Roma 1:8-17

Jemaat yang terkasih. Seberapa penting keluarga bagi anda, kamu? Di kebaktian pemuda di satu regio GKIN beberapa waktu lalu, para pemuda membagikan betapa penting dan berharganya keluarga bagi mereka. Apa yang mereka katakan tentang keluarga? ‘Keluarga memberi rasa aman, kehangatan, sukacita, dukungan. Di keluarga kita merasa at home. Kita bisa ada seperti kita adanya. Di keluarga kita saling peduli, saling memperhatikan’. Kita membutuhkan keluarga: untuk dukungan, saran, peneguhan, mencurahkan isi hati, berbagi kegembiraan dan kesusahan.

Hubungan keluarga tidak selalu berjalan baik. Kita kadang melihat di sekitar kita ada hubungan keluarga yang terpisah karena keributan, misalnya soal warisan. Kita kadang mendengar anggota keluarga yang saling berkata: ‘Aku tidak perlu lihat kamu lagi…’ Bahkan di Indonesia kadang ada iklan di surat kabar: “Dengan ini saya memutuskan hubungan keluarga dengan … (nama seseorang). Sejak sekarang masing-masing bertanggungjawab atas tindakan masing-masing. Tertanda: … (nama pemasang iklan)”.

Putus

Betapa berbedanya dengan Mazmur 133 yang kita baca sebagai ayat pembuka. ‘Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!’
Maka muncullah gerakan yang turun dari atas ke bawah: aliran berkat Tuhan. Seperti minyak suci dan berharga yang meleleh mengurapi para imam. Meleleh pertama dari atas kepala ke janggut. Kemudian dari janggut Harun meleleh ke leher jubahnya. Demikian juga seperti embun gunung Hermon yang turun ke bawah ke gunung-gunung Sion. Embun gunung Hermon membawa kesegaran dan membuat tanah subur. Dalam hubungan persaudaraan seperti itulah Allah memerintahkan berkatNya: kehidupan untuk selamanya.

Mazmur 133 bukan hanya berbicara tentang hubungan keluarga inti atau orang-orang yang memiliki hubungan darah. Mazmur ini juga berbicara tentang hubungan keluarga antara umat Tuhan. Demikian kita di sini adalah keluarga dalam Kristus. Kita juga mempunyai hubungan darah di dalam Kristus, karena kita sama-sama diselamatkan oleh darah yang sama, yaitu darah Yesus. Tahukah anda bahwa kita mempunyai golongan darah yang sama? Bukan: O, A, B, AB, namun golongan darah ‘Y’ (Yesus). Kita adalah keluarga dalam Kristus. Sama seperti slogan GKIN: “A happy family in Christ!”
Mari hari ini kita merenungkan arti keluarga di dalam Kristus. familie

Dalam pembacaan Alkitab kita, Paulus menyadarkan jemaat di kota Roma bahwa mereka adalah keluarga di dalam Kristus. Gereja di Roma terdiri dari 2 kelompok: orang Kristen Yahudi dan orang Kristen non Yahudi. Di masyarakat pada waktu itu dua golongan ini tidak berurusan satu sama lain. Namun di gereja Roma ini berbeda. Demikian juga kita sekarang. Di sini kita adalah keluarga. Keluarga tidak kita pilih. Di keluarga kita diberi satu kepada yang lain. Melalui Yesus Kristus kita memanggil Allah sebagai Bapa Sorgawi. Orang-orang percaya yang memanggil Allah sebagai Bapa adalah saudara seiman. Kristus membawa kita bersama-sama dan menyatukan kita sebagai jemaatNya, keluarga besarNya. Paulus mendorong jemaat untuk terus memperkuat ikatan kekeluargaan itu (Lihat Roma 14 dan 15).

Tahukah anda apa yang luar biasa di sini? Paulus sendiri belum pernah ke Roma, tetapi ia sangat merasakan hubungan kekeluargaan dalam Kristus dengan jemaat di sana. Karena itu ia bersyukur kepada Allah untuk mereka di ayat 8. Bahkan Paulus juga mendoakan mereka tiap hari. Paulus rindu untuk mengunjungi jemaat Roma. Di sini kita melihat ciri khas pertama dari keluarga di dalam Kristus: keluarga yang saling mengingat dan saling terikat. Di mana tidak ada orang yang tertinggal atau terlupakan.

