Pembacaan Alkitab: Mazmur 121:1-8

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Saya mengajak kita menyaksikan cuplikan sebuah film (video-clip). Barangkali ada yang tahu cuplikan dari film apa? Ya betul film “The Sound of Music”. Sebuah film klasik yang diminati dan ditonton oleh banyak orang. Cuplikan yang tadi kita saksikan adalah salah satu adegan yang menegangkan ketika tentera Jerman berusaha terus mengejar dan menangkap keluarga Baron von Trapp yang sedang bersembunyi di sebuah biara.

Keluarga von Trapp berusaha lari mencari pintu keluar dari belakang. Namun, ternyata yang mereka ketemukan hanya sebuah kuburan. Para tentera Jerman sudah semakin dekat. Keluarga von Trapp harus segera bersembunyi. Sebelum mereka berpisah dengan para suster yang membantu menyembunyikan mereka di kuburan, suster kepala berkata kepada Maria von Trapp, “Ingatlah kalian tidak akan sendirian”. Lalu suster kepala itu mengutip ayat 1 dari perikop kita, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku”.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Mazmur 121 merupakan nyanyian ziarah yaitu kumpulan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan dalam suatu perayaan orang Israel. Tetapi ada yang menafsirkan Mazmur 121 sebagaisuatu pujian atau nyanyian yang dilakukan umat Israel dalam perjalanan pulang sesudah mengikuti ibadah hari raya. Isi dari nyanyian itu berkisah tentang catatan sejarah pengalaman perjalanan iman mereka di padang gurun setelah Tuhan melepaskan mereka dari Mesir menuju ke Tanah Kanaan.

Nyanyian ini dilantunkan untuk mengingat apa yang telah mereka telah alami dan rasakan selama perjalanan di padang gurun tersebut. Lirik demi lirik merupakan ekspresi dari apa yang mereka temukan dalam kaitannya dengan pemeliharaan Tuhan selama perjalanan itu. Penulis dari nyanyian ziarah ini tidak diketahui, tetapi yang pasti dia ikut berjalan dalam perjalanan tersebut.

Pemazmur mengatakan dalam ayat 1 bahwa dia melayangkan matanya ke gunung-gunung untuk mencari sumber pertolongan. Menurut keyakinan orang Israel pada waktu itu, salah satu tempat Tuhan bertahta adalah pada gunung Sinai. Gunung ini Allah pilih, dimana Allah menyatakan Diri-Nya. Setiap bangsa pada zaman itu akan selalu melihat gunung sebagai tempat allah mereka bertahta.

Dengan melayangkan matanya ke pengunungan, si penulis Maz 121 bertanya dari mana datang pertolongan baginya? Apa yang sedang dikawatirkannya?Ia kuatir akan bahaya yang akan dihadapi dalam perjalanan pulang itu. Di pengunungan di sebelah timur dan selatan dari Jerusalem terdapat wilayah yang sunyi di mana banyak binatang buas dan para penyamun yang siap menantikan mangsanya. Di gunung-gunung pun terdapat pohon keramat dan mezbah untuk dewa-dewa kesuburan. Jadi mereka akan melewati jalan yang berbahaya maka timbul pertanyaan dari manakah datang pertolongan?

Menarik sekali jawaban dari si pemazmur 121, ia mengatakan“pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Ini merupakan suatu pengakuan percaya atau ungkapan iman dari si pemazmur. Ia menyakini bahwa sumber pertolongannya adalah Tuhan – Sang Pencipta! Tuhan adalah satu-satunya penolong baginya.

Keyakinan bahwa pertolongan datang dari Tuhan, Pencipta langit dan bumi yang mahakuasa, memberi kekuatan yang sangat besar bagi para peziarah. Walaupun berbagai bahaya dan rintangan yang mereka hadapi sepanjang perjalanan, namun jika mereka bersandar pada Tuhan, apa yang mereka takutkan? Keyakinan orang-orang Israel tersebut sejalan dengan perkataan Paulus di dalam surat Roma, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm. 8:31b).

Dengan menyanyikan mazmur ini, para peziarah diingatkan akan pengembaraan nenek moyang mereka di padang gurun. Israel merupakan bangsa yang sangat kecil. Mereka juga tidak terbiasa berperang dan hidup di padang gurun karena mereka hidup selama 400 tahun lebih sebagai budak di Mesir. Tetapi, perjalanan mereka berhasil dan mengalahkan bangsa-bangsa yang jauh lebih kuat. Itu semua membuktikan bahwa Tuhan adalah sumber pertolongan, bukan kekuatan mereka sendiri ataupun kekuatan duniawi lainnya yang tidak bisa diandalkan.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus.

