Pembacaan Alkitab: Jakobus 3:5-10

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Mari kita dengarkan cuplikan sebuah lagu yang dulu pernah populer di Indonesia.Dalam lagu ini dikatakan “memang lidah tidak bertulang”; termasuk lidah sapi juga tidak bertulang. (Foto 1) Makanya lidah sapi enak dibuat makanan (Foto 2,3,4)

Nah, bagaimana dengan lidah manusia. (Foto 5) Tuhan memberikan lidah kepada manusia dengan tujuan untuk dipakai memuji Tuhan namun dengan bahayanya, dengan lidah yang sama kita dapat juga mengutuk sesama manusia. Seperti yang dingatkan oleh penulis kitab Yakobus: “Dengan lidah kita memuji Tuhan…dan dengan lidah kita mengutuk manusia…dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk…” (Yak 3:9-10). Jadi lidah itu, bisa mengeluarkan kata-kata yang positif dan negatif.

Lidah, adalah organ tubuh yang sangat berperan dalam mengecap dan berbicara. Lidah juga sangat dibutuhkan untuk bertutur kata. Lidah juga berkaitan dengan kesatuan bahasa sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Kejadian dalam peristiwa pembangunan menara Babel. Kekacauan bahasa dan tercerai-berainya manusia terjadi pada waktu yang sama. Banyak terdapat bahwa peristiwa kekacauan bahasa ini bukan datang cara tiba-tiba, tetapi berangsur-angsur sehingga tercerai-berailah mereka satu sama lain.

Sebaliknya, di tempat lain , dalam Alkitab, yaitu dalam Markus 16:17 , “berbagai-bagai bahasa” adalah suatu karunia yang baru yang bukan merupakan suatu bahasa yang sebenarnya (atau yang diciptakan oleh pengetahuan dunia), tetapi adalah suatu bahasa persekutuan yang memuliakan dan memuji-muji Allah karena Anugerah-Nya yang ajaib.

Sdr-sdr, sekali lagi, kata-kata yang kita ucapkan atau keluarkan bisa juga berbahaya. Kata-kata kita dapat menyakiti dan melukai hati seseorang oleh sebab itu kita harus berhati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulut kita. Penulis kitab Yakobus mengingatkan agar setiap orang "cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (1:19). Dalam Amsal 18:21, Raja Salomo berkata, "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."

Dalam perikop kita, penulis kitab Yakobus, menggambarkan kekuatan dahsyat yang dimiliki oleh lidah. Maka perlu bagi murid-murid Kristus untuk sangat berhati-hati dalam menggunakan lidah. Yakobus menekankan bahwa kegagalan mengekang lidah dapat menyebabkan ibadat seseorang menjadi sia-sia (Yakobus 1:26).

Begitu besarnya pengaruh lidah di dalam hidup seseorang, sehingga Yakobus membandingkan lidah manusia dengan kekang pada mulut kuda (3:3), kemudi yang kecil pada sebuah kapal yang besar (3:4), dan api yang kecil, tetapi dapat mengakibatkan kebakaran pada sebuah hutan yang besar (3:5). Lidah yang tidak dikekang dapat menjadi kekuatan yang bersifat merusak dan dapat mengakibatkan begitu banyak ketidakadilan dan ketidakbenaran atau begitu luas jangkauannya sehingga bisa mencemari seluruh kehidupan orang itu.

Secara rohani, lidah dapat sangat beracun bagi orang itu sendiri dan bagi orang-orang lain. Dan lidah tidak dapat dijinakkan dengan upaya manusia sendiri. Artinya, manusia sulit menguasai lidah karena lidah itu bersifat buas dan (kadang-kadang) tak bisa dikuasai.
Dosa membuat manusia kehilangan kemampuan untuk mengontrol dirinya, termasuk lidahnya sendiri. Sudahkah kita mampu mengontrol lidah kita?