Dalam pembacaan kita Paulus menyebutkan ciri khas kedua dari keluarga di dalam Kristus: keluarga dalam Kristus saling memberikan karunia rohani untuk saling menguatkan (ayat 11). “11 Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu”.

Pernahkah anda mendengar cerita ini? Hari itu adalah hari terakhir sekolah (SD) dan seperti biasanya anak-anak membawa hadiah untuk guru mereka. Ibu guru menaruh meja di depan kelas supaya anak-anak dapat menaruh hadiah-hadiah mereka. Anak dari pemilik toko bunga membawa rangkaian bunga besar untuk ibu guru. Ibu guru melihat dengan senang dan mencium rangkaian bunga itu. Anak dari pemilik toko permen membawa kardus indah berisi permen. ‘Mmm. Enak’, pikir ibu guru. Anak dari pemilik toko minuman keras membawa kardus besar yang berat. Ibu guru melihat ada sedikit yang bocor. Dia coba tetesan cairan itu dengan jarinya. ‘Apakah ini wine?’, tebaknya. ‘Bukan’, kata anak itu. Dia coba lagi beberapa tetes. ‘Champagne?’. ‘Bukan’, kata anak itu. ‘Itu anak anjing bu!’. Jadi yang dicoba ibu guru adalah tetesan …?

Hond

Yang jelas kita seperti anak-anak di cerita ini, dipanggil untuk membawa karunia rohani kita untuk saling menguatkan. Karunia berarti lebih dari sekedar hadiah. Karunia berarti: hadiah yang disertai penugasan. Paulus sadar akan karunia rohani yang Allah berikan: berkhotbah, mengajar, memberi nasihat, memberikan kata-kata yang membangun. Dengan karunia-karunia itu Paulus ingin menguatkan jemaat. Ini adalah penugasan.

Tahun ini GKIN berusia 38 tahun (dilembagakan pada 7 Juli 1985 di Kruiskerk Amstelveen). Sejarah GKIN di semua regio tidaklah lepas dari orang-orang yang membawa dan menyediakan karunia mereka untuk pembangunan jemaat. Kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus untuk itu.

 Tentang karunia Roh, Paulus berkata di I Korintus 12:7 “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.” Pertanyaan refleksi bagi kita semua adalah: ‘Karunia(-karunia) apa saya sediakan untuk saling menguatkan, bagi kepentingan jemaat?’

Ciri khas ketiga dari keluarga di dalam Kristus ialah: saling menguatkan/ menghibur. “yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku.” (ayat 12). Sungguh istimewa di sini. Paulus, rasul Kristus memperlihatkan bahwa ia bukan hanya orang yang dapat menguatkan, tetapi ia juga membutuhkan kekuatan/ penghiburan dari saudara seiman lainnya. Dengan kata lain ‘Kita saling membutuhkan dan dapat saling memberikan’.

Yohanes Calvin, sang reformator gereja mengatakan di dalam tafsiran Alkitabnya: “Di gereja Kristus tidak ada seorangpun yang begitu miskin sehingga ia tidak dapat membawa sesuatu yang dapat memperkaya kita. Yang sering menghindari kita menikmati buah itu adalah arogansi dan sifat iri-hati …”
Jadi kita harus hati-hati terhadap sikap arogansi dan iri hati, karena dengan arogansi dan iri hati kita merasa sudah cukup dengan diri sendiri dan akibatnya kita tidak bisa saling menguatkan. Sikap kerendahan hati seperti Paulus adalah kunci untuk saling menguatkan/ menghibur.

Family

GKIN regio Tilburg dikenal sebagai jemaat yang ramah dan hangat. Kebersamaan sangat terasa di sini. Semua kelompok usia hadir di gereja: anak-anak, remaja, pemuda, dewasa, keluarga muda, dan usia indah. Jemaat yang aktif dan bertumbuh. Banyak orang yang terlibat dalam kehidupan jemaat: para penatua dan aktivis di berbagai komisi dan kelompok kerja. Di mana orang bekerja sama, akan selalu ada perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, atau bahkan kekesalan satu sama lain. Namun satu hal tidak boleh kita lupakan: kita adalah satu keluarga dalam Kristus. Tuhanlah yang atas anugerahNya mempersekutukan kita denganNya dan yang memberikan kita satu sama lain sebagai keluarga untuk bersama mengerjakan pekerjaanNya di jemaatNya. Kita saling membutuhkan dan dapat saling memberikan. Mari kita jaga ikatan kekeluargaan kita sebagai jemaat, terus saling membangun dan menguatkan.

