Zakharia 4:1-14
Pada suatu malam yang gelap, di suatu tempat terpencil ada mobil yang mogok. Pengemudinya bukan anggota dari komunitas mobil. ‘Apa yang harus aku lakukan?’, pikirnya. Ia kemudian berjalan ke desa terdekat dan syukurlah: di sana ada pom bensin dengan bengkel kecil. Pengemudi mobil itu memencet bel dari rumah yang ada di sebelah bengkel. Syukurlah pemilik bengkel itu mau menolongnya. Pemilik bengkel ini membawa putranya dan segera mereka melaju menuju mobil yang mogok itu. Pemilik bengkel memberikan putranya senter yang besar. Ia membuka kap mobil dan berkata: ‘Kalau kamu memberikan cahaya, maka akan aku lihat masalahnya di mana.’ Jadi ia mulai menyelidiki dan putranya menyinarinya. Namun, putranya itu lelah dan hampir jatuh tertidur. Ia menjatuhkan senter itu. ‘He!’, kata ayahnya, ‘berikan aku cahaya! Kamu di sini bukan tanpa alasan!’
‘Berikan cahaya. Kamu di sini bukan tanpa alasan!’ Itu juga panggilan Tuhan kepada kita. Di dunia yang gelap ini, Tuhan ingin terang bersinar. Inilah inti penglihatan yang didapat Zakharia. Zakharia hidup di zaman yang gelap, zaman sulit. Sejumlah besar orang Yahudi sudah kembali dari pembuangan di Babel. Dengan penuh semangat mereka tiba di Yerusalem. Namun, di Tanah Perjanjian semuanya mengecewakan. Yerusalem telah dihancurkan seluruhnya dan orang tidak tahu harus mulai dari mana membangun kembali reruntuhan itu. Akhirnya mereka mulai. Mereka juga sudah meletakkan fondasi bait Allah dan membangun kembali mezbah yang dihancurkan. Namun pekerjaan pembangunan terhentikan. Selama pembuangan, ada orang-orang yang tinggal di sekitar Yerusalem dan sekarang menghalangi pembangunan. Keputusasaan muncul. Tiap orang kemudian hanya memikirkan diri sendiri bagaimana bisa bertahan hidup.
Namun kemudian muncul dua nabi: Hagai dan Zakharia. Mereka mendorong bangsanya: ‘Ayo! Bait Allah tidak boleh terus menjadi reruntuhan. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan! Rumah Tuhan harus dibangun kembali!’ Sungguh indah bahwa ini kemudian terjadi. Orang-orang bekerja kembali. Zakharia mendapat delapan penglihatan pada satu malam. Allah memperlihatkan bagaimana Ia akan memberikan pemulihan. Di pembacaan Alkitab kita, di penglihatan yang kelima, Zakharia tiba-tiba melihat menora dari emas! Kaki lampu (kandil) dengan tujuh pelita, yang dulu selalu ada di bait Allah. Menora kembali bersinar.Wat een prachtig symbool: het zevenvoudige licht! Zeven, het getal van de volheid, de volmaaktheid. Dit licht is volmaakt licht. Het is goddelijk licht! En het schijnt weer, vanuit Jeruzalem, de wereld in. Die menora herinnert het volk aan zijn roeping: God heeft Israël uitgekozen om tot zegen te zijn voor de volken, om Zijn licht te verspreiden op aarde. God zei het al tegen Abraham: “In uw nageslacht zullen alle volken van de aarde gezegend worden.” (Genesis 26:4, BGT). Dit visioen staat ook nu op het wapen van de staat Israël.
Perkataan ini digenapi di dalam Tuhan Yesus. Di Yohanes 8:12, Yesus berkata: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Di dalam Yesus ada keselamatan. Ada sukacita, damai sejahtera, kebenaran dan keadilan. Karena itu jika kita mau hidup, di dunia ini dan di dalam kekekalan, maka ikutlah Yesus. Kita tidak bisa tanpa Dia!
Namun Yesus berkata juga: “Kamu adalah terang dunia... Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:14,16).
