Bacaan Alkitab: Yoh 15:1-8
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Saya akan memperlihatkan foto atau gambar dari pelbagai jenis buah.
Nah, coba perhatikan, buah mana yang menjadi kesukaan atau favorit anda? Bagaimana rasanya memakan buah kesukaan atau favorit anda? Tentu enak dan nikmat sekali, bukan. Salah satu buah kesukaan mertua laki-laki saya adalah alpukat.
Ia sangat suka sekali minum juice alpukat. Mertua laki-laki saya, pernah memiliki pohon alpukat di depan rumahnya. Pohon ini tidak saja rajin berbuah tetapi juga buahnya sangat enak untuk dimakan dan dinikmati.
Mertua laki-laki saya ini, sangat bangga dengan hasil buah dari pohon alpukatnya. Karena buah-buah alpukat hasil pohonnya itu, tidak saja dinikmati oleh keluarga kami, tetapi juga oleh para tetangga dan juga teman-temannya di gereja. Bahkan oleh anak-anak dari kampung yang ada di dekat rumahnya. Nah, bukankah demikian pula dengan kehidupan kita sebagai murid-murid Kristus?
Hidup kita seharusnya juga dapat ‘dinikmati’ oleh orang-orang lain. Sebagai orang kristen, kita tidak hanya mau menerima dan menikmati berkat-berkat Tuhan saja. Tetapi hidup kita juga harus menjadi berkat bagi orang lain. Saya yakin, kita semua ingin agar hidup kita bisa menjadi berkat dan ‘dinikmati’ orang lain? Bagaimana caranya?
Sdr-sdr, salah satu keunikan kekristenan adalah adanya relasi atau keterikatan antara Tuhan Allah dengan umat-Nya. Artinya, sebagai orang kristen atau murid Kristus, tidak saja, mempelajari ajaran dan melakukan perintah Tuhan. Tetapi ia juga memiliki relasi atau hubungan yang erat dengan Tuhan. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup. Ia mati menyelamatkan kita namun bangkit kembali.
Dalam perikop kita, hubungan atau relasi itu digambarkan dengan perumpamaan ‘pohon anggur’. Yang mana, Allah Bapa sebagai pengusahanya, Yesus adalah satu-satunya pohon anggur dan murid-murid adalah ranting-rantingnya. Perikop ini sebenarnya adalah gambaran atau metafor tentang apa yang akan terjadi ketika Yesus tidak ada lagi bersama-sama dengan para murid-Nya. Karena Ia akan ditangkap, dan mati di atas kayu salib.
Walaupun Ia tidak akan ada bersama lagi secara langsung, tetapi Yesus akan tetap hadir dan menjadi Sumber kehidupan yang nyata melalui kehadiran buah-buah yang dihasilkan oleh ranting-ranting yang menempel pada diri-Nya. Hal ini juga berkaitan dengan janji Yesus kepada para murid bahwa Sang Penghibur akan datang, yaitu Roh Kebenaran (14:17) atau Roh Kudus (14:26).
Menarik sekali ketika Yesus menekankan dalam ayat 1 bahwa Allah Bapa adalah pengusaha atau pemilik dari pohon anggur itu. Biasanya kita hanya mengingat bahwa Yesus adalah Pokok anggur dan kita adalah ranting-ranting-Nya. Lalu apa peran dari pengusaha atau pemilik Pohon anggur itu? Ada dua hal yang Bapa kerjakan sebagai pengusaha bagi ranting-ranting yang ada dalam Yesus Kristus sebagai Pokok Anggurnya.