Namun demikian, tidaklah mustahil bagi orang Kristen untuk menjinakkan organ yang sukar dikendalikan pada manusia yang tidak sempurna, karena dengan kuasa Roh Kudus, seseorang dapat mengekang lidahnya dan dapat membentuk kembali kepribadiannya

Sungguh teramat banyak manusia tidak menyadari kuasa dari perkataan. Akibatnya banyak perkataan yang tidak terkontrol seperti perkataan negatif. Jika seorang pemimpin kurang menyadari kuasa kata-kata, bisa mengakibatkan bawahan menjadi lemah, tersinggung, pesimis yang tentunya merusak kinerja bawahan.

Kalau dalam konteks keluarga, perkataan yang negative bisa menimbulkan sakit hati, membuat hubungan menjadi dingin suami/istri,nak-anak atau seisi rumah tangga. Karena itu, kita perlu menyadari betapa besarnya pengaruh kata-kata, apakah perkataan negatif maupun perkataan positif.

Bagaimana kita sebagai orang kristen harus menggunakan lidah kita? Pergunakan lidah kita untuk memuliakan Allah. Kuasai hati kita dan berkata-katalah yang memberikan berkat bagi orang lain. Kita harus konsisten dalam menggunakan lidah. Sama seperti sebuah pohon tidak mungkin mengeluarkan 2 jenis buah, dan sebuah mata air tidak mungkin mengeluarkan air tawar dan air asin. Kita tidak boleh sebentar menggunakan lidah kita untuk Tuhan, tetapi kemudian mengeluarkan kata-kata kutuk dan caci-maki.

Begitu banyak kerusakan terjadi setiap hari karena lidah-lidah yang tidak terkendali. Betapa perlunya kita mengendalikan lidah kita dan kata-kata yang kita ucapkan. Hubungan dengan sesama akan sangat membaik jika kita dapat mengendalikan lidah kita. Banyak orang-orang yang menderita akibat “lidah”. Kita sering lupa bahwa kata-kata yang menyakitkan akan membuat orang sengsara. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa lidah bagaikan binatang buas yang sulit untuk dijinakkan.

Kita semua sudah pernah menyakiti satu sama lain, yaitu dengan lidah kita. Penulis kitab Yakobus dengan jelas mengatakan, betapa banyak kesusahan yang dapat dibuat oleh lidah kita terhadap orang-orang lain. Pernahkah kita berdusta? Pernahkah kita mengatakan hal-hal yang jahat dan tidak baik kepada orang lain sehingga menyakiti hatinya? Pernahkah kita tidak dapat mengendalikan amarah dan mengatakan apa saja yang ada dalam pikiran kita? Ada banyak cara lagi untuk melukai hati orang dengan kata-kata yang tidak benar atau tidak baik, walaupun kita tahu itu seharusnya tidak boleh diucapkan.

Firman Allah mengatakan bahwa lidah itu seperti api dan penuh dengan kejahatan atau dosa. Hanya Roh Kudus sajalah yang dapat mengontrol lidah kita dan menahan kita dari berkata-kata yang tidak baik. Ingatlah, saat kita dicobai untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang orang lain, kita harus cepat-cepat meminta Roh Kudus itu memelihara hati kita untuk tidak berkata dusta yang merusak orang lain.
Kata-kata juga bisa menentukan masa depan kita. Hendaknya dalam berbicara kita selalu berhati-hati karena tutur kata kita akan menjadi suatu cerminan kepribadian kita. Kita akan dikenal orang melalui apa yang kita ucapkan, sikap dan prilaku kita akan dinilai orang dan memberi tanda siapakah kita ini.

Secara umum kita dapat mengenal seseorang melalui kata-katanya. Kata-kata adalah isi pikiran yang dapat didengar. Dari perkataan kita, orang bisa bersimpati atau membenci kita. Ucapan kita sehari-hari akan menjadi saksi bahwa kita ini anak-anak Allah atau bukan.