Kalau kita memperhatikan bagian kedua dari perikop kita, ayat 3-8, Tuhan digambarkan sebagai Tuhan yang menjaga umat-Nya. Pada ayat 3 dan 4 dkatakan: “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel,” Tuhan tidak seperti dewa-dewa kesuburan yang dipercaya terlelap di musim gugurdan tidur di musim dingin. Tuhan yang mereka percaya adalah Tuhan yang tidak akan terlelap dan tidak tertidur. Ia adalah Tuhan yang senatiasa menjaga dan memelihara umat-Nya.

Dikatakan pula dalam ayat 5 bahwa Tuhan itu, adalah naungan bagi umat-Nya. Naungan itu menjamin ketentraman dan hidup. Naungan Tuhan melindungi terhadap terik panas matahari siang hari (dapat menyebabkan radang otak dan panas tinggi) dan terhadap sinar bulan pada malam hari (yang menurut kepercayaan kuno dapat menyebabkan sakit panas).

Sdr-sdr, pemeliharaan dan perlindungan Tuhan itu utuh dan menyeluruh. Dalam ayat 7 dikatakan, Tuhan melindungi dari segala kecelakaan. Yang dimaksud bukanlah kesulitan biasa, melainkan pukulan yang dapat mencelakakan hidup. Itu sebabnya dikatakan Tuhan menjaga nyawa kita artinya seluruh hidup kita akan dijaga. Pada ayat terakhir dikatakan, “Tuhan akan menjaga keluar-masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Namun demikian, janji Tuhan akan menjaga dan memelihara kita, tidak berarti bahwa kita luput atau terlepas dari penderitaan. Keliru besar kalau kita beranggapan bahwa kalau kita mengikut Tuhan maka segala sesuatu akan mulus tanpa hambatan dan tidak mengalami penderitaan. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan di dunia ini. Bagi kita yang menjadi masalah bukan penderitaannya tetapi bagaimana sikap kita terhadap penderitaan itu. Bagaimana tanggapan iman kita kepada Tuhan ketika menghadapi penderitaan?.  Wajar kalau dalam kesulitan atau penderitaan, kita memohon pertolongan dari Tuhan.

Namun Saudara-saudara, kita harus berhati-hati karena setidaknya, ada 2 pemahaman yang “keliru” mengenai pertolongan Tuhan:

  1. Kita sering memahami pertolongan Tuhan, hanya dari satu sisi yakni bahwa kita akan terhindar atau terbebas dari masalah atau kesulitan. Tentu kita yakin bahwa Tuhan kalau berkenan, Ia sanggup dan mampu untuk menghindari atau melindungi kita dari masalah atau kesulitan. Namun jalan Tuhan tidak selalu demikian. Kadang Tuhan justru mengizinkan kita mengalami masalah atau kesulitan dalam hidup ini. Dan di dalam masalah dan kesulitan kita itu, Tuhan sanggup dan mampu menolong kita.
  2. Pemahaman keliru lainnya adalah ketika kita memohon pertolongan kepada Tuhan, Dia kita jadikan sarana dan bukan sasaran. Maksudnya, ketika penderitaan atau masalah menimpa, kita mohon pertolongan Tuhan dengan tujuan, agar Ia memperbaiki situasi atau kesulitan kita,sesuai dengan kehendak dan rencana kita sendiri. Akibatnya, tanpa disadari kita tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan tetapi menggunakan-Nya sebagai sarana semata-mata.

Sdr-sdr, kalau Tuhan kita jadikan sarana, maka ketika kita sakit kita mencari Tuhan untuk kesembuhan kita bukan mencari Dia - Sang Penyembuh; ketika kita miskin, kita memohon kekayaan bukan mendapatkan Dia - Sang Pemberi kekayaan, ketika kita sedih kita mencari hiburan bukan datang pada Dia - Sang Penghibur yang sejati.

Ketika kita menganggap Tuhan sebagai sarana untuk memperoleh kekayaan, kesehatan, kesejahteraan, damai dan keinginan kita lainnya, maka bukan Tuhan melainkan keinginan kita sendiri sebagai tujuan akhir dan tertinggi. Tuhan kita manfaatkan untuk memuaskan kehendak atau keinginan kita.