- Setiap ranting yang tidak berbuah, akan dipotong-Nya. Lalu ranting itu ‘dibuang kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.’ (ay 6)
- Setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Dalam ayat 1, Yesus menyatakan diri-Nya: ‘Akulah pokok anggur yang benar’. Ia tidak mengatakan ‘Aku ini seperti pokok anggur’. Pokok anggur merupakan sumber kehidupan bagi para rantingnya. Ranting tidak akan dapat bertahan hidup lama, kalau tidak tinggal atau melekat pada pokoknya. Demikian juga, Tuhan Yesus adalah Sumber Kehidupan bagi kita para murid-Nya. Kita tidak akan dapat bertahan ‘hidup’, kalau terpisah dengan Tuhan kita.
Lalu apa yang dimaksud dengan ‘Pokok anggur yang benar’? Dalam Yeremia 2:21 ada ungkapan ‘pokok anggur pilihan atau yang benar’. Artinya adalah pohon anggur yang dijamin pasti berbuah banyak dan baik serta tidak busuk. Jadi kalau Tuhan Yesus adalah Pokok anggur yang menghasilkan buah yang banyak dan baik. Maka sebagai ranting-ranting-Nya, kita harus juga menghasilkan buah karena hanya melalui ranting-rantingnya, pohon anggur itu menghasilkan buah.
Fungsi dari ranting sebuah pohon anggur adalah untuk menghasilkan buah. Dan untuk bisa menghasilkan buah, maka ranting itu harus tetap tinggal atau melekat dengan pokoknya.
Melalui perikop Johanes 15:1-8 ini, ada tiga hal yang dapat kita pelajari:
1. Suatu Perintah. Dalam ayat 4 dikatakan, ‘Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.’ Sdr-sdr bagi penulis Injil Johanes dan juga rasul Paulus, kesatuan yang intim dengan Tuhan Yesus adalah karakteristik yang utama dari kehidupan murid-murid Kristus.
Sebelumnya, dalam ayat 3, dikatakan bahwa ‘Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Ku-katakan kepadamu.’ Kata ‘bersih’ di sini dikenakan kepada murid-murid, bukan dalam arti tidak kotor, tetapi ‘murni’. Kalau kita sebagai murid Kristus taat dalam mempelajari dan mendalami Firman Tuhan, maka hidup kita akan ‘dimurnikan’.
Kita menjadi orang kristen yang setia. Kita memberi diri dibaptis, rajin membaca Alkitab, berdoa dan pergi ke gereja serta melayani. Tentu semua ini, baik. Tetapi Tuhan juga rindu agar kita selalu menjalin hubungan pribadi dengan-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus mengajak atau lebih tepatnya memberi suatu perintah kepada para murid-Nya ‘Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’. Apa arti dari perintah Yesus ini?
Sdr-sdr, kita sudah terbiasa dan sering bernyanyi dan berdoa mengundang agar Yesus tinggal di dalam kita. Tetapi jarang dan hampir tidak pernah kita membayangkan bahwa kita juga bisa tinggal di dalam Yesus. Kita merasa terlalu berdosa dan tidak layak. Tetapi sebenarnya Tuhan telah membuka jalan bagi manusia untuk tinggal di dalam Dia.
Karena Ia sudah merendahkan diri-Nya untuk datang ke dunia menjadi manusia (gerak ke bawah), dan kita manusia, karena anugrah-Nya, boleh meresponi dan percaya kepada-Nya (gerak ke atas) sehingga Tuhan dan kita bisa saling bertemu dan dipersatukan. Asal kita hidup taat dan setia maka kita bisa tetap tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita.
Perintah Tuhan, agar kita tetap tinggal di dalam-Nya dan Dia di dalam kita, sungguh dibutuhkan dan sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini. Ancaman pandemi COVID-19 yang sangat berbahaya itu, masih terus berlangsung hingga saat ini, mengingatkan kita betapa pentingnya relasi dengan Tuhan, sesama dan juga lingkungan hidup.