Ciri khas keempat dari keluarga dalam Kristus adalah: bersama-sama dipanggil untuk memberitakan dan melaksanakan Injil Yesus (ayat 16-17).

Siapa yang suka barbekyu? Apa yang kita butuhkan untuk barbekyu? Arang! Supaya api tetap menyala untuk bisa bakar sate atau hamburger, maka arang-arang harus saling berdekatan dan bersama-sama menyebarkan api. Demikian juga kita sebagai keluarga dalam Kristus. Jika kita ingin bersemangat, berapi-api untuk memberitakan dan menjalankan Injil Yesus, kabar sukacita itu, maka kita saling membutuhkan untuk menjaga diri tetap berapi-api. Paulus menyebut kebalikannya dari ini, yaitu malu terhadap Injil. Biasanya ini terjadi ketika orang Kristen hidup seorang diri dan tidak lagi dalam persekutuan. Apinya jadi redup.

BBQ

Api sangatlah kuat dan diperlukan bagi hidup manusia. Demikianlah Injil Yesus. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia. Keluarga di dalam Kristus berarti kita mempunyai misi bersama: menyebarkan Injil itu.

Kalau kita mengingat keluarga pasti kita mengingat nama-nama kongkrit. Karena itu Paulus di akhir suratnya kepada jemaat di Roma memberi salam kepada beberapa anggota jemaat. Ini selalu Paulus lakukan di akhir surat-suratnya. Namun yang menarik di surat Roma ini daftarnya panjang sekali. Saya membayangkan ketika Paulus menulis ini, ia bertanya-tanya: ‘Apakah ada nama yang saya lupakan?’ “Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila…, Epenetus, Maria, Andronikus dan Yunias, Ampliatus, Urbanus, Stakhis, Apeles, isi rumah Aristobulus. Salam kepada Herodion, isi rumah Narkisus. Salam kepada Trifena dan Trifosa. Salam kepada Persis. Salam kepada Rufus. Salam kepada Asinkritus, Flegon, Hermes, Patrobas, Hermas. Salam kepada Filologus, dan Yulia, Nereus dan saudaranya perempuan, dan Olimpas” (Roma 16:3-16).
Paulus belum pernah ke Roma tetapi kemungkinan pernah bertemu dengan mereka di kota-kota berbeda selama perjalanan penginjilannya. ‘Jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati’. Meskipun kita sudah lama tidak bertemu, tapi kita tetap keluarga di dalam Kristus.

Uit het oog

Apakah anda tahu film animasi Walt Disney ‘Lilo dan Stitch’? Lilo adalah anak perempuan dari Hawai. Ia kehilangan orangtuanya yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Lilo tidak punya sahabat sampai satu saat Stitch, anjingnya datang dalam hidupnya. Sungguh mencolok arti nama Lilo dalam bahasa Hawai. Lilo berarti: terhilang. Stitch berarti disatukan kembali. Jadi Lilo dan Stitch artinya: terhilang dan disatukan kembali. Lilo merasakan hubungan kekeluargaan dengan Stich dan berkata kepada Stitch: “Kamu adalah Ohana saya. Ohana berarti keluarga (dalam Bahasa Hawai). Keluarga berarti tidak ada yang ditinggalkan atau dilupakan”.

Lilo

Kita semua adalah keluarga di dalam Kristus! Keluarga yang saling mengingat dan saling terikat; di mana tidak ada orang yang tertinggal atau terlupakan. Keluarga yang saling memberikan karunia rohani untuk saling menguatkan. Keluarga yang saling menguatkan/ menghibur. Keluarga yang bersama-sama dipanggil untuk memberitakan dan melaksanakan Injil Yesus. Marilah kita bertumbuh bersama sebagai keluarga di dalam Kristus!

Amin.