alat bantunya. Hanya makan sekaleng bayam, maka ia mendapat kekuatan. Ia menjadi sangat kuat.

Popeye

Kuasa kebangkitan itu berbeda. Kekuatan kebangkitan tidak dapat diperoleh secara lepas (dijual bebas). Kuasa ini berkaitan erat dengan mengenal Kristus. Mengenal dalam Alkitab bukan seperti kita katakan: ‘O, saya kenal orang itu, wajahnya saya ingat!’ Mengenal dalam Alkitab berarti: menjadi satu dengan orang itu. Memiliki relasi pribadi yang intim dengan Yesus. Melekat dengan Yesus selamanya. Mengenal Kristus juga mengakibatkan orang percaya akan menderita karena namaNya. Menderita bukan saja dalam arti dianiaya, tetapi juga dengan semakin mendalamnya persekutuan dengan Kristus, di mana hidup yang lama makin lama makin menghilang atau mati. Ini merupakan proses seumur hidup, yang dinamakan “Pengudusan”. Seorang pengikut Yesus akan mengalami adanya peperangan antara ‘hidup yang lama’ dan ‘hidup yang baru’. Hidup yang lama misalnya berkata: ”Saya membenci orang itu”. Dengan mengenal Kristus kita mau mengampuni orang itu. Ini merupakan proses yang sulit dan menyakitkan. Suatu proses dimana hidup lama harus dikubur dalam-dalam. Kuasa kebangkitan Kristuslah yang memungkinkan hal ini.

Because He lives

Selama Perang Dunia II, penginjil Corrie Ten Boom menawarkan rumahnya di kota Haarlem Belanda sebagai tempat persembunyian orang Yahudi dan kelompok perlawanan. Akhirnya ia dikhianati dan dibawa ke kamp konsentrasi. Syukurlah ia bertahan hidup. Banyak orang yang tersentuh atas kasih dari Corrie untuk orang di sekitarnya. Kasih ini terlihat jelas saat salah satu algojo kamp konsentrasi itu datang kepadanya. Algojo ini menyesali perbuatannya di masa lalu. Ia mengulurkan tangan dan bertanya: ‘Ibu Ten Boom, apakah anda mau mengampuni saya?’ Corrie merasa berat dan memegang tangannya kuat-kuat di belakang punggungnya. Ada pertempuran sengit di kepalanya. Ia akhirnya berdoa meminta hikmat Allah. Tiba-tiba Allah melepas tangannya dan ia berkata kepada ex algojo itu: ‘Aku mengampuni engkau’. Di mana kasih manusia berakhir, kasih Allah berlanjut. Pernyataan Corrie Ten Boom berikut sangat menginspirasi: “Dapatkah anda mengampuni? Aku tidak! Namun Yesus di dalamku dapat!” Kuasa kebangkitan berarti: memandang lebih jauh melampaui kebenciaan, kehancuran, keputusasaan, ketakutan dan kematian.

De kracht

Tema kebaktian Paskah kita adalah: “Kuasa kebangkitan Kristus memampukan kita menjadi hambaNya yang baik dan setia”.
Ini kita lihat dalam hidup Paulus. Pertobatan (perubahan arah hidup) dan panggilan berkaitan erat. Paulus memberi hidupnya kepada Kristus dan Kristus memanggilnya menjadi hambaNya. Paulus adalah hamba yang baik dan setia. Ia juga hamba yang berkomitmen dan bertanggungjawab. Salah satu motonya berbunyi:
'Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.’ (Kolose 3:23). Tiap kesempatan dalam pelayanan tidak diabaikan, tetapi ia gunakan. Tiap tugas dari Tuhan, besar atau kecil, ia selesaikan dengan tuntas. Bukan hanya memulai dengan baik, tetapi mengakhiri dengan baik. Paulus melayani tidak dengan semangat ala minuman bersoda yang waktu dituang penuh segelas, namun perlahan-lahan menyusut. (Dulu meluap-luap, sekarang menguap-nguap). Tidak. Paulus melayani dengan sebaliknya, yaitu dengan tekun.

Called to serve

Hal yang sama juga berlaku untuk kita masing-masing. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, kita mendapat pengampunan dan hidup baru. Itu adalah anugerahNya dan bukan jasa kita. Kita diperbarui dengan terus menerus mengenal Yesus. Selanjutnya Allah memanggil kita untuk tugas tertentu, baik di gereja maupun di luar gereja. Di manakah Tuhan memanggil anda sekarang? Dari kehidupan Paulus, kita juga diingatkan bahwa kesombongan atas diri sendiri atau prestasi akan membahayakan pelayanan.

Jemaat terkasih. Hari ini Paskah. Tuhan sungguh bangkit! Alamilah kuasa kebangkitan Kristus dalam hidup anda! Kuasa yang mengubah kekuatiran dan ketakutan menjadi keberanian dan harapan untuk masa depan. Kuasa yang mengubah kepercayaan pada diri sendiri menjadi kepercayaan dan kebanggaan pada Kristus. Kuasa kebangkitan Yesus memampukan kita menjadi hambaNya yang baik dan setia. Seraya mengetahui bahwa suatu hari nanti Kristus akan berkata: ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.’ (Matius 25:21). Amin