Kita sebagai manusia tidak dapat dan tidak mampu hidup sendiri. Kita membutuhkan sesama atau orang lain dan yang terpenting, kita membutuhkan Tuhan yang adalah Sumber Kehidupan. Untuk menghadapi situasi saat ini, penting untuk kita tetap tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita, agar kita mendapat kekuatan dan kedamaian yang sejati ditengah pergumulan yang amat berat ini. Kita merasa aman dan tentram kalau Tuhan ada di dalam hidup kita dan kita di dalam-Nya.
2. Suatu Janji. Ada dua janji yang Yesus katakan kalau kita tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Pertama, dalam ayat ke 5, ‘…Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak.’ Ternyata perintah Tuhan untuk tinggal di dalam-Nya dan Dia di dalam kita, akan membuat hidup kita berbuah banyak. Buah apa yang dihasilkan atau diharapkan dari murid-murid Kristus?
Banyak penafsir Alkitab setuju bahwa buah yang dihasilkan adalah buah Roh, seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23: Kasih, sukacita, damai-sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri. Kehadiran Roh Kudus yang dijanjikan Yesus kepada para murid-Nya akan menghasilkan buah.
Kalau kita tetap tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita, maka ibarat ranting yang berbuah, hidup kekristenan kita akan mengalami suatu perubahan atau trasformasi dan menghasilkan buah Roh. Ini pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus lah yang akan ‘memproses’ hidup kita sehingga menghasilkan buah Roh, yang menjadi berkat dan ‘dinikmati’ oleh orang lain. Melalui kehidupan dan pelayanan kita, orang lain, bisa merasakan buah Roh: kasih, sukacita, damai-sejahtera, kesabaran dan seterusnya.
Janji yang kedua, kita bisa membacanya dari ayat yang ke-7. Ayat ini, khususnya bagian kedua sangat disukai oleh banyak orang kristen. Mengapa? Karena berkaitan dengan masalah ‘meminta’. Coba perhatikan, ‘Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya’. Ayat ini sering dikutip dan ditafsirkan bahwa sebagai orang kristen, kita boleh meminta apa saja kepada Tuhan dan akan menerimanya. Ini janji Tuhan, maka kita harus mengklaimnya! Benarkan demikian?
Mari kita perhatikan bagian pertama dari ayat 7 ini, dikatakan, ‘Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu…’ Jadi sebelum meminta ada syaratnya. Kita harus tinggal dulu di dalam Kristus dan Firman-Nya tinggal di dalam kita. Apa yang sudah dikemukakan dalam ayat 3 mengenai ‘dimurnikan’ oleh Firman, ditekankan lagi di sini. Kalau kita merenungkan dan mempraktekkan Firman Tuhan, itu sama artinya dengan membiarkan Yesus tinggal di dalam kita.
Kalau kita tinggal di dalam Kristus dan Firman-Nya tinggal di dalam kita, maka hati dan keinginan kita itu, diarahkan untuk sesuatu yang benar dan memuliakan Tuhan. Kalau kita benar tinggal di dalam Kristus dan Firman-Nya tinggal di dalam kita, maka tidak mungkin kita akan meminta hal-hal yang hanya menyenangkan hati dan keinginan kita pribadi.
Seperti anak yang sudah dewasa, walaupun ayahnya berkata, mintalah apa saja yang kamu kehendaki maka kamu akan menerimanya, maka si anak walaupun sudah diizinkan untuk meminta apa saja, ia tentu tidak akan meminta sesuatu yang menjadi keinginan atau kesenangannya pribadi, tetapi sesuatu yang akan menyenangkan hati ayahnya juga.
Agustinus, seorang Bapa Gereja terkenal, pernah berkata ‘Love your God and do what you want to do’ (Kasihilah Allah dan lakukan apa yang kamu ingin lakukan). Seolah kita diberi kebebasan untuk melakukan apa saja yang kita inginkan atau yang membuat senang hati kita. Tapi bukan itu maksudnya, kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan maka yang ada dalam hati dan juga yang menjadi kerinduan kita adalah bagaimana kita bisa selalu menyenangkan Tuhan. Mengasihi Tuhan itu berarti kita menaati perintah-Nya.
