Kejadian 9:8-17 (9-10)
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Banyak orang kristen mungkin akan mengamini dan mengimani bahwa kasih Allah teramat besar dalam hidup ini. Bahkan kasih itu cukup untuk semua manusia yang hidup di muka bumi ini. Sayangnya, tanpa disadari kita justru mengecilkan arti kasih Allah itu. Kita berpikir bahwa objek kasih Allah hanyalah manusia semata-mata. Ini merupakan sebuah kekeliruan. Objek kasih-Nya jauh lebih besar daripada hanya kepada manusia saja. IA juga mengasihi alam semesta dan seluruh ciptaan-Nyadi bumi ini.
Sehubungan dengan krisis lingkungan hidup dan perubahan iklim saat ini maka Dewan Gereja Sedunia dan Persekutuan Gereja-Gereja, baik di Indonesia maupun di Belanda, dari tingkat pusat sampai ke wilayah, bahkan gereja-gereja lokal kembali merenungkan tentang perdamaian, keadilan dan kasih Allah untuk seluruh ciptaan. Banyak para teolog Belanda dan Indonesia mendalami tentang eko-teologi (teologie lingkungan hidup), yaitu hubungan antara teologi dan lingkungan hidup.
Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa GKIN juga memperhatikan tugas gereja menanggulangi hal ini. Hal ini dibicarakan dalam rapat Majelis jemaat pusat dan regio, khotbah berseri dan pembinaan tahun 2022-2023, sebagai penjabaran tema tahunan ‘Gereja, tempat dimana terjadi penyembuhan dan pemulihan (dalam hubungan dengan ciptaan)’. Akhir maret tahun ini telah dilakukan juga pembinaan serta workshop tentang ‘Groene kerken / gereja Hijau’. Di regio-regio dan HSK Antwerpen telah diupayakan hal-hal praktis sederhana, misalnya pemisahan sampah dan pengurangan penggunaan plastik. Itu adalah suatu sikap baik yang harus kita pertahankan.
Disamping upaya praktis ini, kita harus kembali kepada Alkitab sebagai sumber yang sangat kaya tentang cinta kasih Allah bagi seluruh ciptaan. Kita lihat bahwa setelah kejatuhan manusia dalam dosa dalam Kejadian 3, kita melihat bahwa Kejadian 6:-9:17 menceritakan tentang kejahatan manusia yang terus menerus terjadi dan bagaimana Tuhan menyesal telah menjadikan mereka. Karena itu Ia memutuskan untuk menghapuskan manusia dan semua makhluk hidup dan juga dunia (Kejadian 6:5-7) tetapi Nuh mendapat kasih karunia dimata Tuhan. Segala sesuatu lenyap tetapi Nuh dan keluarganya serta binatang-binatang diselamatkan. Disini kita kembali melihat kasih Allah bagi umat manusia dan seluruh ciptaan-Nya.
Mari kita melihat cuplikan pendek film tentang Nuh.
Laten wij een trailer van de film Noach kijken.
https://www.youtube.com/watch?v=Cb0_87EigL0
Saudara-saudari,
Sebenarnya Perjanjian Allah dengan Nuh dan segala makhluk hidup di bumi perlu dibaca secara keseluruhan dari Kejadian 6:1 s/d Kejadian 9:17. Karena hal ini tentu saja tidak memungkinkan saat ini, saya berharap saudara-saudara dapat membacanya di rumah.
Bacaan Alkitab hari ini kembali mengingatkan dan mengajar kita bahwa Allah tidak hanya mengasihi manusia saja tetapi Allah mengasihi seluruh ciptaan. TUHAN, Allah yang kita sembah, bahkan mengungkapkan kepeduliannya terhadap seluruh ciptaan dengan ungkapan yang begitu serius. Ia membuat perjanjian dengan manusia, bumi dan seluruh ciptaan.
Kita perhatikan bersama kata ‘perjanjian’ yang muncul sebanyak tujuh kali (Kej.9: 9,11, 12, 13, 15, 16, 17). Banyaknya kata yang dipakai ini menyiratkan sebuah penegasan akan cinta kasih Allah. Ia begitu mangasihi manusia dan bumi serta segala makhluk yang hidup didalamnya.
Ungkapan “dengan segala makhluk hidup” disebutkan lima kali (ayat 10, 12, 15, 16, 17). Hewan-hewan selalu disebutkan secara eksplisit dalam Kejadian pasal 6-9: burung-burung dan berbagai jenis hewan darat. Hewan-hewan tidak hanya ikut serta untuk memenuhi kepentingan manusia. Makanan disebutkan secara terpisah: “Bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan (Kejadian 6:21). Tumbuhan dimasukkan ke dalam bahtera sebagai makanan. Universalitas ini semakin kentara melalui kata “bumi” yang juga disebutkan berulang-ulang dalam bagian ini (ayat 10, 11, 13, 14, 16, 17). Nuh bertanggungjawab untuk semua hewan masuk ke dalam bahtera secara berpasangan, sehingga mereka dapat bereproduksi lagi dan tidak ada spesies hewan yang punah.