Kita telah melihat bahwa lidah tidak dapat dikuasai oleh manusia. Yang sering terjadi adalah manusia dikuasai oleh perkataan lidahnya. Bagi kita, hanya Tuhan yang menguasai lidah itu. Oleh sebab itu perkataan yang baik, yang sejuk, dan damai berasal dari lidah manusia yang dipimpin oleh Roh Kudus.

Hanya Tuhan Yesuslah yang dapat memberi warna yang baik pada hati kita dan dia dapat merubah hati kita. Keyakinan kepada Tuhan Yesus Kristus adalah merupakan jalan untuk memperbaiki hati yang rusak atau sumber yang keruh. Karena itu datanglah pada Dia supaya hati kita diperbaharui dan kita akan memiliki kata-kata yang positif yang memiliki kuasa untuk memotivasi, menginspirasi dan memberi semangat serta menghibur.

Mari kita menggunakan lidah untuk kebaikan dan memberkati sesama. Bukan lidah yang menguasai kita, tetapi kita yang menguasai lidah. Kita bisa memulainya dengan melatih diri bergaul dengan firman Tuhan sehingga terhindar dari perbendaharaan kata yang dapat melukai orang lain.

Hendaknya lidah kita gunakan untuk bersaksi tentang kasih Kristus pada manusia melalui kalimat-kalimat penghiburan, penguatan, teguran yang lembut dan peneguhan. Biarlah lidah kita bukan merusak sesama, melainkan membangun hidup mereka.

Pdt Eka Darmaputra alm. memberikan beberapa panduan praktis dalam berbicara, khususnya ketika kita akan menyampaikan kritik. Sebelum kita membuka mulut kita, ada baiknya kalau kita terlebih dahulu bertanya kepada diri kita sendiri:

  1. Benarkah apa yang mau kita sampaikan?
  2. Perlukah hal ini kita sampaikan? Apa tujuan kita kita yang sebenarnya dengan mengatakan hal tersebut?
  3. Tepatkah cara kita mengatakannya? Bijaksanakah cara kita menyampaikannya? Pilihan kata apa yang kita gunakan? Ada banyak cara kita berkata-kata pada masa kini. Kita melihat bagaimana banyak relasi putus karena komentar-komentar melalui WA, FB. Bahkan banyak pertikaian disampaikan dengan ayat-ayat Alkitab. Sungguh memprihatinkan.

Untuk mengakhiri renungan ini, saya mengajak kita semua menyaksikan sebuah cuplikan video-clip dari seorang cucu laki-laki dari Dr Charles Stanley - yang meninggal tgl 18 april yang lalu. Matt Brodersen, walaupun cucu dari seorang pendeta, namun dia terlibat dalam pergaulan yang tidak baik dan juga kecanduan obat-obat terlarang dan alkohol. Ia juga mengalami depresi berat dan kesepian. Ia bahkan sempat mau membunuh diri.

Namun opanya, Dr Charles Stanley, menelponnya pada waktu yang tepat dan berkata, “Berilah kesempatan sekali lagi bagi Yesus”. (Video Clip) Perkataan dari Dr Charles Stanley itu, ternyata dipakai Tuhan untuk menyelamatkan cucunya. Matt berkata kalau ia tidak mendengarkan dan mengikuti perkataan opanya, ia sudah meninggal 6 tahun yang lalu.

Saudara-saudara, kisah ini merupakan satu dari banyak kisah nyata lain tentang bagaimana perkataan yang sederhana namun disertai dengan kasih yang besar dapat mengubahkan dan memulihkan hidup seseorang.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,
Memang lidah tidak bertulang, tetapi cukup kuat untuk menghancurkan atau memelihara sebuah kehidupan. Mari kita simak ayat petunjuk hidup baru yang diambil dari Efesus 4:29 dan yang mengingatkan kita dengan jelas, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun , di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Tuhan memberkati kita semua.

Amin.