3. Suatu Peringatan. Sdr-sdr, kalau kita membaca ayat 2, ternyata tidak semua ranting dalam pokok anggur itu otomatis menghasilkan buah. Ada dua macam ranting: yang berbuah dan yang tidak berbuah. Yesus memberi peringatan untuk ranting yang tidak berbuah, yakni akan di potong. Lalu dalam ayat ke 6, dikatakan ‘Barangsiapa yang tidak tinggal di dalam Aku’ yakni ranting yang tidak berbuah dan kering, tidak saja dipotong, tetapi juga dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Ada yang menghubungkan ayat ini dengan penghakiman terakhir, yakni hukuman di neraka. Tetapi sebaiknya ayat ini tidak perlu diartikan secara harfiah. Yang penting dan mau ditekankan di sini adalah kita menyadari bahwa hal berbuah adalah soal ‘to be or not to be’ – menjadi ranting yang berbuah atau tidak.
Ranting-ranting yang tidak berbuah akan dipotong dan dibuang karena tidak ada gunanya. Demikian juga sebagai murid Kristus, kalau kita tidak tinggal di dalam Dia dan tidak menghasilkan buah Roh dalam hidup dan pelayanan kita maka hidup kita tidak ada artinya. Hidup kita seperti garam yang tidak asin, akan diinjak-injak orang karena tidak berguna.
Yesus juga memberi peringatan kepada ranting yang berbuah. Ranting yang berbuah itu perlu ‘dibersihkan’, supaya berbuah lebih banyak lagi. Kata bahasa Inggris yang dipakai untuk kata ‘dibersihkan’ adalah ‘pruning’ artinya ‘dipangkas’. To Prune atau memangkas, adalah salah satu hal yang penting dilakukan agar membuat pohon anggur itu dapat berbuah lebih banyak.
Apa yang dilakukan ketika ranting dibersihkan? Ranting-ranting kecil dari ranting-ranting yang bagus, pada saat yang tepat harus dipangkas, sehingga pada waktunya akan muncul ranting-ranting yang menghasilkan buah yang banyak. Nah, demikian juga dengan hidup kita sebagai murid Kristus. Kita akan ‘dibersihkan’ atau ‘dimurnikan’ oleh kebenaran Firman Tuhan agar dapat menghasilkan buah yang banyak dalam hidup dan pelayanan kita.
Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Kita telah belajar bahwa proses pemotongan ranting yang tidak berbuah dan kering, juga pembersihan ranting yang berbuah, adalah sangat diperlukan bagi kesehatan dan produktivitas sebuah pohon anggur. Hal ini juga berlaku bagi gereja-gereja Tuhan, yang mau tetap sehat dan produktif.
Perikop kita tentang perumpamaan ‘Pokok Anggur dan ranting-rantingnya’ mengingatkan kita, baik sebagai individu murid Kristus atau sebagai gereja Tuhan, bahwa keputusan untuk mengikut dan menjadi murid Kristus adalah suatu hal yang amat serius. Pilihannya: Apakah kita sebagai ‘ranting-rantingnya’ menjadi ‘ranting yang berbuah’ atau ‘ranting yang tidak berbuah’?
Tentu, kita semua ingin menjadi ‘ranting yang berbuah’. Rahasianya adalah kita harus tetap tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Ayat 8, ayat terakhir dari perikop kita, menjelaskan sesuatu yang penting. Kalau pun hidup kita berbuah banyak atau menghasilkan banyak buah maka itu bukan untuk menjadi kesombongan, melainkan untuk memuliakan Allah Bapa dan menyatakan identitas kita sebagai murid-murid Kristus.
Mari sdr-sdr, kita tetap tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita sehingga hidup kita boleh menghasilkan buah yang dapat ‘dinikmati’ banyak orang dan memuliakan Allah. Tuhan memberkati kita semua. AMIN.
Amen.