Di sini jelas bagi kita bahwa Allah ingin menjaga kelestarian binatang dan alam. Di awal pasal 9 ini terkesan bahwa manusia adalah segala-galanya. Binatang-binatang akan tunduk pada manusia (ayat 2). Semua diserahkan ke dalam tangan manusia. Binatang-binatang menjadi bahan makanan manusia (ayat 3). Setiap binatang yang memangsa manusia juga dituntut balik oleh Allah (ayat 5). Semua ini, jika tidak dicermati dan dipahami dengan baik, dapat menimbulkan kesan bahwa manusia boleh berbuat semena-mena terhadap binatang maupun alam.
Perjanjian yang Allah buat dalam Kej.9:8-17 menampik semua kesan keliru ini. Sama seperti manusia, binatang dan alam juga menjadi objek kasih Allah. Dia menjamin kelestarian semuanya. Sikap ini sekaligus mengajarkan Nuh dan keturunannya untuk melakukan hal yang sama. Manusia terpanggil untuk memenuhi dan menguasai bumi (9:1, 7; bdk. 1:26-28), bukan mengeksploitasi maupun merusaknya. Gambar berikut ini memperlihatkan manusia dan binatang yang hidup dekat satu sama lain.
Allah meneguhkan perjanjian-Nya dengan sebuah tanda pelangi “Aku meletakkan busurku di awan; itu akan menjadi tanda perjanjian perjanjian antara Aku, Tuhan dan bumi” (9, 13). Tanda dari janji Allah dan pada saat yang sama ada kewajiban untuk manusia memperlakukan semua makhluk hidup dengan penuh kasih.
Ada beberapa hal yang kita bisa pelajari dari perjanjian ini:
1.Perjanjian ini adalah perjanjian umum, dengan semua ciptaan. Bukan hanya yang dibuat dengan manusia tetapi dengan semua binatang, tumbuh-tumbuhan, semua yang hidup, tidak terkecuali.
2.Perjanjian ini adalah perjanjian sepihak. Itu semua berasal dari Allah. Aku meneguhkan perjanjian-Ku, kata Tuhan. Tuhan melakukannya dan Ia sama sekali tidak mengharapkan apa pun dari manusia. Tidak ada syarat apapun. Tuhan tidak berkata: Jika engkau menaati-Ku mulai sekarang, jika engkau tidak kembali ke dosa dunia pertama, Aku akan menjaga dunia. Tidak, Tuhan berjanji tanpa syarat bahwa tidak akan pernah ada air bah lagi.
3.Perjanjian ini mencegah penghakiman. Tidak akan pernah ada banjir lagi. Perjanjian ini melindungi manusia dari penghakiman. Manusia masih berdosa seperti sebelum air bah, namun air bah seperti itu tidak akan pernah datang lagi, karena Allah telah berjanji bahwa Ia akan mengampuni.
4. Ini adalah perjanjian dengan harapan untuk masa depan. Allah berjanji bahwa bumi akan tetap ada dan tetap subur. Oleh karena itu kita tidak boleh putus asa. Kita tahu bahwa pengharapan kita ada pada Allah.
Dari perjanjian Allah dalam bacaan ini, kita dapat simpulkan bahwa Allah ingin melestarikan keanekaragaman semua makhluk hidup. Hal itu berarti bacaan ini juga berbicara tentang ekologi dalam hubungan dengan teologi seperti dikatakan oleh seorang ahli eko-teologi Belanda, Trees van Montfoort dalam bukunya ‘Groene theologie’.
Dia menantang kita untuk memikirkan kembali teologi kristen dalam relasi antara Allah dan seluruh ciptaan: alam dan manusia. Hal ini penting karena manusia, dan khususnya kita sebagai orang Kristen, bertanggung jawab dan harus mempunyai pemahaman yang utuh terhadap keseluruhan ciptaan Allah.
Hubungan antara ekologi dan teologi
Eko-teologi (teologi lingkungan hidup) adalah ilmu yang membahas tentang makna teologis dalam ajaran agama kristen tentang ciptaan Allah, khususnya alam/lingkungan. Dengan demikian, teologi dalam konteks ini tidak hanya menyangkut aspek ketuhanan saja, tetapi juga memiliki dimensi ekologis. Ini tidak berarti kita menyembah alam, tetapi justru secara kritis melihat dasar Alkitabiah tentang perjanjian Allah dengan manusia, bumi dan semua makhluk hidup.
Keberlangsungan kehidupan di bumi pada dasarnya adalah masalah agama dan oleh karena itu menjadi bagian dari inti iman orang percaya dan gereja. Perubahan iklim dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya menimbulkan pertanyaan baru yang mempengaruhi kehidupan kita termasuk juga iman, teologi, dan spiritualitas kita. Juga tentang kasih Allah yang besar.
Jika Allah memperlakukan semua makhluk dengan cinta dan perhatian dengan begitu serius, bahkan membuat perjanjian dengan semua itu, maka kita, anak-anak-Nya, juga seharusnya ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga ciptaan ini untuk generasi mendatang. Karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus bukan hanya untuk manusia tetapi untuk semua ciptaan. Jadi juga keselamatan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dan semua yang hidup. Sekaranglah waktunya membangun kesadaran kita tentang pentingnya memelihara dan merawat kembali alam ciptaan ini. Dengan rasa syukur dan kerendahan hati kita berpartisipasi dalam perjanjian Allah dengan bumi dan dengan semua makhluk hidup untuk memuliakan nama-Nya. Karena semuanya adalah milik Allah. Terpujilah nama Tuhan.
Amin.