Apakah kita sadar bahwa kita adalah pembawa terang Kristus? Kapankah terakhir kali anda bersaksi terhadap orang lain? Janganlah takut untuk menyaksikan iman. Sebarkanlah cahaya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Masing-masing kita diberikan Tuhan tempat tertentu di dunia ini yang tidak dimiliki orang lain. Bukan tanpa alasan kita ada di tempat kita, biarlah terang kita bersinar di sana.
Teolog Francis Schaeffer berkata: ‘Kita harus selalu ingat dalam hidup, bahwa di mata Allah tidak ada orang yang kecil dan tidak ada tempat yang kecil. Hanya satu hal yang penting: menjadi pribadi yang dikuduskan (dikhususkan/ dikomitmenkan) di tempat yang Allah berikan pada kita, tiap saat.’
Panggilan untuk bersinar begitu jelas, namun di saat yang sama bisa membuat kita putus asa. Betapa sering kita gagal. Berapa sering saya ada di situasi di mana saya tidak berani berbicara tentang Kristus. Karena itu baik kalau kita melihat penglihatan ini lebih lanjut. Bagaimana terang dari kaki lampu itu bercahaya? Dari mana bahan bakarnya? Kalau Zakharia melihat dengan baik, ia melihat ada minyak zaitun yang mengalir. Di sebelah menora (kaki lampu) ada dua pohon zaitun di kiri dan di kanan. Dari masing-masing pohon zaitun itu, muncul ranting yang mengalirkan minyak zaitun melalui corotnya. Tentu ini hanya terjadi dalam penglihatan. Biasanya zaitun itu harus dipetik dulu dan diperas sebelum menghasilkan minyak. Namun di sini minyak zaitun langsung mengalir dari kedua pohon zaitun itu ke kaki lampu itu. Minyak itu pertama mengalir ke tempat minyak, dan dari situ minyak mengalir ke tujuh lampu melalui tujuh corot. Jadi tiap lampu mempunyai tujuh corot. Total: 7 X 7 = 49 corot. Ini berarti terang kwadrat!
Apa artinya ini semua? Malaikat berkata kepada Zakharia (ayat 6): ‘Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.’ Itulah jawabannya, arti dari penglihatan ini. Zerubabel adalah pemimpin politik Israel waktu itu yang merupakan keturunan raja Daud. Pada waktu itu ada dua pemimpin: Zerubabel dan Yosua. Yosua adalah imam besar, pemimpin rohani. Di ayat 14 kita membaca: bahwa kedua pohon zaitun itu adalah kedua orang yang diurapi, yang berdiri di dekat Tuhan. Dua orang yang diurapi: Zerubabel dan Yosua. Keduanya diurapi untuk tugasnya masing-masing. Minyak yang mengalir, yang membuat tujuh lampu itu bersinar ialah: Roh Kudus. Jadi, terang itu bersinar karena Roh Kudus!
Apa arti penglihatan ini? Zerubabel bertanya-tanya: ‘Bagaimana aku memimpin bangsa yang kecil dan putus asa ini? Bagaimana bait Allah harus dibangun kembali? Aku tidak bisa, terlalu sulit!’ Namun apa yang Tuhan katakan? ‘Zerubabel, jangan takut! Bukan dengan keperkasaan, bukan dengan kekuatan, melainkan dengan RohKu! Engkau tidak usah menjadi superman. Sebagaimana minyak mengalir melalui ranting-ranting ke kaki lampu, demikian Roh Kudus akan mengalir melaluimu. Jangan andalkan kekuatanmu sendiri, kekuatan tentaramu, kekuatan sekutumu. Andalkan kuasa RohKu!’