Sdr-sdrku, Tuhan seharusnya menjadi sasaran atau tujuan hidup kita. Tuhan itu bukan sarana tetapi tujuan utama dalam hidup kita. Kalau kita menjadikan Allah sebagai pusat hidup kita maka rasa aman dan kelegaan tidak lagi bergantung pada situasi-kondisi, tetapi pada hubungan atau relasi kita dengan Tuhan. Apapun yang terjadi, susah-senang, suka dan duka kita lalui bersama Tuhan yang memelihara kita.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Dalam Alkitab, khususnya di Perjanjian Lama, ada sebuah istilah yang banyak dipakai untuk menggambarkan suatu perbuatan loyalitas Allah kepada umat-Nya yakni Kasih-setia. Kasih-setia itu bukan sekedar ide atau sesuatu yang abstrak melainkan suatu perbuatan konkret yang dilakukan terus menerus. Ada unsur kasih dan kesetiaan dalam perbuatan itu. Biasanya perbuatan kasih-setia ini diberlakukan kepada dua pihak yg terkait dalam suatu perjanjian.

Allah telah mengikat suatu perjanjian dengan bangsa Israel – umat pilihan-Nya. Allah berjanji tetap setia untuk mengasihi, menjaga, memelihara dan memberkati umat-Nya. Sebaliknya, umat Allah dituntut juga kasih dan kesetiaannya sebagai bukti ketaatan pada Allah. Dari cerita sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa kasih setia umat Allah ternyata cepat sekali berubah. Ketika mereka mengalami kesusahan atau kesulitan hidup, mereka cepat mengeluh pada Tuhan dan meragukan kasih setia Allah. Mereka lalu berpaling dari Allah dan menyembah kepada ilah-ilah bangsa lain.

Berbeda dengan umat-Nya, maka kasih setia Allah itu bulat, tanpa syarat dan tidak bergantung pada perbuatan manusia. Kasih setia atau pemeliharaan Allah itu berlaku sepanjang masa, bukan hanya pada waktu kita mengalami sukacita tetapi juga di saat kita mengalami pelbagai masalah dan penderitaan. Kasih setia Allah tidak pernah berubah.

Ada sebuah kisah tentangseorang petani di desa yang membeli kuda. Para tetangganya turut senang, wah untung sekali kamu bisa beli kuda. Si petani bersyukur karena ia yakin semua itu adalah anugrah Tuhan. Tapi tidak lama kemudian kuda yang baru dibelinya kabur dan hilang. Para tetangganya, berkata wah kasihan, malang betul nasib kamu, baru beli kuda eh hilang – si petani menjawab, yang semua itu terjadi karena anugrah Tuhan

Ternyata, tidak lama kemudian kudanya yang hilang datang kembali kali ini. Ternyata kuda yang hilang ini bawa kekasihnya, kemudian mereka punya 1 anak. Wah, para tetangganya berkata lagi, kamu ini benar-benar hoki (beruntung), kuda yang hilang datang lagi malah membawa satu lagi dan punya anak lagi. (bayangkan beli 1 dapat 3). Si petani berkata,  semua berkat ini adalah anugrah Tuhan

Suatu hari, anak laki-laki tunggal si petani jatuh dari naik kuda, kakinya patah dan mengalami cacat seumur hidup. Para tetangga meresponi kejadian ini, wah kasihan sekali kamu, anak laki-laki satu-satunya kena musibah dan cacat lagi. Si petani, berkata, “kalau hal ini boleh terjadi maka ini semua adalah anugrah Tuhan”

Kemudian terjadi peristiwa yang tak terduga, para tentara kota datang ke desa mereka dan mencari para pemuda yang gagah dan sehat untuk bergabung turut berperang karena negara mereka sedang diserang. Putra tunggal si petani tidak diajak ikut karena cacat kakinya. Para tetangga berkata wah kamu benar-benar beruntung anakmu tidak ikut perang, anak-anak laki-laki kami harus ikut perang. Si petani menjawab, ”semua ini adalah anugrah Tuhan”

Sdr-sdr, untuk bisa menyakini dan mensyukuri kasih setia dan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupankita, barangkali dibutuhkan iman yang tulus dan sederhana seperti si petani tadi.  Apapun yg terjadi dan ia alami dalam hidupnya, baiksukamaupun duka, ia yakinbahwa  semuanya terjadi karena anugrah dan pemeliharaan Tuhan. Tuhan senantiasa menjaga hidupnya.

Kiranya dengan keyakinan bahwa Tuhan senantiasa menjaga hidup kita, mari kita masuki dan jalani hidup di tahun yang baru ini. Ditengah kebimbangan dan ketidakpastian hidup, kita tetap tenang karena Tuhan yang menjadikan langit dan bumi ini, menjaga kita. Seperti kesaksian si Pemazmur 121: Tuhan akan menjaga keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya. Walaupun kita yakin bahwa Tuhan menjaga kita namun demikian, khususnya dalam situasi pandemi ini, kita mohon hikmat Tuhan agar tetap juga bisa menjaga kesehatan dan mengikuti protokol yang berlakuTuhan memberkati kita semua.

AMIN