Jemaat terkasih. Demikian juga kita, manusia dengan segala kesalahan dan kekurangan, sebagaimana Zerubabel dan Yosua, di tengah kelemahan kita, kita boleh memancarkan terang Kristus. Melalui Roh Kudus! Di rumah, dalam mendidik anak-anak. Di tempat kerja. Di sekolah atau tempat studi. Di lingkungan. Di keluarga besar. Terang itu bercahaya dengan banyak cara: 7 x 7 cara. Roh Kudus bekerja dalam banyak cara. Melalui seni, melalui musik, melalui bahasa, melalui talenta-talenta, melalui pekerjaan, melalui olahraga, dll. Roh Kudus menolong saudara memancarkan terang melalui banyak cara.
Terang bersinar melalui Roh Kudus! Ini sungguh melegakan! Kita tidak usah melakukan lebih dari kekuatan kita. Kita tidak usah menjadi superman atau wonder woman. Tidak! Kalau kita membuka diri bagi Roh Kudus, maka Roh Kudus bekerja melalui kita! Kita dapat melakukan lebih dari yang kita bayangkan. Lihat saja di ayat 7: ‘Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata... Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya.’ Pekerjaan Allah, pembangunan kembali bait Allah, akan dirampungkan!
Salah satu akibat dari pandemi corona bagi gereja-gereja adalah anggota-anggota jemaat seakan ada di diaspora, saling berpencar satu sama lain, di rumah masing-masing. Kita bersyukur untuk sarana modern dan semua inisiatif untuk menjembatani situasi ini, untuk melanjutkan pekerjaan jemaat, seperti OLE, kegiatan-kegiatan melalui zoom/ skype, dll. Pada akhir pandemi, ada tugas besar untuk gereja-gereja, juga untuk GKIN, bahwa kita kembali sibuk membangun kembali jemaat Kristus. Dari ‘jemaat diaspora’, semua kembali lagi ke gereja, ke rumah Tuhan.
Nabi Zakharia dibangunkan malaikat untuk membawa pesan yang menguatkan kepada Zerubabel. Apa yang membangunkan anda? Roh Kudus yang tinggal di dalam kita, dapat menyentuh kita dengan membangunkan kita dari tidur yang nyenyak, dari hidup yang sudah mapan. Roh Kudus membangunkan kita untuk panggilan Tuhan. Roh Kudus dapat membuat mata kita tidak terpejam sebelum kita mentaati suara Tuhan. Saya berikan dua contoh. Pertama.
Suatu hari ada seseorang yang tidak dapat tidur nyenyak, karena ia ada konflik dengan temannya. Beberapa malam berturut-turut ia merasa gelisah. Akhirnya ia menyadari bahwa Roh Kudus ingin agar ia berbicara kepada temannya itu dan mengakhiri konflik mereka.
Contoh kedua: dua minggu lalu ada kegiatan pemuda dewasa di regio Amstelveen yang disebut Ted-Talk, tentang perdagangan orang (human trafficking). Di malam itu, kita juga mendengar penjelasan ibu Lia yang mendampingi korban perdagangan orang di NTT (Kupang). Ia menceritakan bagaimana orang bisa sampai menjadi korban perdagangan orang (direkrut sebagai pembantu rumah tangga terutama di Malaysia) dan apa saja yang mereka alami.
Tiap tahun (data 2019), ada 105 orang dari NTT meninggal akibat perdagangan orang ini. Dengan peti mati, mereka dikirim dari Malaysia ke NTT melalui cargo. Setelah malam acara itu, saya mendengar dari seseorang bahwa ia ‘mual’ mendengar semua rincian penganiayaan yang dialami para korban. Ia tidak bisa tidur karena menyadari betapa keji penderitaan yang dialami para korban perdagangan orang. Roh Kudus membuat orang ini terbangun untuk ketidakadilan yang ada di dunia ini. Dalam hal apakah Roh Kudus membangunkan anda?
Jemaat terkasih. Hari ini Allah menepuk pundak kita, sama seperti pemilik bengkel menepuk pundak putranya: ‘Berikan cahaya! Kamu di sini bukan tanpa alasan!’ Biarlah terang Tuhan Yesus bersinar di dalam hidup anda dan saya. Bukan dengan keperkasaan atau kekuatan, melainkan melalui Roh Kudus.
Amin.